Paggih adalah prosesi pertemuan antara mempelai pria dan mempelai wanita setelah resmi menikah secara agama. Upacara ini dilakukan setelah ijab qabul berlangsung. Panggih memiliki delapan tahapan dimana setiap tahapannya memiliki makna yang berbeda. Setiap daerah di jawa memiliki sedikit perbedaan tahapan dalam upacara panggih, misalnya upacara panggih di Solo dan di Yogyakarta terdapat perbedaan pada tahap ketiga.
Upacara Adat Panggih diawali dengan kegiatan Penyerahan Pisang Sanggan dari mempelai pria maknanya memberi tebusan kepada orang tua dari mempelai wanita karena sudah merawat mempelai wanita sejak dalam kandungan hingga dewasa. Pisang Sanggan yang mengandung arti “Sing nyonggo uripe anakku mengko aku Bu” artinya setelah menikah yang bertanggung jawab atas mempelai wanita beralih dari orang tuanya ke suaminya.
Tahap selanjutnya ialah Panggih atau Temu maknanya pertemuan kedua pengantin yang pada akhirnya memutuskan untuk memasuki bahtera kehidupan rumah tangga sampai akhir hayat. Berikutnya upacara dilakukan dengan Balangan Gantal atau Sirih maknanya saling melempar kehatinya dengan penuh kasih sayang. Kemudian dilanjutkan dengan acara Injek Telur yang maknanya supaya cepat mendapatkan keturunan. Telur melambangkan manunggalnya pria dan wanita. Pecahnya telur berupa putih dan merah. Putih melambangkan pria dan merah melambangkan wanita. Setelah menginjak telur mempelai wanita mencuci kaki suaminya sebagai bakti seorang istri kepada suami.
Upacara dilanjutkan dengan Sinduran dalam pelaksaannya bapak mempelai wanita berjalan diikuti pengantin yang berjalan dibelakangnya sambil memegang pundak bapaknya dan ibu mempelai wanita berjalang dibelakang pengantin sambil memegang pundak anak-anaknya. Maksudnya adalah kehidupan anaknya di tanggung oleh orang tuanya. Setelah berjalan sampai dipelaminan bapak pengantin wanita Pangkon atau Timbangan dimana bapak mempelai wanita memangku pengantin pria dilutut kanan dan pengantin wanita dilutut kiri dan ibu pengantin wanita akan menanyakan kepada bapak pengantin wanita “Abot ende Pakne” dijawab dengan “Podo Abote” yang artinya kasih sayang anaka kandung dan anak mantu sama sayangnya tidak berat sebelah.
Setelah itu pengantin melakukan Rujak Degan pelaksanaannya bapak dan keluarga meminum es kelapa sebagai lambang membersihkan dan menyegarkan tubuh serta jiwa. Dilanjutkan dengan Kacar Kucur ialah pengantin pria menuangkan kacang-kacangan dan beras kuning, pengantin wanita menerimanya harus dengan hati-hati yang berarti seorang suami sudah bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarganya dan seorang istri harus pintar serta berjhati-hati mengelola keuangan. Kemudian penganting pria melakukan Dulangan atau dalam bahasa indonesia menyuapi yaitu menyuapi istrinya dan sebaliknya maknanya saling bercumbu ray dan memadu kasih. Tahapan terakhir ialah Tilik Pitik atau Jempu Besan ialah orang tua pengantin wanita menjemput besan ke pelaminan.
Itulah makna dari setiap tahapan yang dilakukan dalam Upacara Adat Panggih.
#OSKMITB2018
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja