Musik dan Lagu
Musik dan Lagu
seni musik Jawa Barat Cianjur
Mamaos Cianjuran
- 18 April 2016
Cianjur adalah salah satu kabupaten yang secara administratif termasuk dalam Provinsi Jawa Barat. Di kabupaten ini ada satu jenis kesenian yang disebut sebagai “Mamaos Cianjuran”. Kesenian ini sangat erat kaitannya keturunan rundayan (Dalem Ciabjur). Konon, di masa lalu adalah seorang yang bernama R. Aria Wangsaparana. Ia adalah salah seorang keturunan Sunan Talaga Majalengka. Sunan Talaga Majalengka beragama Hindu, sementara R. Aria Wangsaparana beragama Islam. Oleh karena itu, ia meninggalkan talaga (pindah ke Sagaraherang Cagak Subang. Di sana ia mendirikan Nagari Sagaraherang dan menyebarkan agama Islam di daerah sekitarnya. Ia mempunyai putera yang bernama Jaya Sasena yang bergelar R.A. Wiratanudatar yang sering disebut juga sebagai Dalem Cikundul karena dimakamkan di Cikundul, Cikalong Kulon, Cianjur. R.A. Wiratanudatar itu sendiri mempunyai beberapa anak, yaitu: R.A. Wiramanggala Dalem Tarikolot (R.A.A. Wiratanudatar II) yang kemudian menggantikan kedudukannya; R. Aria Natadimanggala (R. Aria Kidul) yang ahli sastera; dan R. Aria Cikondang yang ahli dalam bidang kadugalan. Ketika R.A.A. Wiratanudatar meninggal, kedudukannya digantikan oleh anaknya yang bernama Astra Manggala dengan gelar Aria Wiratanu III. Dan, ialah yang mendirikan Kampung Cianjur. Ketika itu mamaos cianjuran belum ada. Kesenian ini baru ada pada masa kabupaten diperintah oleh R.A.A. Wiratanudatar IV (1761--1776) yang disebut Dalem Muhyidin dengan juru pantun Tjakradiparana.
 
R.A.A. Wiratanudatar IV digantikan oleh anaknya yang bernama Wiratanudatar V yang sering disebut dengan Dalem Enoch (1776--1813). Ketika itu, selain mamaos cianjuran juga dikembangkan kesenian lainnya seperti maenpo (pencak silat). Dalem Enoch mempunyai beberapa saudara, yaitu R. Aria Wasitaredja dan R. Tandjungnagara. R. Aria Wasitaredja yang disebut juga sebagai Dalem Seni karena ia memperdalam mamaos cianjuran dalam bentuk wanda, papantunan, dedegungan, dan jejemplangan. Sementara, R. Tandjungnagara menikah dengan ulama Banten yang kemudian melahirkan ulama-ulama besar Cianjur. Salah seorang anaknya diangkat menjadi bupati yang kemudian disebut sebagai Dalem Sepuh Kaum (1813--1830). Ia diganti oleh anaknya yang bernama Aoum Hasan dan diberi gelar R.A.A. Kusumahningrat yang sering disebut dengan Dalem Pancaniti (1834--1862). Ia juga seorang yang sangat peduli terhadap mamaos cianjuran. Dengan bantuan saudara-saudaranya, ia mengantar mamaos cianjuran mencapai kejayaannya. Ketika itu, yang menjadi juru pantunnya adalah Aen. Tahun 1862 Dalem Pancaniti wafat dan digantikan oleh anaknya yang bernama Aom Alibasah yang sering disebut juga Dalem Marhum. Ketika itu mamaos cianjuran diolah oleh tiga orang, yaitu: R. Djajawiredja, Aong Djalalahiman, dan R. Etje Maadjid. Yang disebutkan terakhir ini adalah seorang budayawan yang serba bisa, mulai dari membuat syair, mencipta lagu, sampai menabuh peralatan musik. Salah satu ciptaannya adalah Guguritan Laut Kidul.
 
Dalem Marhum (R.A. Prawiradiredja II) yang meninggal pada tahun 1910 digantikan oleh Patih R. Demang Natakoesumah. Pada masa pemerintahan Patih R. Demang Natakoesumah ini mamaos cianjuran mengalami masa kevakuman. Namun, bangkit kembali ketika pemerintahan dipercayakan kepada R. Muharam Wiranatakoesumah. Dan, R. Etje Madjid yang bertempat tinggal di Pasarbaru Cianjur pun mulai mengajarkan mamaos cianjuran kepada saudara-saudara dekatnya. Selanjutnya, mamaos cianjuran pun dikembangkan ke luar daerah Cianjur. Adapun nama-nama yang mengembangkannya (selain Etje Madjid) adalah: Djalalahiman, R. Djajawiredja, dan Moh. Asikin. Beberapa nama yang pernah menjadi murid Etje Madjid adalah: Apih Somah (asal Bandung), Neng Emay (asal Tasikmalaya), R. Muhamad Djuwaeni (asal Sukabumi), R.H. Muhamad (asal Cisaat), Kalipah Apo (asal Bandung), R. Ihot (asal Bandung), R. Emung (asal Bandung), dan masih banyak lainnya.
 
Peralatan
Peralatan musik yang digunakan dalam mamaos cianjuran adalah: kacapi, suling dan rebab. Kacapi terbuat dari kayu yang keras dan kawat tembaga. Bagian-bagiannya terdiri atas: papalayu, yaitu papan bagian atas; pureut yaitu alat untuk menyetem (nyurupkeun) yang dipasang di bagian depan; dan inang yaitu alat yang berbentuk kerucut atau limas yang ditempatkan pada papalayu. Alat ini gunanya untuk merentangkan kawat (dawai) dengan bagian tumpangsari yang berfungsi untuk menyetem (melaras). Sedangkan, suling terbuat dari bambu tamiang. Bagian-bagiannya terdiri atas: sumber (lubang suling bagian atas); suliwer (sutas tali yang dilitkan pada bagian atas suling); lubang nada (lubang untuk menghasilkan nada). Sementara, bagian-bagian rebab yang terbuat dari kayu dan kawat terdiri atas: pucuk (bagian paling atas rebab); pureut (alat untuk menyetem yang juga terdapat di bagian atas rebab); wangkis yang berfungsi sebagai resonater; beuti cariang (bagian bawah wangkis); soko 9bagian paling bawah rebab; dan tumpangsari (alat yang diikatkan pada dua buah kawat yang direntengkan). Kemudian, bagian penggesek terdiri atas pucuk, gandar, dan bulu-bulu pengesat.
 
Pemain dan Busana
Pemain kesenian yang disebut sebagai mamaos cianjuran terdiri atas: seorang pemain kacapi indung yang tugasnya adalah memberi pasieup, narangtang, pangkat lagu, dan memngiri lagu baik mamaos mamupun panambih; satu atau dua orang pemain kacapi rincik yang bertugas membuat hiasan pada iringan kacapi indung ketika penembang membawakan wanda panambih; sementara yang satunya lagi bertugas sebagai anggeran wilatan (memberi batasan-batasan ketukan); seorang pemain suling yang bertugas membuat hiasan-hiasan lagu di sela-sela kekosongan sekaran (vokal) dan memberi lelemah sore (dasar nada); dan penembang yang membawakan berbagai jenis lagu mamaos cianjuran. Sebagai catatan, lagu panambih hanya dilantunkan oleh penembang wanita. Adapun busana yang dikenakan oleh pemain laki-laki adalah baju taqwa, sinjang (dodot), dengan benggol sebagai aksesorisnya. Sedangkan, pakaian yang dikenakan oleh para pemain wanitanya adalah: kebaya, sinjang, dan selendang.
 
Pementasan
Dalam suatu pementasan, baik dalam rangka memeriahkan suatu helatan (khajatan0 maupun hari-hari besar nasional (17 Agustusan), diawali dengan gending bubuka (pembukaan) yang berupa karawitan gending kacapi dan suling dalam bentuk intrumental. Kemudian, diteruskan dengan pasieup kacapi dan gelenyu atau narangtang yang disesuaikan dengan wanda cianjuran yang akan ditembangkan. Setelah itu, barulah pelantunan lagu wanda panambih yang dilakukan oleh wanita. Pementasan diakhiri dengan gending penutup yang berupa kacapi suling.
 
Sekar gending mamaos cianjuran disajikan dalam enam wanda, yakni: papantun, jejemplangan, dedegungan, rarancagan, kakawen, dan panambih.
 
Wanda papantunan adalah lagu-lagu cianjuran yang isinya berupa ceritera-ceritera dalam pantun. Ciri-ciri wanda ini adalah:
(1) lagu-lagunya mempunyai gelenyu dan pirigen-nya mandiri;
(2) jatuhnya irigan lagu pada nada 2 dan 3 pada laras pelog;
(3) syairnya berbentuk puisi pantun (berjumlah 8 suku kata pada setiap barisnya dan murwakanti);
(4) berbentuk sisindiran dan pupuh;
(5) lagu yang dibawakannya pndek-pendek dengan suara dada; dan
(6) pepantunnya agung. Wanda jejemplangan adalah dua nada yang dibunyikan secara bersamaan. Ciri-cirinya;
(1) memakai lelelmah sora 2 dan 5 atau I dan 4;
(2) teknik suaranya eur-eur dan gelesoh;
(3) syair bersajak menurut aturan pupuh; dan
(4) berwatak sedih. Wanda dedegungan adalah lagu gamelan degung yang disesuaikan dengan nuansa cianjuran yang rumpakannya.
 
Menggunakan aturan pupuh. Ciri-cirinya:
(1) jatuhnya suara pada nada 2,5, dan 3;
(2) akhir lagu tidak boleh dibuntukan;
(3) rumpaka lagu memakai aturan pupuh; dan
(4) berwatak gagah. Wanda rarancagan adalah tembang sederhana (tidak banyak memakai senggol).  Ciri-cirinya: 
(1) jatuhnya suara tidak dibatasi harus pada nada 1,2,3,4, dan 5, tetapi diberi kebebasan;
(2) teknik suara memakai gedag, candet, dan sebagainya;
(3) watak rarancagan disesuaikan (sedih, gembira, dan sebagainya); dan
(4) rumpaka memakai aturan pupuh. Wanda kakawen adalah wanda yang rumpaka-nya memakai bahasa Kawi atau Jawa. Dan, wanda panambih adalah lagu-lagu yang berirama tandak (terikat dengan ketukan). Wanda ini semula hanya sebagai pengisi waktu luang, yaitu ketika penembang laki-laki sedang beristirahat. Oleh karena itu, wanda ini dilakukan oleh penembang perempuan.  Ciri-cirinya: 
(1) berirama sekar tandak:
(2) lagu-lagunya berasal dari kawih degung kliasik;
(3) dihidangkan tersendiri tanpa mamaos cianjuran tetapi tidak menghilangkan nilai-nilai estetika tembang cianjuran; dan
(4) bentuk puisinya bebas (bisa sisindiran atau pupuh).
 
Fungsi dan Nilai Budaya
Fungsi kesenian yang disebut sebagai mamaos cianjuran adalah sebagai hiburan. Sedangkan, nilai yang terkandung di dalamnya tidak hanya sekedar estetika semata, tetapi juga kerjasama dan kreativitas. Nilai kerjasama tercermin dalam suatu pementasan. Dalam hal ini jika penembang laki-laki beristirahat, maka penembang perempuan tampil mengisinya. Dengan demikian, suasana tidak vakum tetapi berkesinambungan. Nilai kreativitas tidak hanya tercermin dari keterampilan para pemainnya dalam sisindiran, tetapi juga dalam pengadopsian jenis-jenis kesenian lain (degung) tanpa menghilangkan rohnya (jatidiri kesenian mamaos cianjuran).
 
Kondisi Dewasa Ini
Sebagaimana jenis kesenian tradisional lainnya di kalangan masyarakat Cianjur, kesenian mamaos cianjuran dewasa ini juga kondisinya memprihatinkan. Hal itu tercermin dari kurangnya nara sumber, tingkat apresiasi masyarakat yang semakin dan enggannya generasi muda untuk mempelajarinya karena dianggap sebagai kuno atau kampungan. Mereka lebih menyukai jenis-jenis kesenian kontemporer. Sehubungan dengan itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur (2002) menginventarisasi dan mendokumentasikannya dalam rangka melindungi, membina dan mengembangkannya. 
 
 
 
 
 
Sumber:
Galba, Sindu. 2007. “Kesenian Tradisional Masyarakat Cianjur”.
 
Tim Seksi Kebudayaan.2002. Deskripsi Seni Tradisional Reak. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya