1. Asal Usul Permainan
Daerah Kalimantan Barat yang terkenal dengan daerah rawa pada umumnya, menyebabkan kehidupan manusia disibukkan dengan masalah air. Baik transportasi, mata pencaharian sebagian besar mempergunakan jasa air. Demikian juga halnya dengan Kabupaten Sintang, yang bahkan dibelah tiga oleh sungai Kapuas dan sungai Melawi. Hal ini menyebabkan penduduk sekitarnya sudah terbiasa bermain dalam air. Antara lain adalah permainan yang dilakukan oleh penduduk di sekitar kedua sungai tersebut yaitu “Luncur-luncuran”.
Luncur-luncuran merupakan salah satu nama permainan meluncur di tebing sungai pada masyarakat suku Melayu Sintang. Luncur-luncuran dikenal oleh masyarakat suku Melayu di Sintang, sudah sejak nenek moyang mereka. Istilah “Luncur-luncuran” mempunyai arti meluncur dari atas tebing sungai, baik dengan alat ataupun tidak. Permainan ini adalah permainan asli penduduk Melayu Sintang, disebabkan karena penduduk ini kebanyakan bertempat tinggal di tepi sungai yang tebingnya dalam.
Permainan ini biasanya dilakukan pada musim kemarau. Dimana pada musim kemarau itu air sungai Kapuas dan sungai Melawi yang melewati kota Sintang sedang surut, sehingga sungai yang dalam itu akhirnya akan menjadi tebing yang tinggi pada musim kemarau tersebut. Permainan ini tidak mempunyai hubungan atau sangkut paut dengan suatu peristiwa sosial tertentu.
2. Pemain-pemainnya
Permainan ini yang mempunyai sifat olah raga dan ketangkasan tidak ditentukan jumlah pemainnya. Permainan ini dapat dilakukan perorangan atau berkelompok. Kebanyakan Luncur-luncuran ini dilakukan oleh anak laki-laki sampai dengan umur 15 tahun. Permainan ini hanya dilakukan oleh anak laki-laki, karena permainan ini mengandung resiko dan tidak disenangi oleh anak-anak wanita.
3. Peralatan/Perlengkapan Permainan
Permainan ini menggunakan alat-alat antara lain: Gayung/Ember untuk mengguyur tanah tebing agar licin dan papan yang dipakai untuk meluncur.
4. Jalannya Permainan
- Persiapan
Sebelum permainan ini dimulai, para pemain mengambil air dari sungai dengan gayung atau ember untuk diguyur pada tanah tebing yang curam. Dengan papan atau kakinya mereka membuat tebing yang diguyur air tersebut diratakan agar licin. Setelah licin baru permainan itu sendiri dilakukan.
- Pelaksanaan Permainan
Luncur-luncuran dengan papan ini, lebih sulit dalam hal mempertahankan keseimbangan di atas papan. Meluncur dengan papan ini, pemain dapat berdiri di atas papan atau dapat duduk di atas papan tersebut. Setelah sampai di air, pemain berusaha meluncur di atas air tersebut dengan papannya. Kalau hal itu berhasil maka, pemain tersebut dianggap yang terpandai atau menang.
Sumber:
http://ace-informasibudaya.blogspot.co.id/2010/01/permainan-rakyat-kalbar.html
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja