Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Legenda Bengkulu Rejang Lebong
Legenda Batu Berambai
- 24 Juni 2014
Batu Berambai adalah sebuah batu berbulu panjang yang terletak di sekitar Tapak Hitam dan Tapak Batu, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Menurut cerita, Batu Berambai tersebut merupakan penjelmaan seorang putri raja yang bernama Putri Renong Bulan. Mengapa Putri Renong Bulan menjelma menjadi Batu Berambai? Ikuti kisahnya dalam cerita Legenda Batu Berambai berikut ini!
 
* * *
Alkisah, di daerah Rejang, Bengkulu ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja bernama Ratu. Ia seorang pemimpin yang adil dan bijaksana. Di bawah kepemimpinannya, kerajaan tersebut berkembang menjadi sebuah kerajaan yang aman dan makmur. Ratu mempunyai seorang putra bernama Raden Serang Irang dan seorang putri bernama Putri Renong Bulan.
 
Raden Serang Irang adalah seorang pangeran yang tampan dan berbudi pekerti luhur. Selain itu, ia juga mahir bermain silat dan menguasai ilmu peperangan. Tak seorang pun di negeri itu yang mampu mengalahkan kepandaiannya. Sebagai putra tertua, ia senantiasa menjaga dan melindungi adiknya. Siapa pun yang berani mengganggu sang adik, maka dia akan membelanya walaupun nyawa taruhannya.
 
Sementara itu, Putri Renong Bulan adalah seorang putri yang cantik nan rupawan. Wajahnya cerah dan berseri-seri memancarkan sinar keanggunan. Rambutnya panjang terurai dan berwarna hitam berkilauan. Senyumnya pun sangat manis dan murah seolah-olah memancarkan sinar kebahagiaan. Selain memiliki kecantikan yang luar biasa, Putri Renong Bulan juga memiliki sifat lemah lembut dan amat pandai menenung. Ia hampir setiap hari menghabiskan waktunya menenun kain dengan corak yang indah. Dengan segala yang dimiliki tersebut, maka tidaklah mengerankan jika sang putri menjadi kebanggaan keluarga istana.
 
Suatu hari, ketika Putri Renong Bulan sedang asyik menenung dan Raden Serang Irang sedang berlatih silat, tiba-tiba dipanggil oleh sang ayah untuk menghadap. Keduanya pun menghentikan kegiatan mereka dan segera memenuhi panggilan sang ayah.
 
“Ada apa, Ayah? Kenapa Ayah tiba-tiba memanggil kami menghadap?” tanya Raden Serang Irang penasaran.Ratu hanya tersenyum sambil mengelus-elus jenggotnya yang sudah memutih.“Begini, Putra-Putriku. Umur ayah sudah semakin tua dan tidak lama lagi Ayah akan meninggalkan kalian,” kata Ratu.“Kenapa Ayah berkata begitu? Bukankah Ayah masih tampak sehat-sehat saja?” tanya Putri Renong Bulan heran.“Kamu benar, Putriku. Meskipun Ayah tampak sehat, namun Ayah mempunyai firasat bahwa Ayah tidak akan lama lagi hidup di dunia ini,” ungkap Ratu, ”Oleh karena itu, jagalah diri kalian masing-masing!”
 
Selanjutnya, Ratu berpesan kepada putra-putrinya dengan ungkapan berikut.
 
“Jika ingin merasakan asin, makanlah garam! 
Jika ingin merasakan pedas, makanlah cabai!” 
 
“Kalau mau terpuji, berkelakuanlah yang baik terhadap sesama!” lanjutnya, “Putraku Serdang, jagalah adikmu baik-baik!”
“Baik, Ayah. Kami akan selalu ingat semua Ayah,” jawab Raden Serdang.
 
Tak berapa berselang, Ratu meninggal dunia. Seluruh keluarga istana dan rakyat negeri itu berkabung. Semuanya merasa sedih karena kehilangan seorang raja adil dan bijaksana. Namun, kesedihan tersebut tidak berlangsung lama karena tujuh hari setelah Ratu dimakamkan, Raden Serdang Irang dilantik menjadi raja. Ia seorang pemimpin yang adil dan bijaksana mewarisi sifat-sifat kempimpinan ayahnya. Bahkan, sejak menjadi raja, kerajaan tersebut mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ia rajin menjalin hubungan kerjasama dengan kerajaan-kerajaan lain. Kerajaan pertama yang diajak kerjasama adalah kerajaan Sungai Lemau yang juga dipimpin oleh seorang raja muda. Kedua raja muda itu saling mengunjungi satu sama lain ke kerajaan masing-masing.
 
Suatu hari, ketika berkunjung ke kerajaan Raja Serdang, Raja Sungai Lemau bertemu dengan Putri Renong Bulan. Ia terpesona melihat kencatikan dan kemolekan perangai sang Putri. Sejak itulah, Raja Sungai Lemau jatuh hati dan berniat untuk melamar Putri Renong Bulan. Maka disampaikanlah niat itu kepada Raden Serdang.
 
“Wahai, sahabatku! Bagaimana kalau hubungan persahabatan ini kita lebih dekatkan lagi?” pinta Raja Sungai Lemau.
 
Raja Serdang pun mengerti maksud pertanyaan sahabatnya itu. Namun, ia tidak bisa langsung menjawabnya.
 
“Maaf, saudaraku. Saya tidak berhak menjawab pertanyaan itu,” ucap Raja Serdang, “Menurut adat di negeri ini, yang bersangkutanlah yang berhak menjawabnya. Oleh karena itu, saya akan menanyakan hal ini kepada Putri Renong Bulan.
 
”Saat ditanya, Putri Renong Bulan hanya diam. Hal ini menandakan bahwa sang Putri bersedia menerima lamaran tersebut.
 
Pada hari yang disepakati, mereka pun ditunangkan. Pernikahan mereka akan dilangsungkan pada bulan depan. Sejak bertunangan dengan sang Putri, Raja Sungai Lemau semakin rajin berkunjung ke kerajaan Raja Serdang.Sementara itu di tempat lain, tersebutlah seorang raja yang bertahta di sebuah kerajaan besar dan megah di Pulau Perca, Aceh. Raja itu sudah lama mendengar mengenai kebesaran dan kemegahan kerajaan Raden Serdang. Tidak hanya itu, kerajaan Raden Serdang juga sudah terkenal memiliki seorang putri yang cantik jelita hingga ke berbagai negeri.
 
Raja Pulau Perca negeri yang mendengar kabar tersebut segera mengirim utusan untuk melamar Putri Renong Bulan bagi putra mahkotanya. Utusan itu berangkat ke Rejang bersama beberapa pengawal melalui laut dan sungai dengan menggunakan kapal besar. Setiba di istana Raja Serdang, utusan itu segera menyampaikan lamaran putra mahkota kerajaan mereka. Lamaran mereka pun langsung ditolak oleh Raja Serdang karena adiknya telah bertunangan. Rupanya, utusan raja dari Aceh itu tidak rela menerima penolakan tersebut.
 
Mereka tetap memaksa untuk menikahkan sang putri dengan putra mahkota kerajaan mereka. Raja Serdang pun bersi-keras untuk menolak lamaran itu sehingga terjadilah pertempuran sengit antara kedua kerajaan.Dalam pertempuran tersebut, Raden Serdang memimpin langsung pasukannya dengan gagah berani sehingga pasukan kerajaan dari Aceh tersebut terpukul mundur. Meski demikian, Raden Serdang bersama pasukannya tetap berjaga-jaga.
 
Mereka mendirikan sebuah benteng dari aur (bambu) dan duri yang sangat kokoh mengelilingi kerajaan sehingga sulit ditembus oleh pasukan dari Aceh. Sementara itu, pasukan kerajaan dari Aceh yang terpukul mundur tidak langsung kembali ke negerinya. Mereka tetap berada di atas kapal yang bersandar di pelabuhan. Setelah mengadakan perundingan, mereka mengirim seorang utusan untuk memata-matai Raja Serdang dan pasukannya yang sedang berjaga-jaga di sekitar benteng.
 
Suatu pagi, seorang perempuan dari kerajaan Raden Serdang keluar dari benteng hendak mencari ikan di sungai. Utusan yang telah menyamar sebagai penduduk setempat segera mencegat perempuan itu.“Maaf, Bu. Bolehkah saya mengganggu sebentar?” sapa utusan itu.“Ya, silakan! Barangkali ada yang bisa saya bantu,” jawab perempuan itu.“Sebenarnya, apa yang amat disukai oleh penduduk di sini?” tanya utusan itu.Dengan polosnya, perempuan itu pun menjawab bahwa penduduk Negeri Rejang amat menyukai uang. Setelah itu, perempuan berlalu tanpa merasa curiga sedikit pun. Sementara itu, sang utusan segera kembali ke kapal untuk melapor kepada panglimanya. Mendengar laporan tersebut, sang panglima segera memerintahkan pasukannya memenuhi aur dan duri dengan uang kertas. Rakyat Raja Serdang yang tergiur melihat melihat uang kertas tersebut beramai-ramai menebang aur sehingga terbukalah benteng yang selama ini sulit ditembus.Melihat hal itu, pasukan dari kerajaan Aceh tidak menyia-nyiakan kesempatan. Mereka segera masuk ke dalam istana dan berhasil mengalahkan Raja Serdang dan pasukannya. Raja Serdang pun tewas dalam penyerangan itu, sedangkan Putri Renong Bulan berhasil ditawan. Ia pun meronta-ronta minta dilepaskan saat hendak dibawa naik ke kapal.“Kakak Serdang, tolong aku!” teriak Putri Renong Bulan memanggil kakaknya.“Sudahlah, Putri. Tidak akan ada lagi orang yang bisa menolongmu. Kakak dan tunanganmu sudah tewas,” ujar panglima perang Aceh.“Pasukan! Ayo kembangkan layar kapal, kita segera tinggalkan negeri ini!” seru sang panglima.
 
Beberapa saat kemudian, kapal itu bergerak meninggalkan pelabuhan. Sang putri hanya bisa meratapi nasib yang menimpa kakak dan para kerabatnya. Hatinya sangat sedih dan air matanya terus menetes membasahi pipinya yang kemerah-merahan. Begitu kapal tersebut sampai di muara sungai, sang Putri melihat Tapak Hitam dan Tapak Batu yang mengapit muara. Secara diam-diam, ia mendekati bibir kapal.
 
Rupanya, sang Putri ingin bunuh diri karena putus. “Daripada memberi malu, lebih baik mati bunuh diri,” ucapnya lirih.Usai berucap demikian, sang Putri kemudian melompat dari kapal dan terjun ke dalam air. Pada saat ia melompat, rambutnya yang panjang tetap terurai. Ajaibnya, tubuh sang Putri perlahan-lahan berubah menjadi batu dengan rambut terurai. Batu penjelmaan Putri Renong Bulan itu kemudian dinamakan Batu Berambai, yang artinya batu berbulu halus dan panjang.
 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline