×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Produk Arsitektur

Elemen Budaya

Produk Arsitektur

Provinsi

Jawa Tengah

Asal Daerah

Semarang

Lawang Sewu

Tanggal 07 Aug 2018 oleh Oskm18_16718140_michael .

Lawang Sewu, yang berarti Seribu Pintu dalam bahasa Indonesia merupakan gedung bersejarah tepat di jantung Kota Semarang, Jawa Tengah. Gedung ini dinamai demikian dikarenakan jumlah pintunya yang -meskipun tidak mencapai seribu- banyak. Banyaknya jendela yang tinggi dan lebar juga membuat masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu. Menurut catatan, terdapat total 429 buah pintu atau lubang pintu.

 

Sejarah

Gedung Lawang Sewu dibangun oleh perusahaan Swasta Belanda Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) dan dijadikan sebagai kantor pusat. Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij sendiri merupakan perusahaan perkereta-apian pertama di Indonesia, yang membuat jalur kereta menghubungkan Semarang dengan Vorstenlanden(=Daerah Kerajaan) (sekarang menjadi daerah Surakarta dan Jogjakarta) dengan jalur pertamanya yang dibangun pada tahun 1867 menghubungkan stasiun Semarang NIS di Semarang, Jawa Tengah dan stasiun Tanggung di Tanggungharjo, Grobogan, Jawa Tengah.  Awalnya, Het Hoofdkantoor Van de Nederlandsch – Indische Spoorweg Maatschappij(=Kantor Pusat NIS) berada di satu lokasi dengan Stasiun Gudang Semarang. Namun karena lokasi kurang memadai untuk mengikuti pertambahan petugas administratif maupun teknis, dicanangkanlah pembangunan kantor pusat tersendiri. Lokasi yang dipilih berada di Bodjongweg (sekarang Jl. Pemuda) karena dekat kediaman Residen (sekarang rumah dinas Gubernur Jateng, Wisma Perdamaian). Pembangunan dimulai tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907 menggunakan rancangan desain Prof. Jacob F. Klinkhamer (TH Delft) dan B.J. Quendag, arsitek Amsterdam, menggunakan gaya Renaissance Revival yang umum pada saat itu.

 

Pada masa penjajahan Jepang, gedung ini diambil alih dan dijadikan penjara. Konon, interogasi dan penyiksaan dilakukan di ruang bawah tanah gedung ini sehingga banyak yang meninggal. Bila kita mengunjungi ruang bawah tanah ini pun, kita dapat melihat sel-sel berukuran 1m x 1m x 1m bahkan kurang. Banyak pula goresan-goresan di tembok yang menggambarkan ketersiksaan para tahanan masa itu. Kondisi lembab serta banyaknya tetesan-tetesan air tentu menambah penderitaan mereka.

Pada Pertempuran Lima Hari di Semarang tanggal 14-19 Oktober 1945, menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) melawan pasukan Jepang Kempetai dan Kidobutai. Setelah kemerdekaan, Lawang Sewu dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) yang sekarang menjadi PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). Pernah juga gedung ini digunakan untuk tujuan militer oleh Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam) IV/Diponegoro dan oleh Kantor Wilayah (Kanwil) Kementrian Perhubungan Jawa Tengah.

 

Lawang Sewu Sekarang

Setelah beberapa dekade tidak terawat, PT KAI memutuskan untuk merestorasi gedung bersejarah ini yang selesai pada tahun 2011 dan diresmikan oleh Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono pada tanggal 5 Juli 2011. Semenjak saat itu, Lawang Sewu dibuka sebagai objek wisata untuk umum dan juga sering digunakan untuk acara-acara seperti pameran. pernikahan, gathering, serta sebagai lokasi syuting acara horror seperti dunia lain.

Tiket masuk sejak tahun 2011 hingga saat ini masih sama, yakni Rp10.000,00 untuk umum dan Rp5.000,00 untuk anak-anak dan pelajar. Dengan biaya tambahan Rp30.000,00 kita juga mendapatkan seorang tour guide yang akan memandu dan memberikan sejumlah penjelasan mengenai Lawang Sewu. Wisata yang ditawarkan yakni wisata sejarah dan wisata mistis. Konon, ruang bawah tanah gedung ini sangat angker bahkan paling angker di Indonesia karena banyaknya roh-roh tawanan perang yang bergentayangan.

#OSKMITB2018

Foto Lawang Sewu pada tahun 1932 yang diarsipkan oleh COLLECTIE TROPENMUSEUM www.collectie.wereldculturen.nl
Lawang Sewu setelah direstorasi tahun 2011. Foto oleh Puryono Yono

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...