Ritual
Ritual
Ritual Jawa Tengah Wonogiri
Ledek
- 22 November 2018
Pada zaman dahulu, dikisahkan terkait dengan lahirnya tradisi dan atau ritual  Ledek yang ada di Dusun Tanjung, Eromoko, Wonogiri. Sejarah ledek ini berawal dari lahirnya seorang Dayang[2] yang bernama Denuh, Gadung Melathi, Bendo Gilir yakni orang yang pertama kali yang lahir dan tinggal di dusun tersebut. Mereka dijanji harus mau menjadi dayang di desa itu, akan tetapi mereka menolak kecuali dengan berbagai syarat yang harus di penuhi. Suatu ketika dayang-dayang tersebut bermain-main di suatu tempat yang berada di Tanjung itu, sesuai syarat yang diminta mereka harus dipenuhi, syarat-syarat tersebut diantaranya : kitiran, sempritan, klopo disunduki, bedil-bedilan, panah-panahan, dan juga godongan. Suatu hari mereka melakukan sebuah kegiatan atau bermain yang belum pernah dilakukan sebelumnya, permainan itu ialah tari-menari yang disebut ledekan. Kegiatan yang dilakukan oleh dayang tersebut ke belakangnya disebut dengan tradisi ritual Ledek.


Tradisi Ledek ini dilaksanakan oleh warga masyarakat sekali dalam setahun. Adapun jadwal dan hari dalam pelaksanaan tradisi Ledek ini sesuai dengan kesepakatan masyarakat Dusun Tanjung melalui musyawarah kampung. Selama ini, tradisi ini dilaksanakan berdasarkan kesepakatan masyarakat Dusun Tanjung setelah mereka melaksanakan musim panen. Oleh warga masyarakat Dusun Tanjung pun musim panen yang dipilih untuk melaksanakan tradisi ritual Ledek tersebut adalah musim panen pada waktu kemarau. Hal ini semata-mata bertujuan agar dalam melaksanakan tradisi ritual Ledek ini tidak terganggu oleh hujan ataupun kendala lain yang datangnya dari alam. Terkait dengan pemilihan hari, tidak ada masyarakat yang memiliki pandangan fanatisme khusus akan adanya hari keramat atau hari suci. Dalam penentuan dan pemilihan hari dilaksanakannya ritual Ledek ini, bagi mereka cukuplah hari yang tidak wasringkel (dianggap membawa petaka).


Pelaksanaan tradisi Ledek kurang lebih 2 atau 3 hari sudah siap-siap untuk melaksanakan kerja bakti mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan pokok yang sifatnya harus bersama, ketika hari H upacara ledekan, terutama panitia yang bertugas sebagai korlap (koordinator lapangan) harus siap di tempat pertunjukan Ledek. Setelah semuanya sudah siap, acara dimulai sore hari kira-kira jam 16.00 WIB dengan genduri (genduren) yang diikuti perwakilan dari setiap kepala keluarga dusun tanjung. Mereka sudah membawa ubo rampe dari rumah masing-masing. Sampai di tempat genduri, juru kunci mengikrarkan doa. Warga masyarakat hanya mengamini apa yang menjadi doa sang juru kunci itu. Selesai prosesi genduri, acara selanjutnya adalah kembulan (makan bersama dan saling tukar-menukar ubo rampe yang berupa makanan).


Setelah acara yang pertama kemudian dilanjutkan acara inti. Inti acara pertunjukan Ledek  memerankan dayang-dayang yang bernama Denuh, Gadung Melathi, Bendo Gilir, dan parogo yang lain mengiringi dengan gamelan, dan kendang. Warga masyarakat ada yang ngibing[3] dan nyawer[4] sampai mereka capek dan uang saweran mereka habis. Hal semacam ini semata-mata hanya untuk memeriahkan acara tradisi Ledek, karena jika tidak diselingi dengan ngibing, nyawer acara ini terkesan membosankan dan monoton, sebab hanya melihat orang menari saja. Disisi lain juru kunci dan kasepuhan yang lain sibuk mengurusi sesaji yang disiapkan untuk yang dituju mbau rekso dusun itu, mereka bertugas dibelakang panggung dan menunggu sesaji itu hingga berakirnya acara ledekan. Acara puncak ini biasanya dilaksanakan sampai larut malam kira-kira pukul 00.00-01.00 WIB pada dasarnya sesuai kemampuan parogo yang memerankan dayang-dayang itu.mampu sampai fajar pun mereka di turuti. Pelaksanaan tradisi Ledek ini biasanya bertempat di rumah bapak dukuh atau rumah juru kunci, karena di Dusun Tanjung belum mempunyai balai dusun sehingga menggunakan dua lokasi itu untuk dijadikan tempat pergelaran tradisi Ledek. Jika mereka melaksanakan di balai desa ada pihak yang tidak sepakat dengan menganggap Ledek dijadikan tradisi, selain itu tempat yang jauh dari Dusun Tanjung. Pada pelaksanaan acara ini hanya tempatnya saja yang bisa berpindah-pindah karena menyesuaikan situasi kondisi di dusun tersebut, dalam hal sesaji (ubo rampe) sebagian harus di sajikan pada tempat yang dianggap sakral (resan).


Dalam pelaksanaan tradisi Ledek ada beberapa ubo rampe yang perlu di mengerti. Yang dimaksud dengan “ubo rampe” adalah suatu benda atau hal-hal yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan sebuah tradisi atau ritual yang tentu saja dalam hal ini adalah tradisi Ledek. Pertama, ubo rampe belakang. Ubo rampe ini diletakkan atau di sajikan pada tempat sakral. Bagian belakang terdiri dari panggang, kitiran, sempritan, klopo disunduki, bedil-bedilan, panah-panahan, godongan, tumpeng robyong, kembang atau gondo arum, jajanan pasar, dan kain hijau. Kedua, ubo rampe depan yang terdiri dari ingkung, tumpeng robyong jenang abang, jenang baro-baro, gudangan, apem, godong pace dan turi.


Dari semua ubo rampe tersebut, masing-masing memiliki makna dan fungsi tertentu dalam peranannya pada pelaksanaan tradisi Ledek. Diantara peranan dari masing-masing ubo rampe tersebut adalah:


<>a.<>b.<>c.<>d.<>e.<>f.<>g.    

   Dengan makna-makna tersebut, tradisi Ledek menjadi tradisi yang sangat sakral dan sangat berguna bagi masyarakat. Namun, tidak cukup sampai disitu, seindah apapun tradisi Ledek hanya akan percuma jika tidak adanya generasi penerus. Alangkah baiknya tradisi Ledek dilestarikan sesuai prosedur yang ada. Dengan melestarikan tradisi tersebut Indonesia akan lebih kaya akan kebudayaan. Bukan hanya bagi masyarakat, tetapi juga bagi generasi penerusnya. Tradisi Ledek harus dilestarikan dan juga diperkenalakan sehingga tidak lagi menjadi tradisi atau budaya yang aneh jika dipertontonkan.

sumber: http://dindaayudewanti.blogspot.com/2016/11/ledek-wonogiri-sebagai-warisan-budaya.html

#SBJ

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya