×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Lagu Daerah

Elemen Budaya

Musik dan Lagu

Provinsi

Jawa Tengah

Asal Daerah

Jawa Tengah

Makna Lagu Lir-Ilir

Tanggal 14 Aug 2018 oleh OSKM18_FTMD_HilmyImtihan .

Lagu Lir-ilir merupakan sebuah tembang dolanan (lagu anak-anak) karangan Sunan Kalijaga yang dipergunakan sebagai media untuk mendakwahkan Agama Islam di Nusantara. Alasan dipilihnya lagu sebagai media dakwah adalah agar mudah dimengerti oleh masyarakat pada kala itu yang rata-rata belum terdidik. Selain itu, juga sebagai penarik bagi semua kalangan yang ada di Jawa untuk mengenal Islam lebih mendalam. 

Adapun lirik lagu Lir-Ilir adalah sebagai betikut beserta terjemahannya dalam Bahasa Indonesia:

Lir-ilir, lir-ilir, tandure wes sumilir

(Bangun, bangunlah, pohon sudah mulai bersemi)

Tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar

(Demikian menghijau, bergairah bagai pengantin baru)

Cah angon, cah angon, penekno blimbing kuwi

(Anak gembala, anak gembala, panjatkan belimbing itu)

Lunyu-lunyu yo penekno, kanggo mbasuh dodotiro

(Walaupun licin tetap panjatlah, untuk mencuci pakaianmu)

Dodotiro, dodotiro, kumitir bedah ing pinggir

(Pakaian, pakaian yang buruk, yang rusak pinggirkanlah)

Dondomono, Jlumatono, kanggo sebo mengko sore

(Jahit dan benahilah, untuk menghadap nanti sore)

Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane

(Selagi terang sinar bulan, selagi masih banyak waktu)

Yo surako, surak hiyo

(Mari bersorak-sorak ayo)

 

Dengan lirik yang sederhana, kata-kata yang mudah dimengerti, dan nada yang riang gembira, lagu ini menjadi media penyampaian yang ampuh oleh para wali songo. Meskipun terkesan sederhana, lirik yang ada dalam lagu ini memiliki makna agama yang sangat mendalam.

Dimulai dengan kata Lir-ilir, lir -lir yang memiliki arti bangunlah, lagu ini mengajak subjek untuk bangkit dari tidurnya. Tidur dalam hal ini bukan hanya berarti tidur secara fisik diatas dipan. Tetapi adalah tidur dimana seorang manusia berada dalam kondisi mati sementara dan dalam kegelapan. Bangun berarti ajakan untuk bangkit dan mulai berdzikir. Ajakan untuk kembali pada ajaran agama dan keluar dari kegelapan. Selanjutnya, kalimat Tandure wis sumilir, tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar berarti bahwa apabila seorang insan telah bangun dan mulai berdzikir atau kembali kejalan agama yang benar, maka akan menghasilkan kehidupan yang indah dan nyaman bagaikan pohon yang hijau dan rindang. Hidup yang demikian indah dan bersemangat hingga diumpamakan bagaikan psangan pengantin yang baru saja menikah. Pengantin dalam hal ini juga merupakan perumpamaan raja-raja di Nusantara yang mulai memeluk islam dan meninggalkan agama leluhur mereka. Tujuan dicantumkannya raja-raja ini adalah supaya rakyat biasa yang mendengarkan lagu ini akan mengikuti jejak raja-raja yang memeluk Islam. Perpindahan ini jugalah yang diibaratkan sebagai pohon rimbun berwarna hijau.

Pada baris berikutnya, Cah angon, cah angon bermakna memanggil seorang anak gembala. Alasan penggunaan anak gembala alih-alih seorang kyai atau pemuka agama adalah konsep anak gembala sebagai pemimpin dan pelindung bagi hewan gembalaannya. Seorang anak gembala harus membawa hewan gembalaannya ke padang hijau untuk merumput, menjaga pada saat malam, dan menghindarkan dari bahaya yang mengancam. Sama seperti figur seorang pemimpin yang harus memimpin rakyat atau bawahannya ke arah yang lebih baik. Bukan menjerumuskan kearah hal yang sesat.

Penekno blimbing kuwi memiliki arti panjatkan buah belimbing itu. Panjatkan bermakna ajakan atau dorongan untuk memeluk dan menjalankan syariat Islam. Sedangkan buah belimbing dipilih karena merupakan buah berwarna hijau-kuning yang memiliki 5 sudut yang menggambarkan Rukun Islam yang memiliki 5 perkara. Lunyu-lunyu yo penekno, kanggo mbasuh dodotiro merupakan sebuah pesan untuk berpegang teguh pada ajaranIslam meskipun akan banyak cobaan yang menghadang. Poin yang terdapat dalam hal ini adalah untuk tetap berusaha sekuat tenaga. Apabila sudah berpegang teguh pada iman dan syariat Islam, maka akan mudah bagi seseorang untuk membersihkan hati dan pikiran yang diumpamakan sebagai "pakaian" sehari-hari. Pakaian juga dapat diumpamakan sebagai karakteristik sesorang dalam bersosialisasi. Apabila pakaian (hati dan pikiran) kita lusuh dan kotor, maka akan sulit bagi kita untuk berinteraksi sosial dengan orang lain. Sesoarang dengan hati, pikiran, dan karakter yang baik akan dengan mudah melebur dalam masyarakat.

Pada baris berikutnya, Dodotiro, dodotiro, kumitir bedah ing pinggir, Dondomono, Jlumatono, kanggo sebo mengko sore merupakan lanjutan dari baris sebelumnya yaitu apabila "pakaian" kita yang lusuh dan kotor hendaknya segera dipinggirkan. Bukan berarti pakaian itu akan dibuang melainkan untuk segera dijahit kembali dan dibenahi agar indah kembali dan layak untuk dipakai. Perbaikan ini hendaknya dilakukan sesegera mungkin sebelum menghadap waktu sore hari. Waktu sore hari disini memiliki arti sebelum datang kematian karena sore merupakan penghujung hari dan kematian merupakan akhir dari hidup. Artinya, hendaknya seseorang itu memperbaiki iman dan karakternya sesegera mungkin sebelum datang kematiannya.

Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane memiliki makna bahwa dalam kehidupan saat ini, selagi masih memiliki waktu yang longgar dan keinginan yang kuat, hendaknya iman tersebut segera diperbaiki. Sebelum sinar tersebut meredup dan waktu yang semakin sempit yang tidak memungkinkan untuk melakukan perbaikan diri tersebut. Hal ini juga berkaitan dengan banyaknya waktu luang yang dipergunakan untuk hal yang sia-sia. Waktu tersebut dapat dipergunakan untuk suatu hal yang lebih bermanfaat.

Lagu ini ditutup dengan ajakan untuk bersorak. Yo surako, surak hiyo berarti sambutlah lagu ajakan ini dengan sorak kegembiraan. Untuk menjalankan syariat tersebut dengan senang hati dan keinginan yang kuat. Serta agar bahagia mengingat manfaat bagaikan pohon yang rindang menunggu diakhir perjuangan memperbaiki diri, iman, takwa.

 

#OSKMITB2018

DISKUSI


TERBARU


ASAL USUL DESA...

Oleh Edyprianto | 17 Apr 2025.
Sejarah

Asal-usul Desa dimulai dari keberadaan Jaka Tingkir/ Mas Karebet/ Sultan Hadiwijaya yang menetap di Desa Pringgoboyo, Maduran, Lamongan. KERAJAAN...

Rumah Adat Karo...

Oleh hallowulandari | 14 Apr 2025.
Rumah Tradisional

Garista adalah Rumah Adat Karo di Kota medan yang dikenal sebagai Siwaluh Jabu. Rumah adat ini dipindahkan dari lokasi asalnya di Tanah Karo. Rumah A...

Kearifan Lokal...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Setiap Kabupaten yang ada di Bali memiliki corak kebudayaan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Salah satunya Desa Adat Tenga...

Mengenal Sejara...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Pura Lempuyang merupakan salah satu tempat persembahyangan umat hindu Bali tertua dan paling suci di Bali. Terletak di lereng Gunung Lempuyang, di Ka...

Resep Layur Bum...

Oleh Masterup1993 | 24 Jan 2025.
Makanan

Ikan layur yang terkenal sering diolah dengan bumbu kuning. Rasa ikan layur yang dimasak dengan bumbu kuning memberikan nuansa oriental yang kuat...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...