Hingga saat ini, lagu bugis masih menjadi primadona masyarakat Sulawesi Selatan. Lantunan musik yang mengalun membawa penikmatnya terbawa dalam lantunan syair-syair yang terdengar. Tidak hanya ada di pesta hajatan (perkawinan), akan tetapi para pengemudi becak motor, pete-pete (angkutan umum Sulawesi Selatan), rumah-rumah makan khas daerah sudah sangat berkawan dengan musik bugis. Terkadang pula menjadi media pengantar tidur.
Yusuf Alamudi, Pria yang lahir Kota kelahiran mantan Presiden BJ Habibie ini tidak asing lagi di telinga para penikmat musik bugis. Semasa hidupnya beliau aktif dalam menciptakan lagu-lagu bugis yang hingga kini masih tetap eksis di telinga para penikmatnya. Salah satunya, Alosi Ripolo Dua.
Dinyanyikan oleh Dian Ekawati, lagu ini sering menjadi lagu favorit dalam perlombaan paduan suara. Lagu ini terdiri atas lima bait. Bait pertama dan kedua terdiri atas empat larik, bait ketiga dan ke empat terdiri atas tiga larik, sedangkan bait terakhir terdiri atas dua larik.
Jika diartikan dalam bahasa Indonesia “Alosi Ripolo Dua” dapat diartikan pinang dibelah dua. Lagu ini bermakna terapat dua orang yang memiliki kesamaan wajah yang dianggap kelak akan berjodoh.
Bait pertama terdapat larik “kuripancaji rilino” artinya aku terlahir di dunia, ”engka riwatakkalemu” diartikan ada dalam tubuhmu, “nulle purani totoku” diartikan nasibuku mungkin telah berkata begitu, dan “tosippadua siruntu” artinya kita berdua bertemu. Bait Kedua terdapat kata “muri pancaji rilino” artinya engkau tercipta ke dunia, “tudang riwatagkalemu” diartikan duduk (berada) dalam tubuhmu (batin), “lettu cappa'na rilino” artinya sampai akhir hidupmu, dan “sipaddua matterru” diartikan selalu bersama.
Bait pertama dan kedua ini dimaknai bahwa seseorang telah diciptakan di dunia ini oleh sang pencipta menganggap dirinya ada dalam jiwa seseorang yang dicintainya dan beranggapan bahwa mereka diciptakan untuk terus bersama hingga ajal menjemput mereka..
Bait ketiga terdiri atas tiga larik yakni “tappamu na tappaku” artinya wajahmu dan wajahku, “sirupa na de’na pada” diartikan mirip atau beda, dan ”Iyaro tanranna topuri sitoto” artinya itu menandakan kita berjodoh. Bait keempat terdapat “matammu na matakku” artinya matamu dan mataku, “alosi ripolo dua” diartikan bagaikan pinang dibelah dua, dan “mappada bungae sibawa daunna” artinya seperti bunga dengan daunnya.
Bait ketiga dan keempat ini dimaknai bahwa keduanya memiliki wajah dan mata yang sama. Bagaikan pinang dibelah dua dan hubungan kedekatan antara daun dan bunga yang menandakan mereka berjodoh.
Bait terkahir terdiri atas dua larik yakni “alemu aleku pada uddani” ini diartikan bahwa diriku dan diriku sama-sama merindu, dan “tori masseddi tanranna sitoto” artinya untuk bersatu dan tanda jodoh. Makna bait ini adalah keduanya saling merindu dan bersatu karena pada dasarnya mereka memiliki kesamaan yang bisa sebut berjodoh.
Lagu ini syarat akan makna dan tak dipungkiri bahwa hingga kini anggapan bahwa kesamaan wajah petanda berjodoh sering dilontarkan kawula muda. Harapannya, semoga musik daerah tetap terjaga.
Berikut Lirik lagu Alosi Ripolo Dua karya Yusuf Alamudi
Muripancaji ri lino
Engka riwatang kalemu
Mulle purani totoku
To sipa’dua siruntu
Muripancaji ri lino
Tudang riwatang kalemu
Lettu campana rilino
Sipa’dua metteru
Tappamu na tappaku
Sirupa na de na pada
Iyaro tanranna topuri sitoto
Matammu na mataku
Alosi si polo dua
Pappada bungae sibawa daunna
Alemu aleku
Pada muddani
Tori massidi tanranna sitoto
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kasultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda berwarna hitam. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam berupa golok dan pisau. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis namun ada juga yang memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce. QUIVER ( TEMPAT ANAK PANAH ): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock ana...
Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belakang.
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang