Ritual
Ritual
Tradisi dan Ekspresi Lisan Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta
Macapatan Yogyakarta
- 29 Desember 2018

Pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII, tradisi macapat mulai dipopulerkan kembali. Sultan Hamengkubuwono VII yang sangat peduli tentang pendidikan, industry, dan kesenian, mewajibkan parakeluarga kerajaan untuk mempelajari dan melestarikan tradisi macapat. Pada awal perkembangannya, macapat hanya diperuntukkan untuk keluarga istana seperti anak, adik dan kerabat raja; namun lama kelamaan para abdi dalem keraton mulai mempelajari dan menyukai tradisi tersebut; kemudian dikenal oleh masyarakat luas, sehingga pada tahun 1960-an didirikan sekolah khusus macapat bagi masyarakat. Selain di Keraton Yogyakarta, berdasarkan Babad Pakualaman dijelaskan bahwa tradisi macapat telah dilakukan sejak Pakualam I hingga Pakualam IV, pelaksanaannya setiap hari Jum’at di Pendapa Pakualaman. Macapat dibacakan oleh abdi dalem di hadapan adipati atau raja, dan keluarga kerajaan, serta terdapat orang yang bertugas untuk membedah atau menjelaskan isi dan maksud dari macapat tersebut.

Macapat merupakan tradisi melagukan tembang pada masa “Jawa Baru”. Sebelum dikenal tradisi macapat, pada masyarakat masa “Jawa Kuno” dikenal tradisi kakawin dan kidung. Tradisi kakawin berasal dari kata “kawin”, merupakan tradisi melagukan tembang dengan aturan-aturan yang berasal dari India; sedangkan pada masa “Jawa Pertengahan”, masyarakat mengenal adanya tradisi kidung yang masih memiliki sedikit kesamaan dengan kakawin, yakni dengan melagukan tembang yang masih memiliki pengaruh budaya India, namun aturan atau metrum menggunakan aturan Jawa. Dalam pembacaan kidung dan kakawin para penyair harus memperhatikan cara membaca panjangpendeknya suatu teks seperti dalam pembacaan Al-Qur’an.

Macapat memiliki tiga metrum atau aturan baku yang harus selalu dijadikan sebagai patokan yaitu:

  1. Guru gatra, merupakan jumlah baris dalam satu baris;
  2. Guru wilangan, merupakan jumlah suku kata dalam tiap baris;
  3. Guru lagu, merupakan vokal terakhir dalam setiap baris. Bahasa yang digunakan dalam macapat tergantung bahasa yang ditulis dalam naskah, babad atau serat yang akan dilagukan. Akan tetapi pada umumnya bahasa yang digunakan merupakan bahasa “Jawa Baru”.

Metrum pada macapat digunakan untuk mencapai tujuan dari macapat, yaitu:

  1. Digunakan untuk membaca doa: ”Ana kidung remokso ing wengi, teguh ayu luput ng loro luput o billahi kabeh, jin syetan datang purun, paneluhan tan ono wani….” (Doa dijauhkan dari bala atau bahaya).
  2. Bisa untuk membaca sejarah seperti membaca babad Majapahit,Mataram, Padjajaran dan lain sebagainya.
  3. Bisa membaca serat (nasihat-nasihat yang ditulis oleh para pujangga).
  4. Bisa untuk kepentingan masa kini seperti perayaan pesta rakyat.

Sumber : Buku Pentapan WBTB 2018

 

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Pasukan Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kasultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda berwarna hitam. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam berupa golok dan pisau. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis namun ada juga yang memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce. QUIVER ( TEMPAT ANAK PANAH ): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dala...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Pasukan pemanah kesultanan kasepuhan cirebon di festival keraton nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belakang.

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
PANURUNG: Pasukan Pengawal Keraton Sumedang Larang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Jawa Barat

Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
sate ayam madura
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Timur

soto ayam adalah makanan dari lamongan

avatar
Sadaaaa