Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan
Legenda Lok Si Naga
- 18 September 2018

Alkisah ada sebuah keluarga nelayan di suatu daerah di Kalimantan Selatan. Mereka hidup bahagia dengan satu orang anak. Setiap hari kedua orang tuanya berangkat kerja menangkap ikan di sungai dengan cara memasang penangkap ikan berupa tangguk besar. Pada suatu hari mereka lama menunggu ikan masuk ke tangguknya, tetapi beberapa kali diangkat tak ada satu ekor ikan pun.

Mereka kembali menunggu dengan penuh kesabaran. Kemudian tangguk kembali diangkat dan mereka mendapati sebutir telur besar ada di dalam tangguk. Mereka buang kembali telur tersebut ke dalam sungai dan memasang tangguknya tiada lelah. Tangguk kembali diangkat dan telur yang tadi ada kembali di dalam tangguk. Setelah beberapa kali telur tersebut menjadi isi tangguk, akhirnya mereka pulang dengan membawa sebutir telur besar.

Sesampai di rumah mereka mendapatkan anaknya sedang tidur. Telur besar yang diperolehnya kemudian direbus untuk teman nasi. Setelah makanan siap, mereka segera makan karena sangat kelaparan. Setelah kenyang terjadi satu keajaiban, mereka perlahan berubah menjadi dua ekor naga besar. Si anak terbangun sangat terkejut dan ketakutan melihat ular naga tersebut. Setelah diberi penjelasan dan dibujuk, akhirnya si anak mengerti bahwa orang tuanya telah berubah wujud.

Kesedihan si anak tidak terhingga, ia terus menerus menangis. Orang tuanya yang telah berubah menjadi naga berusaha menenangkannya dan memberi nasehat sebagai pesan terakhir. Si anak dilarang makan telur tersebut, karena telur itu adalah telur naga putih yang hidup di sungai tempat mereka mencari ikan. Setiap yang memakannya akan berubah menjadi seekor naga. Pesan selanjutnya adalah apabila melihat air sungai berwarna putih berarti mereka menang melawan naga putih, sedangkan kalau air sungai berubah merah pertanda mereka kalah. Setelah pesan disampaikan, kedua ular naga tersebut terjun ke dalam sungai.

Kepergian kedua orangtuanya membuat si anak hidup sendiri dan kesepian. Ia tidak lupa dengan pesan-pesan yang disampaikan sebelum mereka terjun ke sungai. Setiap hari si anak duduk termenung di pinggir sungai dan menanti keajaiban datang. Ia sangat mengharap orang tuanya kembali berubah wujud menjadi manusia. Namun, keajaiban itu tak kunjung tiba.

Pada suatu hari di siang yang sangat terik, tiba-tiba turun hujan rintik-rintik. Tidak lama tampak pelangi seolah membelah langit biru dengan aneka warna yang indah. Si anak kembali duduk termenung di pinggir sungai dan menanti perubahan warna air sungai. Dengan tiba-tiba air sungai berubah warna menjadi putih. Betapa senang hatinya dan ia bersorak gembira dengan penuh harap akan kedatangan kembali kedua orang tuanya. Air sungai berwarna putih pertanda kemenangan ada di pihak orang tuanya setelah berkelahi melawan naga putih.

Jam demi jam si anak menunggu orang tuanya muncul dalam wujudnya sebagai manusia. Namun, harapan itu hanya tinggal harapan. Setelah berhari-hari yang dinanti tak kunjung muncul ke permukaan. Air sungai tetap mengalir seperti biasanya. Dalam kesendirian dan harapan yang tak juga berakhir, ia tetap kembali ke sungai sambil menanti keajaiban tiba. Duduk termenung dari pagi sampai sore hari, memandang air sungai, dan di kala senja kembali ke rumah.

Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun pun telah berganti entah sudah berapa kali, si anak tetap sendiri dan menanggung harapan tak pasti. Orang tuanya tidak pernah kembali, tetapi ia tetap menanti. Sampai akhir hayatnya, duduk termenung menjadi kesehariannya. Si anak pun pergi menghadap ilahi dalam sepi dan harapan yang tidak bertepi.

Pesan Moral: Sifat sabar dan tidak putus asa hendaknya selalu kita kedepankan. Kemampuan mengatasi segala hambatan hidup adalah wujud dari kesabaran tersebut.

 

 

sumber: Dongeng Cerita Rakyat (https://dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-kalimantan-selatan-legenda-lok-si-naga/)

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline