×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat Suku Tolaki

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Sulawesi Tenggara

Legenda Gunung Mekongga

Tanggal 25 Jan 2017 oleh Bangindsoft . Revisi 4 oleh Tolakinesia pada 27 Oct 2024.

Alkisah, seekor burung elang raksasa/konga'a tiba-tiba datang ke wonua Sorume (sekarang bernama Kolaka, Sulawesi Tenggara). Si Burung membuat kacau seisi negeri. Setiap hari kongga'a tersebut mencuri hewan ternak untuk dimangsa. Para penduduk merasa kuatir, jika hal ini dibiarkan lambat-laun hewan ternak mereka akan habis bahkan mungkin kongga'a tersebut suatu saat akan memangsa manusia.
 
Larumbalangi adalah seorang pandai sakti mandraguna. Ia tinggal di negeri Sorumba (sekarang Belandete). Larumbalangi memiliki sebilah keris dan selembar sarung pusaka yang dapat digunakan untuk terbang. Penduduk Sorume mengirim utusan ke negeri Sorumba, meminta kesediaan Larumbalangi membantu mengusir kongga’a pengacau negeri mereka.
Tidak lama kemudian para utusan negeri Sorume tiba di negeri Sorumba menemui Larumbalangi. Para utusan menceritakan peristiwa yang menimpa negeri mereka pada Larumbalangi. Mereka meminta kesediaannya untuk membantu. Larumbalangi kemudian memberikan saran pada para utusan, agar mereka mengumpulkan bambu tua. Kemudian ujungnya dibuat runcing dan diolesi racun.
“Untuk mengatasi kongga’a, kalian harus menggunakan strategi yang tepat. Kumpulkanlah oleh kalian bambu tua kemudian buat ujungnya menjadi runcing. Olesi juga ujungnya dengan racun. Carilah seorang pemberani di negeri kalian untuk melawan si kongga’a. Pagari ia dengan bambu runcing. Jadi apabila burung Kongga menyerang, ia akan tertusuk oleh bambu beracun.” kata Larumbalangi.

Para utusan mengucapkan terima kasih atas saran Larumbalangi. Mereka segera pulang ke negeri Sorume untuk melaksanakan strategi bambu runcing. Sesampainya di Sorume, para utusan menyampaikan strategi Larumbalangi pada para tetua. Malam harinya, para tetua adat segera mengadakan sayembara mencari laki-laki pemberani untuk dijadikan umpan melawan kongga’a. Apabila ada rakyat jelata mau menjadi umpan, maka Ia akan diangkat menjadi bangsawan. Dan jika Ia seorang bangsawan, maka Ia akan diangkat menjadi pemimpin negeri.

Keesokan harinya, ratusan pendekar baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat jelata telah berkumpul untuk mengikuti sayembara tersebut. Setiap orang menunjukkan kemampuannya di hadapan sesepuh negeri Sorume. Akhirnya setelah melewati persaingan ketat, terpilih seorang pemenang bernama Tasahea. Tasahea merupakan rakyat biasa dari negeri Loeya.
Para sesepuh kemudian memerintahkan penduduk untuk membuat membuat bambu runcing beracun kemudian dipasang di Padang Bende. Tasahea kemudian dimasukkan ke dalam lingkaran yang dikelilingi oleh bambu beracun. Masyarakat segera meninggalkan Tasahea berdiri sendirian di dalam bambu beracun untuk memancing kongga’a.
 
Sudah berjam-jam Tasahea berdiri sendirian di dalam bambu runcing beracun, namun kongga’a belum juga kelihatan. Pada siang harinya, tiba-tiba saja cuaca berubah dari cerah menjadi mendung lagi sangat mencekam. Pada saat itulah, Tasahea melihat kongga’a terbang mendekatinya. Burung raksasa Kongga'a berusaha menyerang Tasahea. Tapi sial, belum sempat menyerang, sayapnya tertusuk oleh bambu runcing beracun. Burung kongga’a berteriak kesakitan. Tasahea tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, Ia mengambil sebilah bambu runcing beracun kemudian menancapkannya ke bagian dada kongga’a. kongga’a meronta-ronta kesakitan sampai akhirnya Ia berhasil terlepas dari bambu runcing. Ia segera terbang tinggi namun tidak lama kemudian Ia jatuh ke sebuah gunung. Tidak lama kemudian akhirnya mati karena efek racun bambu runcing.

Penduduk negeri Sorume bersorak-sorak mengelu-elukan Tasahea sebagai pahlawan. Namun kegembiraan rakyat tidak berlangsung lama. Bangkai kongga’a ternyata menyebarkan wabah penyakit akibat bangkainya mencemari lingkungan beserta belatung pada bangkai. Banyak penduduk meninggal setelah muntah-muntah karena wabah penyakit. Begitu pula tanaman penduduk banyak mati diserang ulat. Mengetahui hal ini para tetua adat kembali mengirim utusan untuk menemui Larumbalangi.

Sesampainya di negeri Solumba, para utusan menyampaikan permasalahan wabah yang berasal dari bangkai Kongga'a kepada Larumbalangi. Mendengar hal ini, Larumbalangi segera berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar menurunkan hujan deras agar bangkai kongga’a beserta ulat-ulat terbawa banjir.
Tuhan mengabulkan doa Larumbalangi. Negeri Sorume dilanda hujan sangat deras selama tujuh hari tujuh malam. Akibatnya Negeri Sorume mengalami banjir hebat. Banjir hebat tersebut membawa bangkai kongga’a beserta ulat-ulat hanyut terbawa air. Setelah hujan reda & banjir surut, wabah penyakit beserta ulat yang melanda negeri Sorume akhirnya hilang. Rakyat negeri Sorume bergembira, akhirnya kedamaian bisa hadir di negeri mereka. Untuk menghargai jasa Tasahea & Larumbalangi, para tetua ada sepakat mengangkat Tasahea menjadi bangsawan. Sedangkan Larumbalangi diangkat sebagai pemimpin negeri Sorume. Gunung tempat jatuhnya kongga'a tersebut diberi nama Gunung Mekongga.

Monumen Peristiwa Kongga’a

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...