×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Legenda

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Sulawesi Selatan

Legenda Sejarah Asal Mula Nama Kota Makasar

Tanggal 16 May 2018 oleh Sobat Budaya.

Banyak orang salah kaprah menilai arti nama Makassar berasal dari kata ‘kasar’. Padahal, sejarah penamaan Ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan ini, sangat bernuansa islami, yakni ditandai dengan mimpi Raja Tallo ke VI di abad ke 16.

Nama Makassar sudah disebutkan dalam pupuh 14/3 kitab Nagarakretagama karya Mpu Prapanca pada abad ke-14, sebagai salah satu daerah taklukkan Majapahit. Walaupun demikian, Raja Gowa ke-9 Tumaparisi Kallonna (1510-1546) diperkirakan adalah tokoh pertama yang benar-benar mengembangkan kota Makassar. Ia memindahkan pusat kerajaan dari pedalaman ke tepi pantai, mendirikan benteng di muara Sungai Jeneberang, serta mengangkat seorang syahbandar untuk mengatur perdagangan.

Pada abad ke-16, Makassar menjadi pusat perdagangan yang dominan di Indonesia Timur, sekaligus menjadi salah satu kota terbesar di Asia Tenggara. Raja-raja Makassar menerapkan kebijakan perdagangan bebas yang ketat, di mana seluruh pengunjung ke Makassar berhak melakukan perniagaan disana dan menolak upaya VOC (Belanda) untuk memperoleh hak monopoli di kota tersebut. Masjid di Makassar (1910-1934).

Dalam catatan sejarah kerajaan Gowa-Tallo, diceritakan Raja Tallo ke-VI Mangkubumi Kerajaan Gowa, I Mallingkaang Daeng Mannyonri Karaeng Katangka, bermimpi melihat cahaya bersinar dari Tallo ke segala penjuru kerajaan dan negeri sekitarnya. Mimpi itu ia bawa selama tiga hari berturut-turut.

Dalam buku ‘Peristiwa Tahun-tahun Bersejarah Sulawesi Selatan dari Abad ke XIV s/d XIX’ karya Darwa rasyid MS. Tepat di malam Jum’at, 9 Jumadil Awal 1014 H atau 22 September 1605 M, di malam ketiga mimpi raja, sebuah perahu kecil berlabuh di pantai Tallo.

Warga keheranan melihat sesosok pria jubah putih di atas perahu tersebut. Pria itu lalu menambatkan perahunya lalu melakukan gerakan-gerakan yang asing dipandang warga. (Belakangan raja mengetahui itu merupakan gerakan sholat).

Di malam yang gelap gulita, tubuh pria itu memancarkan cahaya menyilau ke segala penjuru arah. Hal itu membuat warga gempar dan menyampaikan ke raja Tallo tentang sosok pria misterius tersebut, saat besok paginya.

Mendengar hal itu, Raja pun bergegas ke bibir panti Tallo. Belum sempat keluar istana, sosok pria itu tiba-tiba muncul di hadapan raja, tepat di depan gerbang. Raja pun sontak kaget dan melihat wajah pria itu sangat teduh, tubuhnya memancarkan kilau cahaya.

Menurut peneliti Balai Litbang Agama Makassar, Syamsurijal Adhan, pria yang masih misterius itu menjabat tangan raja yang masih kaku melihat sosoknya. Usai berjabat tangan, tangan raja Tallo tiba-tiba bertuliskan bahasa Arab yang ia tak tahu artinya.

“Orang tua itu lalu meminta agar tulisan tersebut diperlihatkan pada lelaki yang sebentar lagi akan merapat di pantai,” kata Syamsurijal Adhan, saat ditemui Okezone di kantornya, jalan AP Pettarani, Makassar.

Belum sempat berkata-kata, pria itu menghilang seketika. Raja pun bergegas ke pantai Tallo, mengikuti arahannya. Dan benar, seorang pria baru saja berlabuh di pantai. Raja pun langsung mendatangi tamu barunya, pria itu bernama Datuk Ri Bandang, ulama penyebar Islam asal Koto Tengah, Minangkabau (Saat ini berada di Sumatera Barat)

Raja Tallo lalu memperlihatkan tulisan Arab yang tertulis di telapak tangannya. Datuk pun menjawab tulisan itu merupakan dua kalimat syahadat. Raja pun menjadi takjub

Kedatangan Datuk memang untuk mengajak raja Tallo agar menerima ajaran Islam. Pertemuan kedua tokoh ini pun menjadi cikal bakal penyebaran agama Islam di Sulawesi Selatan. Raja Tallo menerima ajaran Islam dan berganti nama menjadi Sultan Abdullah Awaluddin Awawul Islam Karaeng Tallo Tumenanga ri Agamana. Agama Islam pun menjadi agama resmi di kerajaan.

“Kisah inilah yang menjadi awal mula nama Makassar. Diambil dari bahasa Makassar ‘Akkasaraki’ atau Menampakkan Diri. Hal itu berdasarkan pengalaman munculnya sosok bercahaya dari pantai,” ujar Syamsurijal.

Pengalaman ‘penampakan’ cahaya putih itulah yang disebut ‘Akkasaraki’. Kisah ini membekas kendati menjadi awal penerimaan Islam di masyarakat kerajaan kala itu. Dari berbagai sumber catatan-catatan pedagang Portugis di abad ke 17, ‘Makassar’ dikenal sebagai pusat kota kerajaan Gowa-Tallo. Meski sempat berganti nama menjadi Ujung Pandang, namun Pemerintah bersepakat mengembalikan nama Makassar, karena punya akar historis yang kuat.

Apa yang dimimpikan raja Tallo pun jadi kenyataan. Usai masuk islam, Kerajaan Gowa Tallo, menjadi salah satu sebab utama penyebaran Islam ke penjuru kota dan kerajaan di Sulawesi. ‘Cahaya’ Islam menyebar cepat hingga saat ini dapat dirasakan, Islam merupakan agama mayoritas di Sulsel.

Sementara Datuk Ri Bandang, bersama dia saudaranya Datuk Ri Tiro dan Datuk Sulaiman tercatat dalam sejarah sebagai ulama yang berpengaruh besar, menyebarkan Islam di Sulawesi Selatan. Hingga akhir hayatnya, Datuk Ri Bandang tak pulang lagi ke Minangkabau. Datuk Ri Bandang wafat di kota Makassar, makamnya terletak di jalan Sinassara, Kaluku Bodoa, Kecamatan Tallo, Kota Makassar.

Sumber: https://histori.id/legenda-sejarah-asal-mula-nama-kota-makasar/

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...