Sebagian besar orang tua Jawa pasti sering mendengar legenda Gunung Arjuna. Gunung Arjuna adalah gunung yang terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur, dengan ketinggian kurang lebih 3.369 meter di atas permukaan laut sehingga seringkali terlihat cukup jelas dari Kota Surabaya sekalipun saat cuaca sangat cerah. Legenda Gunung Arjuna cukup familiar. Sesuai namanya, gunung ini sangat erat kaitannya dengan kisah Sang Arjuna, salah satu anggota Pandawa dari kisah Mahabharata.
Dahulu kala, tersebutlah Arjuna yang pergi ke sebuah gunung tinggi di Pulau Jawa. Niat awal Arjuna untuk datang jauh jauh dari hastinapura ke jawadwipa adalah untuk bersemedi mendekatkan diri dengan Sang Maha Pencipta dan Pemberi Anugerah. Di sana pula Arjuna berencana untuk memohon kesaktian lebih dalam rangka memerangi Kurawa yang terkenal jahat itu.
Setiba di lereng gunung, Arjuna duduk bersemedi di atas sebuah batu besar dan memusatkan pikiran dengan penuh khusyuk. Karena saking khusyuknya, tubuh Arjuna memancar sinar yang sangat terang dan gunung itu terangkat dari bumi. Semakin tinggi dan semakin tinggi terangkat gunung tersebut menyebabkan dewa dewi di khayangan sangat resah. Bila diteruskan seperti itu adanya, para dewa khawatir gunung itu akan menabrak khayangan dan menghancurkan tatanan dunia dan bencana besar yang tidak akan berkesudahan.
Untuk mencegah agar hal itu tidak terjadi, para dewa melakukan cara pencegahan. Bhatara Narada datang menemui Arjuna yang sedang semadhi untuk menasehati, "Wahai Arjuna Putra Pandu yang maha bijaksana, kami para dewa memohon agar engkau menghentikan semadhimu ini. Gunung ini terangkat begitu tinggi dan dapat menabrak khayangan. Bila itu terjadi maka dunia akan mengalami bencana yang amat besar, kumohon hentikan semadhi mu ini wahai Arjuna". Arjuna mendengarkan apa yang diucapkan Narada, namun keinginannya untuk mendapatkan anugrah lebih tidak pupus. Arjuna terus melanjutkan semadhinya.
Mengetahui hal tersebut, Narada kembali dan melaporkannya kepada Bhatara Guru dan untuk kedua kali Bhatara Guru mengirimkan para bidadari cantik untuk menggoda Arjuna. Bidadari yang diutus begitu banyak dan menari nari di depan Arjuna, bahkan ada yang sengaja menggoda dengan menyentuh arjuna atau menggelitiknya. Namun hal itu sia sia, para bidadari itu kembali dengan tangan hampa.
Bhatara Guru belum menyerah, kali ketiga ia mengirim setan-setan dan dedemit untuk menakut nakuti Arjuna. Namun bukannya terganggu, Arjuna merasa ini adalah permainan yang menantang. Semakin diganggu ia semakin khusyuk semadhi. Ia semakin yakin ia harus semakin kuat demi kemenangan gemilang melawan kurawa. Setan-setan dan para dedemit yang dikirim Bhatara Narada pun pulang dengan kekecewaan.
Bhatara Narada dan para dewa dewi khayangan mulai putus asa. Namun, tiba tiba Narada teringat akan orang yang selalu ada dekat dengan Arjuna. Dia adalah Bhatara Ismaya, yang tidak lain adalah Semar.
"Wahai Bhatara Ismaya... Semar..., aku butuh bantuanmu."
"Ada apa wahai Bhatara Guru... apa yang bisa saya lakukan untukmu?"
Bhatara Guru menceritakan segalanya dan Semar sebagai orang terdekat Arjuna menyanggupi permintaan itu.
Semar mendatangi Arjuna bersama pembantunya yang bernama Togog. Demi menghentikan semadhi itu, Semar bersama Togog mengubah diri mereka untuk menjadi sangat besar dan kemudian berdiri di dua sisi yang berbeda. Dengan kesaktiannya, Semar memotong gunung besar itu dan melemparnya jauh ke tenggara. Dentuman keras potongan gunung itu akhirnya membangunkan Arjuna, dan betapa kagetnya ia melihat Semar begitu besar.
"Wahai Eyang Semar, kenapa kau potong Gunung ini? Dengan begini aku tidak dapat menyelesaikan semadhiku, dan tidak mendapatkan kesaktian yang aku inginkan" ujar Arjuna.
"Arjuna... untuk apa lagi kau meminta kesaktian. Bukankah kesaktian yang ada sekarang sudah lebih dari cukup, Raden Arjuna??" tanya Togog.
"Raden Arjuna... kesaktian itu adalah imbuh dari sebuah tanggung jawab, yang kau lakukan sudah melebihi tanggung jawab yang kau miliki. Bersikaplah rendah hati. tak semua orang bisa seperti Raden... tak semua orang bisa sesakti Raden. Namun disini Raden masi berusaha menggapai langit," tuturnya.
"Ingat Raden Arjuna, yang kau lakukan bisa saja menghancurkan alam semesta beserta dunia. Kesaktian yang sangat berlebih tak hanya menghancurkan diri sendiri, tapi juga orang lain." Semar menjelaskan begitu tegas.
Arjuna terhenyak dan bersujud di depan Semar dan Togog. Ia mengakui betapa rasa serakah sudah menggelayuti hatinya. Semar dan Togog memaafkan. Hingga sekarang orang Jawa percaya Gunung Arjuna adalah tempat di mana Arjuna pernah semadhi, sedangkan potongan gunung yang dilempar itu sekarang dinamakan Gunung Wukir yang terletak di Batu Malang.
Dari cerita legenda itu kita bisa mengambil pesan bahwa, seseorang dalam hal apapun harus tetap rendah hati. Kekuasaan lebih menimbulkan tanggung jawab yang lebih. Kekuasaan yang berlebihan akan membawa bencana.
Bukan berarti kita tidak boleh mencapai setinggi tingginya cita cita di langit, tetapi bila kekuasaan itu adalah sesuatu yang destruktif sebaiknya kita mulai mengambil langkah untuk berhenti.
Bilamana cita-cita yang akan kita capai selalu dihambat, mungkin saja bukan cita-cita itu yang salah. Tapi mungkin saja niatan dibalik pencapaian cita cita itu yang buruk.
Sumber: http://jurirakyat.blogspot.com/2014/10/cerita-rakyat-legenda-gunung-arjuna.html?m=1
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.