|
|
|
|
Maluaya Famadaya Hasi Zimate Tanggal 10 Mar 2019 oleh Deni Andrian. |
Upacara adat selalu mewarnai kehidupan orang Nias mulai dari ketika seseorang berada dalam kandungan, lahir, bertumbuh, hingga pada kematian. salah satunya adalah pelaksanaan upacara kematian yang disebut “Maluaya Famadaya Hasi Zimate (prosesi pengangkatan peti jenazah)”
Pelaksanaan upacara pelepasan jenazah ini bisa dikatakan sangat jarang sekali dilaksanakan di Pulau Nias. Sebab, hanya orang-orang yang mampu dan tergolong bangsawanlah, yakni(si’ulu) dan golongan penetua adat (si’ila), yang mampu melakukan upacara ini. Untuk golongansi’ila tidak semua keluarga boleh menyelenggarakan upacara adat ini, tergantung bagaimana peran almarhum di masyarakat selama dia hidup.
Karena jarang dilaksanakan, tidak mengherankan, ketika acara ini dilaksanakan di Kota Gunungsitoli pada Minggu (24 Juli 2011) lalu mengundang perhatian warga. Hujan lebat yang turun saat upacara berlanjut pun warga yang antusias menyaksikan rangkaian acara itu bergeming.
Upacara yang hanya ditemukan di Nias Selatan ini dilaksanakan pada pemakaman seorang pengusaha dan mantan anggota DPRD Kabupaten Nias, Alexander Yampo Dachi, yang meninggal Kamis (21/7/2011) pada usia 65 tahun.
Almarhum yang berasal dari Hilisimaetanö, Kabupaten Nias Selatan, ini sudah menetap selama puluhan tahun di Kota Gunungsitoli. Namun, saat beliau meninggal dunia, keluarganya menyelenggarakan upacara adat kematian sesuai yang berlaku di masyarakat Nias Selatan.
Almarhum yang memiliki gelar kebangsawanan Siwa Åli Batu itu dimakamkan di sebuah pemakaman di tepi pantai di Jalan Diponegoro Km. 4 Gunungsitoli, Minggu (24/7/2011).
Patung “Telau Lasara”
Prosesi Maluaya Famadaya Hasi Simate dipimpin langsung oleh Hikayat Manaö, seorang budayawan dari Bawömataluo, Kecamatan Fanayama, Kabupaten Nias Selatan.
Saat ditanya pendapatnya tentang upacara adat yang sangat jarang terjadi itu, Hikayat Manaö mengatakan, sangat bangga dengan keluarga almarhum karena dengan menyelenggarakan acara seperti itu, secara tidak langsung, keluarga almarhum ikut melestarikan budaya Nias, khususnya Nias Selatan.
Yang membedakan penguburan biasa dengan bangsawan, terutama si’ulu, ini adalah peti jenazah yang dihiasi dengan patung telau lasara diarak. Adapun bila yang meninggal si’ila tidak menggunakan patung telau lasara. Hal ini karena si’ila bukan dilihat sebagai strata tetapi dilihat dari fungsinya. Bila dilaksanakan dengan utuh, peti jenazah si’ulu diarak keliling kampung dengan dua orang di atas peti sambil maluaya (tari perang).
Pada pemakaman Alexander Yampo Dachi itu juga terlihat para pengusung peti jenazah menggunakan ikat kepala dari kain putih sebagai simbol berduka yang sangat mendalam atas meninggalnya almarhum.
Patung telau lasara melambangkan seorang raja yang berwibawa dan bijaksana. Saat peti dikubur, patung telau lasara tidak ikut dikuburkan karena patung tersebut akan diletakkan di permukaan makam.
Dalam pengangkatan peti jenazah, serombongan pria berpakaian adat lengkap dengan toho (tombak) dan baluse (perisai) berada di depan pengusung peti. Mereka menari (maluaya) yang disebut fadöli hia.
Di antara mereka, ada yang melantunkan hoho (puisi yang dilagukan), yang disebut hoho famadaya.Hoho tersebut mengisahkan almarhum semasa masih hidup. Di dalam hoho famadaya terkandung wejangan-wejangan bijak sehingga masyarakat yang mendengar bisa belajar dari kehidupan almarhum.
Penyair hoho adalah seorang yang mempunyai keahlian khusus. Walaupun kata-kata yang diucapkan lebih banyak bersifat spontanitas, tetap tersusun dan terstruktur, baik dari tema-temanya maupun substansi dan kata-kata yang digunakan. Penyair hoho juga harus paham sejarah dan data terkait mengenai almarhum.
sumber: http://berkat-iman-j-z.blog.ugm.ac.id/2012/03/14/maluaya-famadaya-hasi-zimate/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |