|
|
|
|
Maccera Tappareng Tanggal 06 Jul 2015 oleh Oase . |
Bunyi lesung yang dipukul-pukul padendang terdengar bertalu-talu di atas perahu yang berputar-putar mengelilingi danau. Bebunyian itu mengiringi rapal-rapal doa yang dipanjatkan pacoa tappareng . Atas nama masyarakat, selain mengucap syukur, pemimpin upacara itu juga memanjatkan doa kiranya kehidupan mereka selalu diberkahi sepanjang masa. Sejurus kemudian, aneka sesaji dilarung ke tengah danau ini.
Begitulah potongan dari ritual upacara maccera tappareng yang digelar oleh masyarakat nelayan yang tinggal di sekitar Danau Tempe, Sulawesi Selatan itu. Dari ketinggian, danau yang menyerupai baskom raksasa itu diapit oleh tiga kabupaten yaitu Wajo, Soppeng, dan Sidrap. Danau inilah yang menjadi sumber penghidupan mereka dari generasi ke generasi. Mereka sangat tergantung pada kelestarian danau itu.
Demi maksud itu, sejumlah aturan adat pun ditetapkan. Misalnya, larangan menangkap ikan di malam dan hari Jumat. Secara ekologis, pembatasan ini sebetulnya sebagai pengingat untuk tidak mengeksploitasi alam secara terus menerus. Makna lainnya adalah nelayan Danau Tempe menganggap hai itu adalah waktu yang sangat sakral untuk beribadah. Sederhananya, mereka adalah kelompok masyarakat yang sangat religius
Larangan lainnya adalah, tak diijinkan membawa dua parewa mabbenni atau alat tangkap ikan. Pesan berikutnya, setiap orang punya hak yang sama atas anugerah yang telah diberikan Tuhan. Hak itu berlaku bagi siapa saja, tanpa membedakan asal-usul dan status apapun. Si kaya atau si miskin, tetap harus menggunakan satu alat lengkap ketika mencari ikan.
Rambu-rambu adat selanjutnya adalah dilarang berselisih dan menyelesaikan masalah di atas danau, karena bisa berakibat fatal jika terjadi perkelahian dan tidak ada orang yang melerai. Oleh karena itu masalah harus diselesaikan di darat dengan cara musyawarah, dan mengedepankan prinsip sipakatau (saling menyegani), sipakainge (saling menasehati), dan sipakalebbi (saling menghargai).
Sejauh ini, ketentuan-ketentuan adat itu dijalankan dengan sepenuh hati. Di dalamnya termasuk juga ketaatan untuk hanya mencari ikan di zona-zona khusus seperti bungka, palawang cappeang, dan makkajala. Serta menjauhi tempat-tempat larangan yang disebut pacco balanda. Berkat ketaatan mematuhi aturan inilah, sampai saat ini, kehidupan nelayan di sekitar Danau Tempe tetap berjalan harmonis, selaras dengan alam.
Upacara maccera tappareng yang digelar tiap tahun ini bisa menjadi buktinya. Pesta suka cita ini merefleksikan keberkahan yang mereka dapatkan. Ritual uni juga menjadi peristiwa yang sangat tepat untuk saling mengingatkan, bahwa kehidupan manusia mustahil tercabut dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang terjaga, pasti akan membawa kebaikan. Jika sebaliknya, segala bemcana tak perlu lama pasti akan segera tiba.
Sumber:
Ahdiat, Yayan. 2014. Warisan Kita Ed. 02. Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya: Jakarta
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditindb/2015/06/19/ritual-mencari-berkah/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |