Makotek/Makotekan/Ngerebeg merupakan upacara untuk memohon keselamatan dan tolak bala oleh warga Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali. Makotek digelar setiap enam bulan sekali pada hari raya Kuningan. Mulanya, upacara ini dikenal dengan istilah Ngerebeg. Kata ‘Ngerebeg’ berasal dari kata ‘Rebeg’ yang berarti tombak, melakukan penombakan terhadap seseorang. Prosesi ini menggambarkan perasaan senang dan gembira menyambut kemenangan raja Mengwi atas Kerajaan Blambangan, sebagai gambaram tentang keperkasaan, keperwiraan, kewibawaan bala tentara Kerajaan Mengwi.
Sejarah Makotek
Pada zaman kerajaan dahulu, Desa Adat Munggu di bawah kekuasaan Puri Mengwi, yaitu Ida Cokorda Mengwi sebagai rajanya, dan pembantu raja di dalam kepemerintahannya kebanyakan berasal dari Desa Munggu. Di bawah pemerintahan raja Mengwi, ternyata sangat bijaksana dan baik dengan rakyatnya. Begitu pula sebaliknya rakyatnya juga sangat berbakti terhadap rajanya yang memerintah.
Berselang beberapa lama kepemimpinan raja Mengwi, akhirnya berkeinginan melawan ekspansi untuk menaklukkan raja Blambangan yang dibantu oleh para pepatihnya. Sebelum rencana itu dilaksanakan, raja Mengwi beserta pendampingnya melakukan persembahyangan bersama ke Pura Dalem Kahyangan Jagat yang ada di Desa Adat Munggu. Persembahyangan ini bertujuan untuk memohon agar rencana untuk menaklukkan raja Blambangan bisa tercapai. Di dalam persembahyangan itu, beliau berjanji kalau semua keinginan tercapai, akan mempersembahkan ulam yaitu Caru kebo Yus berana yaitu induknya putih atau kerbau putih. Kemudian anaknya “kerbau hitam” dan yang belum ditusuk hidungnya itulah yang disebut kebo yus berana.
Setelah beliau tiba di Blambangan mulailah terjadi pertempuran yang sangat hebat sekali. Namun sesuai keinginan beliau serta para pendampingnya maka tercapai sesuai dengan harapan. Setelah lama beliau di sana sampai rasa gembira tidak bisa dibendung, lalu beliau berkeinginan untuk pulang. Panjak-panjak beliau yang berada di Desa Munggu, khususnya sudah lama menunggu. Di dalam perjalanan sebelum menyebrang lautan menuju Gilimanuk di sana lalu pendamping-pendamping beliau yang lengkap dengan senjata tombaknya lalu bersorak gembira sambil mengacung-acungkan karena senang sampai ada salah satu yang kena tombak hingga berdarah. Setelah Ida Cokorda melihat pendamping-pendamping beliau sampai berdarah, disitulah lalu beliau mengatakan dan mengeluarkan Bisama (tutur leluhur).
Apabila nanti luka yang kena tombak segera sembuh, akan sanggup merayakan makotek pada hari Saniscara wuku Kuningan yang diikuti oleh seluruh krama Desa Adat Munggu. Agar supaya seluruh Desa Adat Munggu dapat menyaksikan acara makotek, maka di dalam perayaan tersebut mengelilingi Desa Adat Munggu, dengan membawa tombak masing-masing.
Versi lainnya menyebutkan pelaksanaan upacara makotek berpedoman pada lontar Sri Jaya Kasunu. Seorang raja Sri Jaya Kasunu mengetahui bahwa di masa para leluhurnya memerintah kondisi-kondisinya sangat menyedihkan. Hal ini disebabkan oleh karena tidak pernah berlangsung lebih dari satu tahun memerintah lantas raja tersebut menemui ajalnya. Setelah Sri jaya Kasunu naik tahta, beliau melakukan semadi dengan segala upacaranya untuk memohon jalan keluar.
Dalam semadinya, diketahui bahwa para leluhurnya kurang melaksanakan upacara keagamaan sehingga semua pura mengalami kerusakan Dan akhirnya malapetaka itu bisa menyerang raja yang memerintah serta rakyatnya. Selanjutnya melalui semadi ini raja Sri Jaya Kasunu diberi petunjuk agar melaksanakan upacara keagamaan tersebut dengan baik dan tertib pada hari tertentu. Maka dari itu, upacara makotek terus dilaksanakan sebagai bentuk permohonan keselamatan dan tolak bala.
Pada penjajahan Belanda ketika upacara makotek dilaksanankan pada hari Kuningan. Semua masyarakat keluar membawa tombak masing-masing dari rumahnya serta tombak-tombak yang berada di Pura Kahyangan Tiga diusung oleh Krama Desa Adat Munggu secara bergiliran. Begitu pula seluruh masyarakat keluar dengan membawa tombak lalu dilihat oleh Belanda, penjajah merasa takut. Lalu, Bendesa Adat Munggu sebagai penguasa wilayah Desa Adat, disuruh menghadap Belanda untuk membicarakan tentang perayaan makotek. Mulai saat itulah lalu tombak-tombak yang biasa dipakai makotek diganti dengan kayu. Kemudian kayu untuk pengganti tombak itu adalah kayu pulet, kayu yang tidak mudah dipatahkan. Besarnya kurang lebih sebesar tangkai cangkul, dan panjangnya kurang lebih 3,5 meter.
Persiapan Makotek
Jenis kayu yang digunakan untuk makotek ialah kayu pulet. Panjang kayu sekitar 3-4 meter. Tidak ada orang yang secara khusus menjual kayu pulet, maka dari itu warga desa mencarinya di tepi sungai. Warga desa Munggu menggunakan kayu pulet untuk mekotek karena kayu tersebut dikenal elastis dan kuat. Saat mekotekan kayu akan saling tumpuk dan saling lilit, jika tidak kuat pasti akan patah. Setelah kayu didapat, mereka akan menguliti hingga bersih. Kemudian, mereka menghias kayu itu dengan tamiang, pandan, dan plawa serta penyucian dengan tirta.
Pelaksanaan Makotek
Makotek dimulai sekitar pukul 13.00 WITA. Ratusan warga desa Munggu akan mengelilingi desa sembari membawa kayu menyerupai tombak. Selanjutnya yang nampak unik dan menarik, di setiap titik tertentu, khususnya pada persimpangan-persimpangan jalan, kayu-kayu itupun diadu. Masing-masing krama pun menahan kayunya itu kuat-kuat agar tidak sampai jatuh.
Sumber: http://bali.tribunnews.com/2014/12/26/hari-ini-warga-desa-munggu-gelar-tradisi-mekotek
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...