Beberapa warga dari suku Talaud memilki mata pencaharian berburu, meskipun berburu bukanlah mata pencaharian utama (pokok) di Talaud. Selain dilakukan sebagai mata pencaharian, berburu juga dilakukan segai hobi atau kegemaran warga Talaud. Hal ini membuat berburu menjadi salah satu sistem mata pencaharian hidup yang cukup diperhitungkan.
Adapun beberapa hewan yang menjadi mangsa buruan suku Talaud adalah: sapi hutan, babi hutan, ungags, biawak, dan buaya. Hewan-hewan ini dilakukan di hutan sekunder, dibekas-bekas ladang yang sudah ditinggalkan, di tepi sungai dan juga di hutan rimba primer. Perburuan pun dilakuakn dengan menggunakan senjata sederhana, seperti tombak, parang, sumpit, pukat, dan alat tradisional lainnya yang berupa perangkap. Cara berburu yang paling terkenal di suku Talaud adalah Manabba.
Manabba adalah salah satu kegiatan berburu babi hutan dan sapi hutan yang dilakukan oleh kaum lelaki dewasa secara beramai-ramai di kepualauan Talaud. Perburuan dilakukan dalam waktu seharian penuh. Proses berburu pun tidak secara tiba-tiba, namun ada persiapan yang harus dilakukan sebelumnya.
Persiapan yang pertama sebelum melakukan Manabba adalah membuat panggung, maupun membuat rintangan-rintangan di sekeliling panggung. Panggung ini dibuat pada tempat-tempat tertentu. Seperti membuat panggung di pinggir suatu tebing yang terjal, di tepi sungai, dan di tepi pantai. Rintangan yang dibuat bermaksud untuk menarik perhatian hewan buruan. Terbuat dari pohon-pohon yang ditebang dan disimpan di sekitar panggung, rintangan ini memancing hewan buruan untuk menghampirinya. Jika hewan-hewan buruan tersebut berhasil melewati panggung, mereka akan masuk ke jurang, sungai, atau pantai sesuai dengan tempat buruan. Kemudian hewan buruan tersebut ditombak oleh para pemburu yang sudah bersiap di panggung.
Selain mempersiapkan alat yang dibutuhkan dalam berburu, sebelum melakukan perburuan juga dilakukan pembagian tugas yang dilakukan pagi hari sebelum berburu. Pertama dipilih kepala pemburuan, kepala ini dipilih biasanya berdasarkan keahlian dalam mengenal jejak binatang buruan, dan sedikitnya megetahui “dunia magic”. Selanjutnya dipilih pembantu yang mengepalai kelompok-kelompok kecil yang telah dibagi. Kemudian dipilihlah orang-orang yang pandai menggunakan tombak. Mereka inilah yang akan menduduki pohon-pohon atau panggung-panggung kecil yang telah dipersiapkan. Selain itu mereka juga bertugas untuk membunyikan suatu alat yang terbuat dari bambu dan diberi lubang, alat tersebut dinamakan tatingkoran, jika hewan buruan mereka telah berada di sekitar panggung.
Setelah itu, kawanan yang lainnya akan mengepung wilayah tersebut yang diperkirakan ditempati oleh binatang buruan. Setelah semua mengepung, selanjutnya mereka akan bersorak sambil menghalau hewan buruan mereka ke dalam wilayah panggung yang sudah dikelilingi rintangan. Jika hewan buruan mereka sudah melewati rintangan itu, hewan buruan mereka tidak akan bisa lari kemana-mana. Lalu berhasillah mereka melakukan perburuan saat itu.
Begitulah cara Manabba dilakukan. Perburuan tidak hanya menggunakan tenaga lelaki yang telah dewasa, mereka juga terkadang dibantu oleh anjing. Hasil buruan yang telah berhasil ditangkap, akan digabikan secara merata pada seluruh peserta perburuan ataupun warga sekitar.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja