×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Teater Melayu, Seni Pertujukan

Elemen Budaya

Seni Pertunjukan

Asal Daerah

Tembilahan

Mamanda Tembilahan

Tanggal 28 Oct 2017 oleh Eloksahar .

Teater rakyat Mamanda juga terkenal di Kecamatan Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, Indonesia. Bagaimana kesenian pertunjukan Mamanda yang awalnya berasal dari Kalimantan Selatan itu akhirnya dapat memasyarakat di daerah Tembilahan? Hal itu terjadi karena pada akhir abad ke-19 ada sebagian masyarakat Suku Banjar dari Kalimantan Selatan yang menjadi pendatang baru di wilayah Tembilahan, Indragiri Hilir.

Kehadiran Suku Banjar di Tembilahan tidak terjadi begitu saja yang tanpa disebabkan adanya unsur manusia dan budayanya. Proses eksodus masyarakat Suku Banjar ke Tembilahan dilatarbelakangi oleh situasi dan masalah yang terjadi.    

Suku Banjar yang menetap di Kabupaten Indragiri Hilir terdiri dari sebelas anak suku, yaitu: Banjar Keluak, Banjar Amuntai, Banjarnegara, Banjar Kandangan, Banjar Barabai, Banjar Kuala, Banjarmasin, Banjar Pamengkeh, Banjar Martapura, Banjar Alabio, dan Banjar Rantau. Anak suku Banjar Keluak, Banjar Amuntai, dan Banjar Kandangan merupakan anak suku mayoritas yang mendiami Indragiri Hilir. Perpindahan masyarakat Suku Banjar tersebut tentunya juga dibarengi dengan dibawanya kesenian Mamanda yang asalnya dari Kalimantan Selatan yang kemudian dikembangkan di Tembilahan.

Para perantau Suku Banjar yang pertama telah meninggalkan daerah asalnya (Kalimantan Selatan) sekitar tahun 1859. Perjalanan mereka hingga sampai di Tembilahan memakan waktu yang sangat panjang. Apa motivasi yang melatarbelakangi proses eksodus tersebut? Mereka ternyata sedang dalam tekanan dari kolonialisme Belanda. Apalagi, pada tahun 1859, Belanda telah menguasai Kerajaan Banjarmasin. Dampaknya, pemerintah Hindia Belanda menerapkan sistem kerja yang disebut irakan, yaitu kerja paksa yang tidak dapat diupahkan atau diwakilkan kepada orang lain. Karena tidak ingin ditindas oleh penjajah Belanda, banyak masyarakat di sana yang kemudian melakukan eksodus ke daerah lain, terutama ke Tembilahan.

Mengapa Tembilahan kemudian jadi pilihan tempat eksodus mereka? Pada awal mulanya, diperkirakan mereka mendarat terlebih dahulu di Malaysia dan Singapura. Berdasarkan Perjanjian London tahun 1824, kedua wilayah tersebut resmi berada dalam kekuasaan Inggris. Mereka berpandangan bahwa lebih baik hidup dalam kondisi penjajahan Inggris daripada penjajahan Belanda yang dikenal sangat tidak manusiawi. Politik penjajahan yang dilakukan Inggris lebih lunak dibandingkan dengan Belanda, sehingga mereka lebih dapat merasakan kebebasan. Namun, mereka justru merasakan kehidupan yang tidak enak di sana dan memutuskan untuk melanjutkan pengembaraan ke daerah lain, yaitu ke Indragiri Hilir. Pada tahun 1885 M, mereka tiba di sana. Wilayah Perigi Raja merupakan tempat singgah pertama mereka.

Salah satu suku di Tembilahan, Arbain, sebelum tahun 1950 M (diprediksikan antara tahun 1947-1949) pernah mendirikan Perkumpulan Mamanda Parit Empat Belas. Pada tahun 1950 M, Encik Arbain menyerahkan kepemimpinan Mamanda Parit Empat Belas kepada Encik Usman Ancau. Pada masa Encik Usman Ancau, Mamanda di Tembilahan berkembang pesat. Pada masa itu, sumber cerita Mamanda masih berasal dari sastra lama, seperti dari hikayat dan syair. Pada tahun 1960-an, mulai dibuat cerita sendiri yang sumbernya didasarkan pada perkembangan kehidupan masyarakat ketika itu. Alat-alat musik tradisonal yang biasa digunakan digabungkan dengan alat-alat musik modern, seperti biola, gitar, dan akordion.

Ketika terjadi peristiwa 30 S/PKI/1965, aktivitas kesenian mereka terpaksa harus terhenti. Pada tahun 1967 M, aktivitas Mamanda Parit Empat Belas diaktifkan kembali oleh Encik Abdul Hamid. Sejak masa itu, di Tembilahan juga berdiri 12 perkumpulan Mamanda. Namun demikian, lambat-laun perkumpulan-perkumpulan tersebut menghilang. Hingga kini, perkumpulan yang masih bertahan adalah Perkumpulan Mamanda Parit Empat Belas pimpinan Encik Ardani dan Perkumpulan Mamanda Pulau Palas.  

Sumber : http://melayuonline.com/ind/culture/dig/585/mamanda

 

DISKUSI


TERBARU


Bakso Titoti Wo...

Oleh Deni Andrian | 10 Jan 2025.
Makanan

Bakso titoti wonogiri gitu gaes ya hahahahhahahahahah

Tempong khas Te...

Oleh Deni Andrian | 10 Jan 2025.
Makanan

Bahan-bahan 12 porsi 1 papan tempe besar 1 genggam daun kemangi Bumbu Halus: 3 siung bawang putih 5 buah bawang merah 5 buah cabai rawit merah (op...

Mpaa Sere (Tari...

Oleh Aji_permana | 07 Jan 2025.
Tradisi

Mpaa Sere adalah tarian tradisional yang bertujuan untuk menyambut tamu penting sebagai bentuk penghormatan, sambil sesekali memperlihat ketangkasan...

Mpa'a Oro Gata

Oleh Aji_permana | 29 Dec 2024.
Tradisi

Mpa'a Oro Gata adalah salah satu permainan tradisional dari Bima, Nusa Tenggara Barat, yang diwariskan dari generasi ke generasi. Secara harfiah, ist...

Mpaa Kabanca (T...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Kabanca adalah tradisi unik di Bima yang melibatkan atraksi di atas kuda. Dalam tradisi ini, peserta saling mengejek dan memperlihatkan kemampua...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...