Di Gunung Tilu, Dusun Banjaran, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat ada batu bergambar naga yang sampai sekarang masih menyimpan misteri. Selain gambar naga, ada juga gambar pria botak memegang senjata dan seorang punakawan.
Misteri batu naga tersebut mengundang banyak ahli untuk menelitinya, karena jika melihat letak batu dan gambar-gambar yang terpasang, diduga ada pesan yang ingin disampaikan. Ketua Masyarakat Arkeologi Indonesia (MARI), Ali Akbar mengatakan, relief yang terpahat pada batu naga di Dusun Banjaran, terus diteliti dan hasilnya semakin menarik. Menurutnya, pada satu sisi batu tersebut terlihat jelas gambar gunung, dua tiang, dan dua orang yang sedang duduk mengapit tiang tersebut.
Kemungkinan besar, lanjut Ali, Gunung Tilu itu diibaratkan alam tertentu oleh pemahat dan orang di zaman itu. "Alam kahyangan atau kedewataan yang dapat dimasuki melalui pintu gerbang. Kedua tiang menggambarkan pintu masuk atau gerbang yang dijaga dua orang figur," jelasnya.
Figur-figur tersebut terlihat gemuk, hidungnya agak bulat, dan cenderung buruk rupa. Dari bentuk kepala dan rambutnya kemungkinan besar kedua figur tersebut adalah Semar dan Gareng atau Bagong. "Jika penggambaran pada relief tersebut memang seperti itu, maka tampaknya batu di Kuningan ini merupakan prototype, arketipe, purwarupa, atau asal usul dari punakawan atau panakawan dan gunungan," jelasnya.
Bahkan batu ini, tambah pengajar UI ini, mungkin dapat disebut sebagai asal usul wayang, yakni seni pahat yang kemudian menjadi seni pertunjukan jakni ditampilkan dalam bentuk pagelaran. "Mengingat batu ini tampaknya penting sebagai salah satu cikal bakal budaya Sunda dan Jawa, maka diharapkan akan ada seminar sehingga para ahli, akademisi, dan budayawan dapat memberikan masukan mengenai batu purbakala ini. Upaya ini diharapkan dapat membuka tabir Batu Naga, sekaligus menyingkap peradaban luhur Indonesia," ujarnya.
Batu itu diperkirakan ada sejak zaman prasejarah. Dan ukiran pada batu itu diprediksi dilakukan pada abad 14-15 Masehi di zaman kerajaan Sunda.
Ambu Naga Runting
Menurut masyarakat di sekitar batu tersebut berada, ada cerita turun temurun tentang batu naga. Masyarakat Kuningan mengenal legenda Ambu Naga Runting yang bercerita tentang batu naga. Dalam legenda tersebut diceritakan bahwa ada seekor naga yang sangat luar biasa besarnya. Kepalanya berada di Gunung Ciremai yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Saking besarnya naga itu, ekornya pun berada sampai ke pegunungan di sebelah selatan Gunung Ciremai. Kemungkinan gunung yang dimaksud adalah, Gunung Pojok Tilu, tempat batu tulis bergambar naga berada.
Legenda itu hanya terdengar dari mulut ke mulut dan diturunkan dari generasi terdahulu. Tapi, dalam arkeologi, legenda itu menjadi salah satu bahan penelitian. Bisa saja, batu bergambar naga itu dibuat sang pemahat yang diilhami kisah naga runting tersebut.
Sumber: http://intanph9.blogspot.com/2014/03/legenda-batu-naga-dan-ambu-naga-runting.html
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja