Alkisah di Kecamatan Pauh Kota Padang Sumatra Barat terdapat sebuah kerajaan kecil bernama Kerajaan Bukit Perasapan yang dipimpin oleh Raja Tuo. Kerajaan Bukit Perasapan terletak di kaki bukit Perasapan, pedalaman Nagari Pauh Limo. Raja Tuo memiliki putri semata wayang sangat cantik bernama Putri Lenggogeni. Disamping pintar, Putri Lenggogeni juga dikenal cerdas. Putri Lenggogeni sering memberikan masukan pada ayahnya ketika terhimpit masalah terkait kerajaan atau rakyat. Banyak lelaki jatuh cinta pada Putri Lenggogeni tapi tidak berani melamarnya karena sadar bahwa putri hanya mau menerima lamaran Putra Mahkota Kerajaan.
Kebetulan saat itu, Tuan Hendrik, seorang saudagar kaya raya dari Rupit, Portugis tengah berdagang di daerah bukit Perasapan. Dua anak buah Tuan Hendrik, yaitu Rajo Anggang & Magek Labu mendengar kabar kecantikan Putri Lenggogeni. Mereka berdua kemudian pergi ke Pulau Cermin menemui Tuan Hendrik untuk menyampaikan kabar tentang Putri Lenggogeni pada Tuan Hendrik.
“Wahai Tuan Hendrik, ada seorang putri sangat cantik dan cerdas di Kerajaan Bukit Perasapan yang baru kami singgahi. Namanya Lenggogeni, putri Raja Tuo. Kiranya Tuan Hendrik berkenan melamar Putri Lenggogeni”. Kata Rajo Anggang.
“Benarkah ?” ujar Tuan Hendrik. “Baiklah aku akan melamarnya.” ujar Tuan Hendrik lagi setelah berpikir agak panjang.
“Jika begitu, maka sebaiknya Tuan Hendrik berpura-pura sebagai putra mahkota kerajaan karena Putri Lenggogeni adalah seorang putri mahkota. Seorang putri mahkota hanya mau menerima lamaran dari putra mahkota kerajaan.” kata Rajo Anggang.
Tuan Hendrik setuju dengan saran kedua anak buahnya. Mereka segera bersiap pergi ke Kerajaan Perasapan untuk melamar Putri Lenggogeni. Sesampainya di Kerajaan Perasapan, mereka menemui Raja Tuo dengan membawa sebuah peti berisi perhiasan emas.
“Wahai Raja bijaksana. Saya Hendrik, putra mahkota kerajaan Portugis. Maksud kedatangan saya kemari adalah untuk melamar putri baginda. Saya mohon sudilah kiranya baginda menerima lamaran saya.” Tuan Hendrik menyampaikan maksud kedatangannya. Tentu saja Tuan Hendrik berbohong.
“Saya sangat senang dengan kedatangan Tuan Hendrik kemari. Tapi apakah benar Tuan Hendrik adalah putra mahkota Kerajaan Portugis.” tanya Raja Tuo.
“Baginda Raja, saya bersumpah bahwa saya adalah putra mahkota Kerajaan Portugis. Apabila saya berbohong, maka kapal saya beserta isinya akan karam, hancur terhantam ombak kemudian menjadi batu.” kata Tuan Hendrik kembali berbohong.
“Baiklah. Kita tunggu saja selama tiga kali bulan purnama untuk membuktikan sumpahmu.” kata Raja Tuo.
Singkat cerita, tiga bulan purnama telah berlalu namun tidak terjadi apa apa. Kapal Tuan Hendrik beserta isinya masih utuh. Keadaan ini membuat Tuan Hendrik sangat senang karena merasa akan berhasil meminang Putri Lenggogeni yang sangat cantik. Ia pun segera pergi kembali ke Kerajaan Perasapan, menemui Raja Tuo untuk meminta jawaban atas lamarannya.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba saja langit berubah menjadi sangat gelap. Angin bertiup sangat kencang diselingi petir menyambar-nyambar silih berganti. Ombak sangat besar tiba-tiba menghantam kapal Tuan Hendrik hingga akhirnya karam di Bukit Koto Nan Tinggi. Tidak lama kemudian kapal Tuan Hendrik beserta isinya berubah menjadi batu. Kebohongan dibalas kehancuran. Tuan Hendrik menerima akibat dari sumpah yang ia ucapkan sendiri.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja