Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jawa Timur Blitar
Legenda Pusaka Gong Kyai Pradah, Kabupaten Blitar
- 10 Juli 2018
Sejarah Mengenai Upacara Tradisional Siraman Gong Kyai Pradah / Pusaka Gong Kyai Pradah Di Kel. Kalipang Kec. Sutojayan Lodoyo Blitar
 
Tersebutlah dalam kisah, antara tahun 1704 – 1719 Masehi di Surakarta bertahtalah seorang Raja bemama SRI SUSUHUN AM PAKU BUWONO I. Raja ini mempunyai saudara tua yang lahir dari istri ampeyan (bukan Permaisuri) bernama PANGERAN PRABU.
 
Pada saat penobatan SRI SUSUHUNAN PAKU BUWONO I sebagai Raja, hati PANGERAN PRABU sangat kecewa karena sebagai saudara tua PANGERAN PRABU tidak dinobatkan sebagai Raja di Surakarta sehingga timbullah keinginannya untuk membunuh SRI SUSUHUNAN PAKU BUWOONO I
 
Namun akhirnya keinginun PANGERAN PRABU tersebut tercium oleh SRI SUSUHUNAN PAKU BUWONO I dan sebagai hukumannya PANGERAN PRABU diperintahkan untuk membuka hutan di daerah Lodoyo yang pada saat itu merupakan hutan yang sangat lebat yang dihuni oleh binatang – binatang buas serta hutan tersebut dianggap sebagai tempat yang sangat angker dimana banyak rokh – rokh jahat berkeliaran disana.
 
Hukuman yang diberikan oleh Raja SRI SUSUHUNAN PAKU BUWONO I kepada PANGERAN PRABU itu sebenarnya ialah agar PANGERAN PRABU menemui ajalnya di tempat hukuman karena dimakan oleh binatang – binatang buas atau sebab – sebab lain yang bisa terjadi di hutan yang masih liar tersebut PANGERAN PRABU mengakui akan kesalahannya serta bersedia melaksanakan hukuman yang diberikan oleh Raja yaitu membuka hutan di daerah Lodoyo.
 
Keberangkatannya diikuti oleh istrinya yaitu Putri WANDANSARI serta abdi kesayangannya bemama KI AMAT TARIMAN dengan membawa Pusaka berupa bende yang disebut Kyai Becak. Pusaka tersebut akan digunakan untuk tumbal hutan Lodoyo yang dianggap angker serta banyak dihuni oleh roh – roh jahat.
 
Menurut beberapa cerita bahwa bende Kyai Becak pernah digunakan oleh Demang Bocor untuk memadam- kan pemberontakan KI AGENG MANGIR seorang sakti yang tidak setia kepada Raja.
 
PANGERAN PRABU beserta pengikutnya berangkat dari Surakarta menuju kearah timur. Selang beberapa bulan mereka sampai di daerah Lodoyo.
 
Pertama – tama mereka datang di rumah seorang janda bemama NYI PARTASUTA di hutan Ngekul.
 
PANGERAN PRABU yang masih merasakan penderitaan dan kesedihan itu tidak lama tinggal di rumah janda NYI PARTASUTA dan ingin bertapa di hutan Pakel ( Wilayah Lodoyo bagian barat) dan untuk itu Pusaka Kyai Becak dititipkan kepada NYI PARTASUTA dengan pesan agar:
 
Setiap tanggal 1 Syawal (bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri ) dan setiap tanggal 12 Rabiulawal ( ber­tepatan dengan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW) Pusaka tersebut harus dimandikan dengan air bunga setaman.
Air bekas memandikan Pusaka ter­sebut dapat digunakan menyembuhkan penyakit serta dapat menentram kan hati bagi siapa yang mau meminumnya.
 
 
Pada suatu waktu KI AMAT TARIMAN sangat kebingungan karena terpisah dengan PANGERAN PRABU, sehingga akhirnya KI AMAT TARIMAN ingin mencoba membunyikan Gong Kyai Becak sebanyak tujuh kali dengan maksud agar apabila PANGERAN PRABU Mendengar bunyi bende / Gong tersebut tentu akan mencari kearah sumber suara itu.
 
Tetapi yang datang ternyata bukan PANGERAN PRABU seperti yang diharapkan namun beberapa ekor harimau besar. Anehnya harimau – harimau itu tidak mengganggu kepada KI AMAT TARIMAN bahkan memberikan petunjuk dimana PANGERAN PRABU berada sehingga Kyai Becak juga disebut Kyai Macan atau Kyai Pradah.
 
Di pesanggrahan hutan Pakel hati PANGERAN PRABU tetap tidak dapat tenang sehingga PANGERAN PRABU akan meninggalkan tempat itu namun pakaiannya tetap ditinggalkan di Padepokan hutan Pakel dan sampai sekarang tempat itu masih dikeramatkan oleh penduduk setempat dan sekitarnya.
 
Dari Pesanggrahan Pakel PANGERAN PRABU menuju kearah barat namun tidak lama berselang mereka bertemu dengan para prajurit – prajurit utusan dari Kerajaan Surakarta yang akhimya timbul perselisihan dan terjadilah peperangan yang di menangkan oleh PANGERAN PRABU. Setelah keadaan dianggap aman PANGERAN PRABU masih menunggu di bukit Gelung kemungkinan masih ada perajurit Surakarta yang datang kembali.
 
Setelah dirasa sudah betul – betul aman PANGERAN PRABU melanjutkan perjalanannya menuju kearah barat yaitu kehutan Keluk yang sekarang di sebut Desa Ngrejo. Di tempat ini PANGERAN PRABU memangkas rambutnya  dan ditanam bersama – sama dengan mahkota kebangsawanannya. Tem­pat penanaman itu sampai sekarang masih dikeramatkan oleh penduduk setempat dan sekitarnya.
 
PANGERAN PRABU melanjutkan perjalannya menuju hutan Dawuhan. Di tempat itu PANGERAN PRABU membuka ladang pertanian dengan menanami padi Gaga. Namun karena tanahnya pusa sehingga tanaman padi Gaga tersebut tidak dapat dipanen dan akhirnya tempat itu diberi nama Gagawurung.
 
Dari Gagawurung PANGERAN PRABU melanjutkan perjalanan menuju kearah timur dan sampailah mereka di hutan Darungan. Di tempat ini istrinya melahirkan seorang putra namun putra tersebut tidak berumur panjang karena meninggal dunia dan dimakamkan di gunung Pandan disebelah utara gunung bebek.
 
Perjalanan PANGERAN PRABU dilanjutkan lagi menuju kearah timur melewati Jegu dan sampailah di hutan Kedungwungu. Beberapa bulan di tem­pat ini NY I WANDANSARI akhimya mengalami hamil tua. Oleh PANGERAN PRABU, NYI WAN­DANSARI diajak naik ke gunung di Kaulon dan disinilah NYI WANDAN­SARI melahirkan putra kembar namun putra kembar tersebut juga tidak ber umur panjang dan meninggal dunia.
 
Semua itu karena tidak adanya piranti atau alat yang dapat digunakan untuk membantu dalam melahirkan anaknya. Sampai sekarang gunung tersebut di kenal dengan nama gunung Peranti.Sampai disini putuslah kisah PANGERAN PRABU dan tidak diketahui bagaimana kelanjutannya.
 
Kembali kepada janda NYI PAR­TASUTA dimana sepeninggal PANGERAN PRABU selalu melak- sanakan segala yang pernah dipesankan oleh PANGERAN PRABU kepadanya tentang Pusaka Kyai Becak. Setelah NYI PARTASUTA meninggal dunia, Pusaka Kyai Becak diserahkan kepada KI REDIBOYO di Ngekul.
 
Dari KI REDIBOYO, pusaka Kyai Becak diturunkan kepada KI DALANG REDIGUNO di Kepek. Dari KI DALANG REDIGUNO Pusaka Kyai Becak diturunkan kepada KYAI IMAM SAMPURNA.
 
Pada suatu ketika, karena KYAI IMAM SAMPURNA dipanggil ke istana Surakarta, maka Pusaka Kyai Becak atau Kyai Pradah diserahkan kepada adiknya bemama KYAI IMAM SECO yang berdiam di Sukoanyar (sekarang disebut Desa Sukorejo), yang pada waktu itu menjabat sebagai wakil Pengulu di Blitar.
 
Pada tahun 1793 KYAI IMAM SECO meninggal dunia dan Kyai Pradah dirawat dan dipelihara oleh RadenRONGGOKERTAREJO dan ditempatkan di Desa Kalipang Lodoyo sampai sekarang. (pada waktu itu Sukoanyar masih berawa – rawa).
 
Bentuk Kyai Pradah berupa Gong (kempul) laras lima yang dahulu dibalut/ ditutup dengan sutera Pelangi / Cinde dan disamping itu masih ada juga beberapa wayang krucil, kecer dan beberapa benda lainnya.
 
Sampai sekarang pesan PANGE RAN PRABU untuk memelihara Pusaka Kyai Pradah tetap dilaksanakan dengan baik serta menjadi suatu Upacara Adat / Tradisional Siraman Pusaka Kyai Pradah setiap tanggal 1 Syawal dan setiap tgl. 12 Rabiulawal dan Upacara yang terakhir ini biasanya dikunjungi oleh puluhan ribu manusia baik dari dalam maupun luar daerah. Demikian sejarah ringkas Pusaka Kyai Pradah di Lodoyo yang dikutip dari ceritera Babat Pusaka Kyai Pradah di Lodoyo menurut Serat Babat Tanah Jawi. 
 
Upacara Tradisional Siraman Gong Kyai Pradah di Kabupaten Dati II Blitar Jawa Timur, Madiun, Cabang Dinas Pariwisata Daerah Propinsi Daerah T1ngkat I Jawa Timur di Madiun, 1995, hlm. 1-5
 
Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, Gong Kyai Pradah, jawa timur, jawatimuran, Kabupaten Blitar, Legenda, Legenda Pusaka Gong Kyai Pradah, Pusaka Gong Kyai PradahBlitar, Th. 1995
 
Sumber: http://jawatimuran.net/2013/06/02/legenda-pusaka-gong-kyai-pradah-kabupaten-blitar/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline