Di Desa Muara Emil, Kec. Tanjung Agung, Kab. Muara Enim, terdapat sebuah air terjun yang dinamakan air terjun Napal Carik, karena suara airnya becarik (bergemericik) dan jatuhnya ke napal (tanah keras menyerupai batu). Di Sungai Emil memang terdapat air terjun, sebab banyak curug yang menyerupai air terjun kecil.
Tetapi yang sering dikunjungi dan dikenal oleh wisatawan adalah tempat pemandian dan bersembunyi Putri Dayang Rindu. Berdasarkan cerita para puyang (pendahulu) salah seorang Sultan Palembang meminta kepada seluruh masyarakat desa terutama yang berada di sepanjang aliran Sungai Batanghari Sembilan untuk mengumpulkan telur. Telur akan digunakan sebagai perekat pembangunan benteng pertahanan dari serangan penjajah.
Dalam perjalanan pengumpulan telur, sultan melihat banyak gadis-gadis desa yang cantik. Ia pun berniat mempersunting salah satunya sebagai istri. Ia pun memerintahkan prajurit dan hulubalangnya untuk mengumpulkan para gadis. Namun dari setelah terkumpul, sultan merasa belum ada yang cocok. Sampai akhirnya sultan menemukan sebuah bangki emas yang hanyut di sungai. Sultan lalu memerintahkan prajuritnya untuk mencari siapa pemilik bangki emas itu.
Setelah ditelusuri akhirnya diketahui pemilik bangki emas itu adalah anak gadis dari seorang wanita bernama Kerio Carang.
Untuk memastikannya lalu Sultan bersama prajuritnya mendatangi rumah Kerio Carang, dan ternyata tebakannya tidak meleset. Sultan pun mengutarakan maksudnya ingin membawa putri Kerio Carang untuk dijadikan permaisuri. Mendengar keinginan Sultan, baik Kerio Carang maupun putrinya tidak setuju. Merasa keinginannya ditolak Sultan tidak terima, sehingga sempat terjadi perkelahian.
Namun ternyata Kerio Carang dan putrinya bukan orang sembarangan. Mereka memiliki kesaktian sehingga berhasil lolos dari tangkapan Sultan. Dalam upaya melarikan diri, akhirnya putri Kerio Carang, memilih bermukim di hutan di Desa Muara Emil, tepatnya di lokasi Air Terjun Napal Carik sekarang. Setelah sekian lama bersembunyi dari kejaran Sultan Palembang, putri merasa kesepian. Ia pun sesekali keluar ke desa terdekat.
Kecantikan putri pun dikenal luas oleh masyarakat desa. Namun di balik kecantikannya itu, putri ternyata sangat kesepian. Ia pun sering pulang ke rumah orangtuanya dan menangis tak kunjung henti. Kasihan dengan putrinya, akhirnya Kerio Carang mendatangi Desa Muara Emil dan menemui tiga puyang, yakni Puyang Tanjung, Puyang Matauh, dan Puyang Dusun Ilir.
Kerio Carang meminta kepada tiga puyang tersebut untuk memberi nama kepada putrinya supaya tidak menangis lagi. Jika nama tersebut cocok ia akan memberikan imbalan hadiah. Nama yang diberikan Puyang Tanjung dan Puyang Matauh ternyata tak mampu menghentikan tangisan putri. Baru giliran Puyang Dusun Ilir yang memberinya nama Putri Dayang Rindu, tangisan sang putri akhirnya berhenti.
Setelah sekian lama, akhirnya Sultan dan prajuritnya mengetahui keberadaan sang Putri Dayang Rindu. Lalu ia bersama prajuritnya menuju ke Desa Muara Emil dan melakukan pencarian ke tempat persembunyiannya di Air Terjun Napal Carik. Setelah ditemukan, Putri Dayang Rindu tetap menolak keinginan Sultan. Akhirnya Sultan semakin marah dan memotong tubuh putri menjadi dua bagian. Dua bagian ini berubah menjadi bebatuan yang kemudian dialiri air sehingga menjadi air terjn yang dinamakan Air Terjun Napal Carik.
Ada beberapa pantangan yang harus dipegang oleh para pengunjung, yakni harus mempunyai niat baik. Selain itu juga selama di lokasi air terjun Napal Carik jangan berkomunikasi dengan bahasa Palembang, sebab jika dilanggar hujan akan turun. Hal tersebut karena Putri Dayang Rindu sangat membenci Sultan Palembang.
Sumber: Sriwijaya Post - Sabtu, 16 Januari 2010 (rewritten by Deli Tiara di http://teio-arsip.blogspot.com)
#OSKMITB2018
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...