Sebagai makanan khas, lontong tahu mudah ditemukan di seluruh sudut Kota Blora, Jawa Tengah. Lontong ini merupakan campuran antara lontong yang dibungkus dengan daun pisang dan tahu goreng. Di sini, sebagian besar penjual memang tidak membungkus lontong dengan plastik, sebagaimana kebanyakan pedagang lontong masa kini. Para penjual lontong tahu Blora umumnya memiliki takaran khusus untuk para pembelinya. Untuk para pembeli pria, penjual akan memberikan satu porsi lontong tahu yang terdiri dari satu lontong utuh. Sementara untuk para pembeli wanita, satu porsi yang diberikan berisi kurang dari satu lontong utuh. Asumsinya, porsi untuk wanita lebih sedikit daripada porsi untu pria.
Agar kesan tradisional tidak hilang, warung-warung penjual lontong tahu masa kini masih menyertakan pikulan sebagai penanda tradisi. Pada masa lalu, pikulan digunakan untuk menjajakan lontong tahu secara keliling. Saat ini, pikulan tersebut hanya sebagai penanda identitas sejarah dan kultural dari lontong tahu itu sendiri. Para penjual lontong tahu juga memiliki bumbu-bumbu khusus untuk menarik pelanggan. Bumbu-bumbu tersebut adalah campuran bawang putih, kecap, cabai, dan kacang tanah. Semua dikumpulkan dan dihaluskan di atas cobek dengan penghalus yang terbuat dari akar pohon bambu.
Setelah dihaluskan, bumbu tersebut kemudian disiramkan di atas lontong dan tahu yang sudah disiapkan di atas piring. Tahu baru akan digoreng jika ada pembeli datang. Tahu tersebut digoreng di atas tungku arang yang masih tradisional. Saat memesan, pembeli akan ditanya, apakah lontong tahu ingin disajikan di atas piring polos, atau dilapisi daun jati. Daun jati sering dipilih oleh pelanggan karena ada sensasi tersendiri yang dipercaya dapat membedakan rasa. Selain kerupuk, tempe goreng adalah pendamping yang sangat cocok saat menyantap lontong tahu.
Menurut sejarawan Blora, H. Soelistijono, 75 tahun, lontong tahu Blora adalah metamorfosis dari lontong sayur yang sudah sejak awal menjadi makanan khas rakyat Blora. Lontong sayur, pada masanya, biasanya disajikan dalam upacara-upacara adat, seperti saat panen, mendirikan rumah, dan sedekah bumi. Lontong Tahu Blora baru berkembang pada tahun 1930-an. Berkembangnya lontong tahu di sini tidak terlepas dari peran para pengusaha Tionghoa di Blora yang mendatangkan tahu dan kecap dari Tiongkok. Pada tahun 1960-an, penikmat lontong tahu Blora rata-rata berasal dari masyarakat dari kelas menengah ke bawah. Namun, seiring berkembangnya zaman, para penjual lontong juga melayani pesanan kantor untuk konsumsi rapat dan pertemuan lain.
Penjualan lontong tahu Blora saat ini dilakukan secara turun temurun. Pada awalnya, penjual lontong tahu haruslah ppria karena harus menjajakan makanan sambil memikulnya dari pintu ke pintu. Sedangkan perempuannya hanya mengikuti di belakang sambil membawa keperluan lainnya dalam gendongan. Hanya saja, situasi berubah. Saat ini, mayoritas penjual lontong tahu justru adalah perempuan, meskipun mereka hanya mangkal dan menunggu pembeli datang.
Bahan-bahan :
Cara Membuat Sajian Lontong Tahu Blora :
sumber: Resep dan Masakan (http://resepdanmakanan.com/resep-membuat-lontong-tahu-asli-blora/)
Reference:
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.