Datuamas merupakan raja asli yang berada di Kab. Tolitoli, Sulawesi Tengah. Dalam suatu daerah di Indonesia, pastinya tidak terlepas dari suatu sejarah, mitos, maupun legenda yang mempelopori berdiri tegaknya suatu pemerintahan di daerah tersebut. Seperti karakteristik legenda di daerah Tolitoli yang belum diketahui oleh banyak orang. Awalnya daerah ini sama sekali tidak memiliki pemimpin satupun, sampai datangnya 3 pendekar / penggagas daerah Tolitoli. Mereka datang dari berbagai asal yang tidak bisa dipastikan secara akal manusiawi keberadaannya, untuk itulah marilah kita simak asal-usul para Datuamas ini. Datuamas yang pertama diberi nama “Olisanggulan” yang berarti bambu emas / bambu kuning, Datuamas yang kedua diberi nama “Umbunglanjat” yang berarti Putri Langsat dan Datuamas yang ketiga diberi nama “Uwesaka” yang berarti manusia dari rotan. Namun yang akan saya jelaskan legendanya hanyalah yang Olisanggulan dan Umbunglanjat sedangkan yang Uwesaka nanti di waktu berikutnya (mudah-mudahan) dikarenakan perbedaan kecamatan yang terpisah oleh jarak sehingga ceritanya masih belum diketahui secara luas. Olisanggulan dan Umbunglanjat merupakan Datuamas yang berasal dari kecamatan Baolan, sedangkan Uwesaka adalah Datuamas yang berasal dari kecamatan Dampal. Asal-usul Datuamas kec. Baolan sebagai berikut: Pada suatu hari sekelompok pemburu pergi berburu ke hutan yang ada di desa Dadakitan, ketika mereka telah kelelahan mereka pun merasa haus. Saat itu, di sekeliling mereka tak ada satupun mata air yang dapat mereka gunakan sebagai sumber air minum kecuali... sebuah batang tabung yang panjang dan berwarna kuning (bambu emas). Seketika itu pula mereka mau memotong bambu tersebut, ketika mereka ingin memotong bagian kakinya, pohon itu berkata “Jangan, itu kakiku!” Karena begitu hausnya, mereka lanjut lagi ke bagian tengah dari pohon itu, kemudian pohon itu berseru lagi “Jangan, itu perutku!”, karena sudah sangat hauslah mereka, bagian atas dari pohon itu mereka tebang padahal sebelumnya pohon itu sudah menyahut lagi “Jangan, itu kepalaku”. Saat itu pula pingsanlah mereka karena perbuatan mereka melanggar kata pohon tersebut. Ketika mereka terbangun, terlihatlah oleh mereka seorang lelaki yang memegang keris ditangan kanannya, dan tongkat di tangan kirinya. Karena kekaguman mereka terhadap sosok tsb, mereka menjadikannya seorang raja yang berkuasa di Tolitoli dengan mendirikan kerajaan yang bernama “Alantongiyulan”. Setelah beberapa lama ia menjadi seorang raja, pergilah ia ke hutan untuk berburu bersama-sama dengan anjing kesayangannya. Di suatu pohon di hutan, anjing itu menggonggong sambil mengarahkan pandangannya ke atas pohon langsat tersebut. Anehnya, di atas pohon langsat ini terdapat rumah-rumah yang tak berpenghuni sama sekali. Karena si Raja ini penasaran, akhirnya ia mencoba untuk memanggil penghuni-penghuni dari rumah-rumah tersebut. Saat ia memanggil keluarlah seorang perempuan nan cantik dari sebuah rumah di atas pohon tersebut. Melihat hal itu, jatuh cintalah si Datuamas ini kepada sosok elok yang telah menawar hatinya. Ketika si Raja ini bermaksud untuk menjadikannya sebagai istri dan memanggilnya untuk turun dari pohon tersebut, si putri tak mau mengindahkan perintahnya. Ia hanya mau turun jikalau sang Raja mengadakan suatu acara adat untuk menjemput si Ratu ini ke pelaminan. Sebab begitu cintanya Raja ini terhadap Putri Langsat maka diadakanlah sebuah acara adat yang diberi nama “Mongompo”. Maka, lembutlah hati si Ratu ini dan akhirnya mereka menikah serta hidup dengan bahagia di kerajaan Tolitoli.
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...