Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota dari negara Indonesia telah menyimpan berbagai macam adat istiadat dan budaya yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Sebagai kota yang telah berdiri dan hidup sejak berabad-abad lalu, yang kita kenal sebagai Batavia, Jakarta sudah tumbuh dan berkembang dengan segala keanekaragaman dan pluralisme yang tercipta dari aneka golongan penduduk dari segala agama, ras, dan suku bangsa, baik dari daerah Nusantara itu sendiri maupun pengaruh dari budaya luar negeri, seperti Arab, Portugis, Tionghoa, dan Belanda.
Dari sekian banyak budaya tersebut, musik merupakan salah satu yang paling mudah dan praktis untuk disebarluaskan dan diturunkan karena kehidupan manusia itu sendiri tidak dapat lepas dari musik. Lagu dan musik khas Betawi biasanya memiliki beberapa karakteristik, seperti berisi nilai-nilai luhur, nasihat, contoh perilaku terpuji, bahkan beberapa lagu berisi lirik yang bersifat jenaka dan menghibur. Musik dan lagu khas Betawi juga memiliki berbagai fungsi, mulai dari yang bersifat formal, seperti menyambut tamu kehormatan hingga yang bersifat nonformal, seperti dimainkan dalam pertunjukan hiburan tradisional Betawi.
Sayangnya, dari sekian banyak lagu tersebut, generasi masa kini kurang menyadari atau bahkan tidak mengetahui sama sekali mengenai lagu tersebut. Beberapa dari kita mungkin masih mengenali lagu-lagu seperti “Sirih Kuning” atau “Keroncong Kemayoran”. Akan tetapi, masih ada lagu-lagu khas Betawi lain yang mulai memudar ke latar belakang, entah karena jarang diperdengarkan lagi ke telinga kita atau kurangnya apresiasi kita terhadap budaya bangsa sendiri.
Salah satu lagu tersebut adalah “Cente Manis”. Lagu yang bertemakan romansa ini memiliki judul yang berasal dari nama sebuah kue tradisional khas Betawi berwarna merah muda dan bertekstur seperti agar-agar yang barangkali sering kita lihat. Sebagai akhir kata, demi memperkaya wawasan kita mengenai budaya dan adat Betawi, berikut adalah lirik lagu “Cente Manis”. Semoga kita dapat menjadi generasi yang dapat terus melestarikan dan mengabadikan budaya kebanggaan Indonesia.
CENTE MANIS
Ambil dacin,
Ambil dacin menimbang padi.
Ambil dacin,
Ambil dacin menimbang padi.
Ya padilah ditimbang.
Ya aduhai sayang.
Padi ditimbang setengah kati,
Sayang.
Badan miskin ya tuan,
Siapalah yang mau,
Yaduh sayang,
Tidak ada lah yang mau.
Yaduh nona,
Cente manis,
Dipatok burung.
Biar saja,
Biar saja dibawa dulu.
Biar saja,
Biar saja dibawa dulu.
Ya jambulah ijo,
Ya aduhai sayang,
Jambulah ijo jatuh di tanah,
Sayang.
Biar sajalah nona,
Kita sabar dahulu,
Yaduh sayang,
Biarlah sabar dahulu
Kalaulah jodoh takkan kemana,
Yaduh nona,
Cente manis,
Dipatok burung.
Cente manis,
Dipatok burung,
Cente manis!
Sumber foto: https://www.youtube.com/watch?v=B3_MCpTd3Z8
#OSKMITB2018
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kasultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda berwarna hitam. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam berupa golok dan pisau. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis namun ada juga yang memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce. QUIVER ( TEMPAT ANAK PANAH ): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dal...
Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belakang.
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang