H. Rodjali
Jakarta, 10 Desember 1936
atau yang lebih dikenal sebagai Babe Jali adalah seorang seniman senior yang dilahirkan di Jakarta pada 10 Desember 1936. Dalam usianya menjelang 77 tahun ini, beliau tetap memotivasi anak dan cucunya untuk terus berlatih mengembangkan bakat bernyanyi, bermain musik, dan bermain lawak Betawi tanpa henti. Babe selalu mengingatkan anak dan cucunya untuk tetap berlatih meskipun tidak ada tanggapan, karena menurut Babe Jali kesenian ini tidak ada matinya, selama orang Betawi dan tanah Betawi ini masih ada pasti kesenian ini akan berguna dan dicari orang. Kebermaknaan dan fungsi kesenian inilah yang meyakinkan Babe Rojali bahwa dengan kesenian orang bisa hidup, yang terpenting menurutnya kita musti berusaha dan berkreatifitas dalam memajukan kesenian Betawi agar tidak ketinggalan zaman. Bagi Babe Jali masuknya film dan alat musik modern sebagai ajang kompetisi bagi orang Betawi, karena menurut beliau justru masuknya hal modern itu dapat memberi semangat diri orang Betawi untuk tetap mempertahanakan nilai dan karakter budayanya.
Pada masa Gubernur Ali Sadikin Babe Jali beberapa kali diundang untuk memeriahkan Panggung Festival di Taman Mini Indonesia Indah dan Taman Impian Jaya Ancol dan Taman Ismail Marzuki. Menurut Babe Rojali masa Ali Sadikin kesenian Betawi mengalami titik balik, yaitu kembali bangkit, sebab selama beberapa tahun sebelumnya mengalami kelesuan. Pada awal tahun 50-an kesenian Betawi penuh dengan tanggapan masyarakat sampai awal tahun 1960-an kembali mengalami kelesuan karena masuknya pertunjukkan layar tancep. Ketika masa Gubernur Ali Sadikin kesenian Betawi kembali berbenah dan memperbaiki diri untuk maju dalam panggung pertunjukan melalui kerja sama dengan Lembaga Pariwisata DKI Jakarta. Setelah masa Ali Sadikin selesai panggung-panggung pertunjukan kembali sunyi dari pertunjukan, sampai tahun 1990-an, masa Gubernur Sutiyoso terutama dengan pemberian penghargaan kepada beberapa seniman Betawi yang telah lama menekuni dan mengembangkan kesenian Betawi. Termasuk pada masa Gubernur Fauzi Bowo, beberapa kali Babe Jali mendapat penghargaan sebagai tokoh seniman Betawi yang banyak mengembangkan lenong Betawi, lenong Denes, musik gambang kromong, dan gambang rancag.
Awalnya pimpinan grup kesenian Jali Putra ini diturunkan Bapak Mertuanya Samad Modo, awal tahun 90-an yang berganti nama dari Grup Sedap Malam menjadi Grup Jali Putra sampai sekarang. Pada usia Babe Rojali yang memasuki usia ke- 77 tahun, ia sudah menurunkan estafet pimpinan Grup Jali Putra pada anak Babe bernama Burhan. Babe Rojali memiliki satu orang istri bernama Ani, yaitu anak dari Samad Modo. Babe memiliki 12 orang anak dan beberapa orang cucu. Sebagian besar, baik anak maupun cucu bisa bernyanyi dan bermain musik Betawi, termasuk ngecancag. Putranya Jafar dan Firman dianggap sudah piawai menggantikan Babe Rojali bermain musik dan menyanyi, terutama dalam pertunjukan gambang Rancag.
Tidak main-main usaha Babe Rojali mengawal kesenian Betawi untuk terus bertahan baik di tengah keluarga maupun pada lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun informal di masyarakat. Misalnya pada tahun 1998-2000, Babe Rojali mau menyumbangkan tenaganya untuk mengajar musik gambang kromong eskul SMA 54 Jakarta Timur. Termasuk membantu Lembaga Kesenian betawi (LKB) membuat dokumentasi musik-musik Betawi tahuan 1990-2000, dan menjadi informan untuk penyelesaian studi akhir para mahasiswa , baik skripsi, tesis, dan disertasi.
// @Minor_Caknole |source: kemdikbud
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja