Di suatu tempat yang semula berupa hutan yang lebat, konon sangat angker dan banyak dihuni berbagai macam binatang buas nuansa alamnyapun sangat angker, di tempat itu biasa disebut padukuhan BUTUH. Di tempat tersebut tinggal seorang tokoh yang menjadi panutan masyarakat disekitar padukuhan tersebut yaitu bernama Ki Ageng Butuh. Dia adalah seorang ki ageng yang karismatik juga pandai dalam ilmu agama, beladiri dan ahli dalam bidang pertanian. Maka tidak aneh bila masyarakat di butuh kehidupannya maju pesat, tentram dan damai di bawah pimpinan beliau. Banyak orang bertanya siapakan sebenarnya Ki Ageng Butuh itu.
Konon ada suatu kisah dimana setelah Kerajaan Majapahit runtuh banyak keturunan raja dari kerajaan tersebut cerai berai. Salah satunya adalah Pangeran Handaya Ningrat yang menetap di daerah pengging dengan merubah namanya menjadi Ki Kebo Kenanga. Ia hidup bersama istrinya tercinta. Ki Kebo Kenanga adalah seorang pemimpin yang bijaksana, cerdas serta trampil dalam bidang apa saja termasuk bidang pertanian, pemerintahan lebih-lebih bidang keagamaan yakni agama Islam. Yang mana beliau adalah salah satu murid kesayangan dari Syeh Siti Jenar. Karena kepiawian beliau dalam memimpin daerah dan banyaknya pengikut ajaran agamanya. Maka Sultan di Demak Bintoro khawatir bilamana menjadi pesaingnya di dalam memerintah ditanah Jawa. Kemudian Sutan Demak mengutus Sunan Kudus untuk menghadapkan Kebo Kenanga di Keraton Demak, namun tidak berhasil. Akhirnya Kanjeng Sultan mengutus Sunan Kalijaga untuk mendatangi kembali Ki Kebo Kenanga di Pengging di temani oleh Sunan Kudus. Dengan mandat Kanjeng Sultan, ”Bilamana Kebo Kenanga tidak mau sowan ke Demak maka Purbawasesa di tangan kedua Sunan tersebut” ( di izinkan untuk membunuhnya ).
Dalam pertemuan itu terjadi dialog yang alot antara Ki Kebo Kenanga, Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus, sampai-sampai Sunan Kudus sempat marah mengancam untuk membunuh Ki Kebo Kenanga namun dihentikan oleh Sunan Kalijaga. Akhir dari dialog itu di sepakati Ki Kebo Kenanga tidak dihukum melainkan dia diminta untuk mengasingkan diri pergi dari bumi perdikan dengan menghilangkan nama sebenarnya. Tetapi Ki Kebo Kenanga punya permintaan bahwa bayi yang sedang didalam kandungan istrinya kelak kalau sudah besar harus menjadi seorang Raja di tanah Jawa. Permintaan tersebut disetujui oleh Sunan Kalijaga dan ia berjanji dia sendiri yang akan mendidik dan membimbing anak Ki Kebo Kenanga hingga menjadi Raja. Beginilah dialog antara Ki Kebo Kenanga dengan Sunan Kalijaga :
Sunan Kalijaga : Ngger..... Kenanga, hidup itu harus adil dan bijaksana..... Begini bagaimana kamu selamat bersama keluargamu sedang Sultan Demak juga tidak malu, kami berdua mempunyai rencana buat angger.
Kebo Kenanga : Maaf..... Kanjeng Sunan Kalijaga sekiranya jalan keluar itu baik untuk semuanya hamba akan melaksanakannya.
Sunan Kalijaga : Begini..... jika kamu untuk sementara mengasingkan diri, masalah laporanku ke Demak Bintoro nanti aku dan Sunan Kudus yang akan mengaturnya. Dan bila kamu punya permintaan kami berdua akan membantu meluluskan, angger.....
Kebo Kenanga : Baiklah Kanjeng Sunan Kalijaga dan Kanjeng Sunan Kudus jika saya harus mengasingkan diri dari bumi pengging, saya Kebo Kenanga memohon agar kelak keturunan saya dapat menjadi raja dan menurunkan raja di tanah Jawa ini.
Sunan Kalijaga : Allahu Akbar..... ya..... yaa..... aku berjanji untuk mengantarkan putramu kelak menjadi Satria Pinunjul dan dapat menjadi raja di tanah Jawa. Tetapi aku minta selama engkau mangasingkan diri mohon untuk merahasiakan jati dirimu yang sebenarnya sebelum putramu kelak menjadi raja.
Kemudian Ki Kebo Kenanga beserta istri dan murid-muridnya yang setia mengasingkan diri meninggalkan perdikan Pengging menuju ke arah timur tepatnya di dukuh BUTUH, Desa Gedongan termasuk wilayah Sragen yang letaknya di Kecamatan Plupuh.
Ketika Ki Ageng Pengging ( Ki Kebo Kenanga ) menetap di daerah tersebut sambil melanjutkan mengajar ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu yang lain pada murid dan masyarakat setempat, sesuai dengan kesepakatan Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus ia sengaja menyembunyikan jati dirinya dan berganti nama KI AGENG BUTUH.
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang