Ornamen
Ornamen
Alat Masak Jawa Tengah Jawa Tengah
Lumpang dan Alu - Jawa Tengah - Jawa Tengah - Peralatan Masak
- 21 April 2018

Lumpang dan alu adalah sepasang alat dapur tradisional yang hingga kini masih banyak dijumpai pada masyarakat Jawa. Pada awalnya keberadaan alat dapur lumpang-alu ini lebih banyak dipakai untuk menumbuk padi menjadi beras, namun lambat-laun fungsinya berubah menjadi penumbuk beras menjadi tepung. Itulah salah satu alih fungsi yang terjadi pada alat dapur tersebut. Alat dapur yang sudah berumur ratusan tahun itu juga digunakan oleh suku-suku lain di Nusantara ini.

Pada umumnya, alu terbuat dari kayu, seperti kayu jati, kayu nangka, atau kayu jenis lainnya yang kuat, sedangkan lumpang terbuat dari kayu, batu atau besi. Lumpang yang terbuat dari kayu atau batu berpasangan dengan alu yang terbuat dari kayu. Sementara lumpang besi, biasanya alunya juga terbuat dari besi. Hanya saja lumpang-alu dari besi ukurannya lebih kecil.

Masyarakat Jawa telah menggunakan alat ini setidaknya sejak masa pertanian padi permanen. Kosa kata ini telah terekam dalam kamus Baoesastra Djawa karangan WJS Poerwadarminta (1939). Pada halaman 278 kolom 2 disebutkan bahwa lumpang terbuat dari kayu atau batu dibentuk balok atau silinder, di tengahnya berlubang berfungsi untuk menumbuk, dan sebagainya. Tinggi sekitar 30-50 cm dan lebar sisi bawah 25 cm x25 cm, lebar sisi atas 40cm x 40 cm. Sedangkan alu (Poerwadarminta, 1939, hlm 7 kolom 1&2) berbentuk silinder, diameter sekitar 5-10 cm, panjang sekitar 120-150 cm, bagian tengah berlekuk lebih kecil sebagai pegangan tangan.

Masyarakat Jawa kuna yang hidup di abad VIII Masehi atau pada zaman Mataram Hindu, telah mengenal dan menggunakan alat dapur ini untuk keperluan dalam bidang pertanian dan rumah tangga. Hal itu diketahui dari catatan dalam beberapa naskah kuno seperti Sutasoma, Sumanasantaka, dan Tantu Panggelaran. Istilah tersebut terangkum pula dalam Kamus Jawa Kuna-Indonesia edisi Indonesia, karangan PJ Zoetmulder (&SO Robson) tahun 1995. Pada halaman 614, istilah lumpang (Jawa Kuna) berarti lumpang (pengertian Jawa Baru). Dengan demikian, alat dapur ini tetap digunakan oleh masyarakat Jawa sejak ratusan tahun lalu.

Pada zaman dahulu masyarakat Jawa menganggap lumpang dan alu juga sebagai simbol kesuburan. Lumpang-alu diibaratkan sebagai lingga yoni dalam istilah arkeologi. Lingga yoni yang bertemu akan menghasilkan kesuburan.

Monumen Nasional (Monas) di Jakarta juga tidak terlepas dari simbol lumpang dan alu. Bangunan lumpang disimbolkan di bagian bawah yang melebar, sementara alu disimbolkan dengan bangunan menjulang tinggi ke atas.

Pada perkembangan dewasa ini, lumpang sudah sangat jarang dipakai untuk menumbuk gabah menjadi beras, tapi untuk menumbuk beras menjadi tepung. Sebagai alat dapur, lumpang dan alu juga dimanfaatkan oleh ibu rumah tangga untuk menumbuk bahan dapur lainnya, misalnya membuat sambal pecel, menumbuk kacang tolo untuk dijadikan makanan pelas, atau ramuan jamu tradisional.

Pada masyarakat pedesaan di Jawa, sampai sekarang masih banyak dijumpai lumpang-alu. Pemakai yang sering menggunakan alat ini adalah para penjual makanan yang sudah masak, seperti penjual nasi pecel. Namun di perkotaan sudah sulit ditemukan alat dapur ini. Di kota-kota besar, alat dapur yang berfungsi untuk menumbuk atau melumatkan bumbu dapur sudah digantikan oleh alat-alat modern yang menggunakan tenaga listrik, misalnya blender.



 

Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2014/11/lumpang-alu-penumbuk-beras-yang-beralih-fungsi/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Prajurit pemanah kasultanan kasepuhan cirebon di festival keraton nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
PANURUNG: Pasukan Pengawal Keraton Sumedang Larang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Jawa Barat

Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU