Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Sulawesi Tengah Toli-toli
LEGENDA BATU BAGGA
- 20 Juli 2018

Tolitoli adalah salah satu nama kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Di kabupaten yang terkenal sebagai penghasil rempah-rempah berkualitas ini terdapat sebuah batu yang melegenda di kalangan masyarakat setempat. Alkisah, batu tersebut merupakan jelmaan sebuah perahu bagga (perahu layar), sehingga disebut Batu Bagga.

Alkisah, di sebuah kampung di daerah pesisir Sulawesi Tengah, Indonesia, hiduplah seorang duda bernama Intobu. Ia tinggal di sebuah gubuk bersama seorang putranya yang bernama Impalak. Mereka hidup sangat miskin. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka pergi ke laut untuk mencari ikan.
 
Pada suatu malam, ketika Intobu bersama anaknya hendak mencari ikan di laut, tiba-tiba angin bertiup kencang dan hujan deras. Meskipun demikian, dua orang bapak dan anak itu tetap memutuskan untuk melaut. Dalam perjalanan menuju ke laut, Intobu menasehati Impalak.
  • “Anakku! Ayah berharap jangan sampai cuaca buruk seperti ini membuatmu patah semangat untuk pergi melaut, karena hanya pekerjaan inilah yang menjadi tumpuan hidup kita.”
  • “Iya, Ayah! Saya mengerti,” jawab Impalak sambil mengangguk-anggukkan kepala.
Sesampai di pantai, mereka segera menaiki sampan yang ditambatkan di tepi pantai. Dengan sekuat tenaga mereka mendayung sampan menyusuri pantai. Mereka tidak berani sampai ke tengah laut, karena cuaca sangat buruk. Mereka hanya memancing ikan di sekitar pantai. 
 
Tidak terasa, malam semakin larut. Mereka pun memutuskan untuk kembali ke gubuk. Setiba di gubuk, beberapa ekor ikan hasil tangkapannya digoreng untuk lauk dan selebihnya mereka jual pada keesokan harinya. Ikan-ikan tersebut mereka jajakan dari rumah ke rumah sampai habis terjual. Setelah semuanya laku terjual, uang hasil penjualan itu mereka belanjakan untuk membeli beras dan kebutuhan pokok lainnya. Begitulah pekerjaan mereka setiap hari yang sudah bertahun-tahun jalani.
 
Rupanya pekerjaan itu membuat Impalak menjadi jenuh. Ia ingin pergi merantau ke negeri lain untuk merubah nasib. Sejak itu, ia selalu murung dan merenung. Ia tidak berani menyampaikan keinginan itu kepada ayahnya. Selain itu, ia juga belum tega meninggalkan ayahnya seorang diri. Meskipun tekadnya ingin pergi merantau begitu kuat, ia tetap berusaha memendamnya dalam hati.
 
Pada suatu hari, ayahnya sedang sibuk memperbaiki tali kailnya yang putus. Sementara, Impalak yang duduk di sampingnya hanya duduk termenung.
  • “Hei, Impalak! Kenapa wajahmu murung seperti itu” Apa yang sedang kamu pikirkan, Nak?“ tanya Intobu kepada anaknya.
  • “Tidak apa-apa, Ayah!” jawab Impalak dengan nada lemah.
  • “Bicaralah, Nak! Tidak usah kamu pendam dalam hati!” desak ayahnya.
Oleh karena terus didesak, akhirnya Impalak berterus terang kepada ayahnya.
  • “Maafkan saya, Ayah! Sebenarnya saya sudah jenuh menjadi nelayan. Walaupun setiap hari kita ke laut, tapi hasil yang kita peroleh hanya cukup untuk dimakan,” keluh Impalak kepada ayahnya.
  • “Jika Ayah mengizinkan, Impalak ingin pergi merantau ke negeri lain untuk mengubah nasib kita,” sambung Impalak.
Intobu terkejut mendengar permintaan anak semata wayangnya itu.
  • “Bagaimana dengan nasib Ayahmu ini, Nak” Umur Ayah sudah semakin tua. Jika kamu pergi, tidak ada lagi yang membantu Ayah untuk mendayung sampan,” kata Intobu mengiba kepada anaknya.
  • “Saya mengerti, Ayah! Tapi, saya sekarang sudah dewasa. Sudah saatnya saya membahagiakan Ayah.
Jika Ayah pergi melaut, sebaiknya tidak perlu pergi jauh-jauh. Biarlah saya yang bekerja keras mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan kita dan demi masa depan saya,” jelas Impalak meyakinkan ayahnya.
 
Mendengar penjelasan anaknya itu, Intobu terdiam sejenak. Ia berpikir bahwa apa yang dikatakan anaknya itu memang benar. Jika hanya menjadi nelayan, kehidupan anaknya di masa depan tidak akan makmur.
  • “Baiklah, Nak! Meskipun dengan berat hati, Ayah mengizinkanmu pergi merantau. Tetapi, kamu jangan lupakan Ayah dan cepatlah kembali! Ayah khawatir tidak akan bertemu kamu lagi, apalagi umur Ayah sudah semakin tua,” kata Intobu dengan perasaan cemas.
  • “Baik, Ayah! Saya akan selalu mengingat pesan Ayah,” jawab Impalak dengan perasaan gembira.
Setelah mendapat izin dari ayahnya, Impalak segera ke pelabuhan untuk melihat apakah ada perahu bagga yang sedang berlabuh. Sesampai di pelabuhan, tampaklah sebuah perahu bagga sedang menurunkan muatan. Perahu itulah yang rencananya akan ditumpangi Impalak pergi merantau. Ia pun segera menemui pemilik perahu bagga itu.
  • “Permisi, Tuan! Bolehkah saya ikut berlayar bersama Tuan”“ tanya Impalak tanpa rasa segan.
  • “Hei, Anak Muda! Kamu siapa dan kenapa hendak ikut berlayar bersamaku”“ tanya pemilik perahu.
  • “Saya Impalak, Tuan! Saya ingin pergi merantau untuk mengubah nasib keluarga saya,” jawab Impalak.
  • “Memang apa pekerjaannya orang tuamu”“ tanya pemilik perahu.
  • “Ayah saya seorang nelayan biasa, sedangkan ibu saya sudah meninggal saat saya masih kecil. Setiap hari saya membantu ayah memancing ikan di laut. Akan tetapi, hasilnya hanya cukup untuk di makan sehari-hari. Makanya saya ingin pergi merantau untuk mencari nafkah yang lebih baik,” jelas Impalak.
Mendengar penjelasan itu, pemilik perahu itu pun tersentuh hatinya ingin menolong Impalak dan bersedia membawanya ikut berlayar.
  • “Kamu memang anak yang berbakti, Impalak! Besok pagi kita akan berlayar bersama. Tapi, apakah kamu sudah meminta izin kepada ayahmu”“ tanya pemilik perahu.
  • “Saya sudah mendapat izin dari ayah saya, Tuan!” jawab Impalak.
  • “Baiklah, kalau begitu! Saya tunggu kamu besok pagi,” kata pemilik perahu itu.
  • “Terima kasih, Tuan!” ucap Impalak seraya berpamitan pulang.
Sesampai di gubuk, Impalak segera menyampaikan berita gembira itu kepada Ayahnya.
  • “Ayah, saya sudah menghadap kepada pemilik perahu bagga. Dia bersedia mengajak saya berlayar bersamanya,” lapor Impalak kepada ayahnya dengan perasaan gembira.
  • “Ya, syukurlah kalau begitu, Nak! Nanti malam siapkanlah segala keperluan yang akan kamu bawa!” seru ayahnya sambil tersenyum pilu.
Keesokan paginya, Impalak sudah siap untuk berangkat. Ia diantar oleh ayahnya ke pelabuhan. Sesampai di pelabuhan, perahu bagga yang akan ditumpangi tidak lama lagi akan berangkat. Tampak si pemilik perahu berdiri di atas anjungan berteriak memanggil Impalak.
  • “Impalak...! Ayo cepat...! Perahunya sebentar lagi berangkat...”
  • “Baik, Tuan!” jawab Impalak seraya berpamitan kepada ayahnya.
  • “Ayah! Saya harus berangkat sekarang, jaga diri Ayah baik-baik!”
  • “Iya, Nak! Jangan lupakan Ayah, Nak!”
  • “Baik, Ayah! Saya akan selalu ingat pesan Ayah,” kata Impalak sambil mencium tangan ayahnya.
Suasana haru pun menyelimuti hati ayah dan anak itu. Tidak terasa, Impalak meneteskan air mata. Demikian pula sang Ayah, air matanya berlinang tidak kuat menahan rasa haru.  
  • “Impalak...! Ayo kita berangkat!” terdengar lagi teriakan pemilik perahu memanggil Impalak.
  • “Ayah, saya berangkat dulu,” jawab Impalak kemudian bergegas menuju ke perahu bagga.
  • “Kalau sudah berhasil cepat pulang ya, Nak!” teriak sang Ayah sambil melayangkan pandangannya ke arah Impalak yang sedang berlari menuju ke perahu bagga.
Tidak berapa lama, Impalak sudah tampak berdiri di anjungan bersama pemilik perahu sambil melambaikan tangan. Sang Ayah pun membalas lambaian tangan anaknya sambil meneteskan air mata. 

Beberapa saat kemudian, berangkatlah perahu bagga itu. Setelah perahu bagga menghilang dari pandangannya, Intobu pun bergegas pulang ke gubuknya. Sejak kepergian anaknya, Intobu menjalani hari-harinya seorang diri sebagai nelayan.

Tidak terasa, sudah beberapa tahun Impalak merantau di negeri orang. Namun, ia tidak pernah memberi kabar kepada ayahnya. Hal itulah yang membuat ayahnya selalu gelisah menanti kedatangannya. Setiap ada perahu bagga yang berlabuh di pelabuhan, sang Ayah selalu berharap anak kesayangannya datang membawa rezeki, namun harapan itu tidak pernah terwujud.

Pada suatu hari, ayah Impalak mencari ikan di sekitar pelabuhan dengan menggunakan sampan. Tiba-tiba dari kejauhan, ia melihat sebuah perahu bagga hendak berlabuh di pelabuhan.
  • “Kenapa jantungku berdebar-debar begini” 
  • “Jangan-jangan anakku ada di perahu bagga itu” Ah, tidak mungkin. Impalak benar-benar sudah melupakan aku,” ucap ayah Impalak berusaha menepis pikiran-pikiran itu.
Semakin lama perahu bagga itu semakin dekat dan semakin tampak jelas. Jantung ayah Impalak pun berdetak semakin kencang. Ketika perahu bagga itu melintas tidak jauh dari tempatnya memancing ikan, tiba-tiba ia melihat soeorang pemuda gagah bersama seorang wanita cantik berdiri di haluan perahu bagga. Keduanya adalah Impalak dan istrinya. Ternyata, selama berada di rantauan Impalak berhasil menjadi orang kaya dan beristri wanita cantik. Oleh karena yakin bahwa pemuda itu adalah anaknya, tiba-tiba sang Ayah berteriak.
  • “Impalaaak....Anakku! Ini aku ayahmu!”
Impalak tahu bahwa lelaki tua yang memanggilnya itu adalah ayahnya. Namun karena malu kepada istrinya, ia berpura-pura tidak mendengar teriakan itu.
  • “Bang! Sepertinya orang itu memanggil nama Abang. Apakah dia itu ayah Abang” tanya istrinya setelah mendengar teriakan lelaki tua itu.
  • “Bukan! Abang tidak mempunyai ayah sejelek lelaki tua itu,” jawab Impalak dengan kesal sambil memalingkan wajahnya.
  • “Tapi, bukankah orang tua itu mengaku kalau Abang adalah anaknya”“ tanya istri Impalak.
  • “Dia itu hanya mengada-ada,” jawab Impalak dengan ketus.
  • “Sudahlah, Dik! Tidak usah hiraukan orang gila itu!” tambah Impalak.
Mendengar ucapan itu, istri Impalak pun langsung diam. Ia tidak ingin bertanya lagi tentang lelaki tua itu. Ia berpikir, barangkali suaminya benar bahwa lelaki tua itu adalah orang gila yang mengaku sebagai ayah dari suaminya. Sementara ayah Impalak dengan sekuat tenaga terus mendayung sampannya mengejar perahu bagga yang ditumpangi Impalak. Ketika akan sampai di pelabuhan, tiba-tiba angin bertiup kencang. Sampan yang ditumpangi ayah Impalak terombang-ambing oleh gelombang besar. Ayah Impalak tidak sanggup lagi mengendalikan sampannya.
  • “Toloonng... ! Tolooong... aku Impalak!” teriak ayah Impalak meminta tolong.
Namun, malang nasibnya bagi lelaki tua itu. Impalak yang berada di atas perahu bagga itu justru tertawa terbahak-bahak melihatnya diombang-ambing gelombang laut.
  • “Ha..ha..ha...!!! Rasakanlah itu orang gila!
Walaupun ayah Impalak berkali-kali berteriak meminta tolong, Impalak tetap tidak memperdulikannya. Perahu yang ditumpangi Impalak justru semakin menjauhinya. Hati lelaki tua itu hancur karena diabaikan oleh anak kandungnya sendiri. Ia sudah tidak tahan lagi melihat perilaku anaknya yang sudah tidak menaruh belas kasihan lagi kepadanya. Dengan mengangkat kedua tangannya, lelaki tua itu berdoa kepada Tuhan.
  • “Ya Tuhan! Hukumlah anak Hamba yang durhaka itu! Kutuklah perahu bagga yang ditumpanginya itu menjadi batu!”
Beberapa saat kemudian, angin bertiup dengan kencang, ombak laut bergulung-gulung menghantam perahu Impalak sehingga terdampar di pantai. Seketika itu pula, perahu bagga dan Impalak menjelma menjadi batu. Oleh masyarakat setempat batu itu kemudian diberi nama Batu Bagga.
 
Sumber: http://agathanicole.blogspot.com/2017/11/legenda-batu-bagga.html

 

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya