Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Legenda Gorontalo Kabupaten Limboto
Legenda Bulalo Lo Limutu
- 24 Juni 2014
Dulunya, kabupaten Limboto merupakan lautan yang di batasi oleh dua gunung, yaitu gunung Tilongkabila dan gunung Boliohuto. Suatu hari, air laut itu surut,sehingga membentuk sebuah daratan yang lama kelamaan menjadi hutan lebat dan penuh semak belukar. Tapi dataran rendahnya sebagian besar masih di genangi air tawar. Sedangkan mata air yang bersih dan jernih berada di daratan, tepatnya di tengah – tengah hutan yang sulit banget di jangkau oleh manusia. Tempat itu di sebut tupalo, dan para bidadari sering mandi di situ. Ketika mereka sedang mandi, datang seorang cowok yang merupakan jelmaan dari khayangan. Cowok tersebut bernama Jilumoto. Dia berhasil mengambil sayap milik Mbu’i Bungale, kakak tertua dari rombongan bidadari – bidadari itu. setelah selesai mandi, Mbu’i Bungale nyadar kalau sayapnya hilang dan dia ga’ bisa balik ke langit bersama saudara – saudaranya. Di saat itu juga, Jilumoto muncul dari tempat persembunyiaannya dan berkenalan dengan Mbu’i Bungale. Ga’ nyangka ternyata perkenalan itu berakhir pada sebuah pernikahan. Pasangan suami – istri ini pun memutuskan untuk menjadi penghuni dunia dan memilih tinggal di Huntu Lo ti’opo atau bukit kapas.
Suatu saat, Mbu’i Bungale mandapat kiriman sebuah mustika sebesar telur itik dari khayangan. Mustika itu di sebut Bimelula, yang kemudian di simpan di tupalo dan di tutup dengan sebuah tolu (tudung). Suatu hari, ada empat orang cowok yang berasal dari bagian timur dan tersesat di tengah hutan. Mereka mencari air bersih untuk di minum. Akhirnya mereka menemukan tupalo. Begitu melihat air yang jernih dan dingin itu, mereka langsung terjun, mandi dan mengambil air tersebut. Setelah itu, mereka melihat ada tolu yang terapung – apung. Mereka pun mendekati dan berniat mengambil tolu itu. Tiba – tiba suasana berubah. langit yang cerah berubah menjadi gelap. badai dan angin topan, serta hujan datang bersamaan menerpa mereka. sejenak mereka mencari tempat untuk berlindung. Setelah hujan dan badainya reda, mereka kembali ke tupalo untuk mencari tau siapa pemilik tolu itu. Ga’ lama kemudian Mbu’i Bungale datang bersama Jilumoto, keempat cowok tadi pun langsung bersembunyi dan mengintip. Di saat Mbu’i Bungale mendekati tolu, mereka pun langsung menghadang dan berkata “siapa kalian? buat apa kalian datang ke tempat ini?”. Mbu’i Bungale pun menjawab “saya Mbu’i Bungale dan ini Jilumoto,suami saya. Kami datang ke sini untuk menjemput Bimelula dalam tolu itu.” keempat orang itu menjawab dengan lantang “ini tempat kami,tak seorang pun yang bisa datang ke sini,apalagi mengambil barang – barang yang ada di sini.” Mbu’i Bungale pun balik bertanya ” apa buktinya kalau semua ini milik kalian? Jika kalian yang menguasai mata air dan tolu itu, maka ubahlah mata air itu menjadi sebuah danau. Dan ku ingatkan kepada kalian bahwa daratan dan mata air ini pemberian Allah SWT yang di tujukan kepada makhluk yang berbudi pekerti, baik, menghargai sesama dan selalu berkata jujur. oleh karena itu, jagalah! dan jangan cemarkan!”. Tanpa basa – basi, keempat orang itu segera memasang mantra untuk meluaskan mata air tersebut. Berbagai macam gaya di peragakan seiring dengan kalimat – kalimat aneh yang keluar dari mulut mereka. Malangnya, mata air tersebut tetap tenang, tak mengalami perubahan sedikit pun. Hanya tubuh merekalah yang basah kuyup seperti kucing kehujanan. Mbu’i Bungale tersenyum melihat tingkah mereka, sambil berkata “ayo,keluarkan semua kekuatan kalian. Buktikan bahwa tempat ini milik kalian. Atau mungkin kalian menyerah dan mengakui kebohongan kalian..?” salah satu dari mereka menjawab “perlihatkan kepada kami bahwa kamu pemilik tolu dan Bimelula itu.” Mbu’i Bungale kemudian bersedekap dan memohon ijin dan petunjuk dari sang Penguasa. Lalu ia berkata “Woy air kehidupan, mata air berkah, melebarlah! meluaslah..!” wuuusstt..ga’ lama kemudian terdengarlah gemuruh air, tanah menggelegar, berlahan – lahan mata air itu melebar dan meluas. Dalam sekejap Mbu’i Bungale dan Jilumoto telah berada di atas pohon, sementara keempat orang itu memanjat pohon kapuk di sekitar hutan.
Air semakin tinggi dan mulai mencapai puncak pohon, tempat ke empat tersebut. Mereka berteriak – teriak minta tolong kepada Mbu’i Bungale. Dengan penuh permohonan mereka berkata “Kami mohon ampun kepadamu dan suamimu. Kami mengaku salah dan kami akui bahwa tempat ini beserta isinya milik kalian”. Mbu’i Bungale langsung turun dari pohon, lalu datang membawa tolu dan Bimelula. Kemudian Bimelula itu di letakkkan di atas telapak tangannya ddan tak lama kemudian keluarlah seorang gadis kecil yang sangat cantik, laksana bulan bercahaya. gadis itulah yang kemudian di kenal dengan nama Tolango Hula yang berasal dari Tolango Lo Hula. Dialah yang akan menjadi raja Limboto.
Ketika Mbu’i Bungale dan suaminya bersiap pulang ke rumahnya sambil membawa si gadis kecil serta keempat orang tadi, mereka melepas pandangan ke danau yang baru saja di buat. Tiba – tiba Mbu’i Bungale melihat lima benda yang terapung – apung seperti buah. Diambilnya buah – buah itu dan di cubitnya, lalu di ciumnya. Ternyata baunya sangat harum. Dia baru sadar bahwa bau itu seperti bau buah jeruk (limau/lemon) yang ada di negeri khayangan. Selanjutnya memandang sekeliling danau dan memastikan kalau ada pohon jeruk yang tumbuh di sekitar danau. Kemudian ia memanggil suaminya untuk memastikan “Kanda, bukankah ini jeruk yang tumbuh di khayangan? aku merasa yakin,karena bau dan bentuk dari buah ini.” Suaminya mendekatinya dan ikut memegang buah tersebut dan kemudian mengiakan pernyataan yang telah di katakan oleh istrinya. Mbu’i Bungale kemudian berkata “Aku heran, bukankah tidak pohon jeruk yang tumbuh di sekitar tempat ini, mengapa buah jeruk ini bisa berada di danau ini, mungkin ini anugerah yang di berikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Ku pikir,kejadian ini perlu di abadikan sebagai nama dari danau ini. Dan itu artinya, danau ini pantas di beri nama Bulalo Lo Limu o Tutu, yang artinya danau dari jeruk yang berasal dari khayangan.”
Namun, lama kelamaan di kenal dengan sebutan Bulalo Lo Limutu atau Danau Limboto.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline