|
|
|
|
Legenda Dayeuh Luhur Sumedang Tanggal 05 Aug 2018 oleh OSKM18_16518192_Michael Hans. |
Legenda Dayeuh Luhur Sumedang merupakan salah satu legenda yang berasal dari Sumedang yang terkenal. Dayeuh Luhur adalah salah satu daerah yang dipercayai memiliki kerajaan gaib di puncaknya dan dikenal erat hubungannya dengan Kerajaan Sumedang.
Konon pada waktu itu ada seorang raja yang bernama Prabu Geusan Ulun. Prabu Geusan Ulun adalah anak dari Pangeran Santri yang menjadi raja sebelumnya dari Kerajaan Sumedang. Suatu ketika, Prabu Geusan Ulun beranjang (bertamu) ke wilayah Kerajaan Cirebon bersama Punggawa dan Patih yang sangat dipercaya bernama Patih Djaja Perkosa. Patih Djaja Perkosa adalah salah satu anak buah dari Prabu Siliwangi, raja dari Kerajaan Padjajaran.
Prabu Geusan Ulun ini bertamu dan bertemu dengan seorang ratu bernama Nyai Mas Ratu Hareusbaya. Ratu ini terpincut dan jatuh hati kepada Prabu Geusan Ulun. Ketika Sang Raja ingin kembali ke Kerajaan Sumedang, dia memaksa ingin ikut. Ratu ini bahkan mengancam akan bunuh diri kalau dia tidak ikut dengannya. Lalu Patih Djaja Perkosa mengatakan bahwa ini adalah anugerah dari Tuhan sehingga dibawanyalah Nyai Mas Ratu Hareusbaya bersama Prabu Geusan Ulun ke Sumedang.
Akibatnya, Kerajaan Cirebon ini marah besar dan menyatakan perang ke Kerajaan Sumedang karena Prabu Geusan Ulun ini. Patih Djaja Perkosa memiliki sifat pantang menyerah dan ingin berperang balik, tetapi Prabu Geusan Ulun justru memilih mundur. Patih Djaja Perkosa adalah orang sakti mandraguna. Dia pun murka dan berucap bahwa peperangan ini terjadi karena Kerajaan Cirebon, sehingga ia menyatakan bahwa ia berpantang untuk pergi ke Cirebon. Peperangan tersebut membuat Kerajaan Sumedang ini terdesak dari Sumedang Larang ke daerah yang lebih tinggi sampai dibuatnya kerajaan di pucuk gunung yang tinggi yang tidak memungkinkan untuk diserang oleh Cirebon. Prabu Geusan Ulun dan Nyai Mas Ratu Hareusbaya akhirnya meninggal dan dikuburkan di daerah yang tinggi itu.
Patih Djaja Perkosa ini mendaki gunung terus sampai ke puncak Gunung. Dia membawa tongkat batu yang kira-kira berdiameter 30 cm dengan panjang semeter untuk dibawa ke puncak Gunung itu. Sesampainya ia di puncak gunung, ia menancapkan tongkat batu itu dan menghilang. Warga Sumedang percaya bahwa Pati Djaja Perkosa ini tidak meninggal, melainkan menghilang. Saat ini dipercayai bahwa batu itu mengambang diatas tanah. Sampai saat ini, tempat ini termasuk tempat ziarah keramat, sekarang bernama Peti Lasan (tapak Tilas Kedai Luhur).
Ada larangan yang masih kental bahwa ketika berziarah di tempat ini dilarang memakai batik. Batik identik dengan Kerajaan Cirebon yang sebelumnya berperang dengan Kerajaan Sumedang. Kalau memakai batik, dipercaya bahwa seseorang bisa muntah darah. Batas daerah pengenaan batik hanya sampai tempat Prabu Geusan Ulun itu dikuburkan. Itulah sepuh-sepuhnya.
Karena waktu itu daerah tersebut belum memiliki nama, maka abi dalem kerajaan memberikan nama untuk daerah tersebut bernama Dayeuh Luhur. Dayeuh berarti orang kota, sedangkan luhur artinya berada di pucuk gunung. Jadi, arti yang di maksud dari nama Dayeuh Luhur yaitu, banyak orang kota yang mendatangi pucuk gunung.
Sampai saat ini, masih banyak orang yang melakukan ziarah untuk bertemu dengan Patih Djaja Perkosa yang berada di puncak gunung Dayeuh Luhur. Dipercaya bahwa Patih Djaja Perkosa ini sebelum menghilangnya ia berucap bahwa anak cucunya bisa bertemu di Dayeuh Luhur itu, di puncak gunungnya.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |