Kue si KENTUT atau Ta Phi Pan dalam bahasa Hakka merupakan salah satu kue yang cukup aneh dari Bangka Belitung. Nama kue ini bukan suatu hal yang jorok atau mengada-ada. Melainkan, nama kue unik ini ternyata memang demikian adanya. Kue si kentut ini telah memiliki sejarah ribuan tahun. Kue ini hadir pertama kali di Bangka Belitung bersama dengan hadirnya Orang Tionghoa suku Hakka / suku Khek di kepulauan Bangka Belitung (Babel) ribuan tahun lalu. Kue ini wajib dimakan setiap setahun sekali, yakni setiap tanggal 8 bulan 4 Kalender Tionghoa. Sekarang kue ini sudah tergolong langka, di akibatkan oleh arus modernisasi.
Kue ini dibuat dari daun Ta Phi (Kentut). Daun Ta Phi memiliki aroma yang cukup menyengat menyerupai bau kentut. Namun setelah melalu proses pemasakan, nyatanya bau yang di hasilkan kue ini tidak terlau bau dan dapat tergolong mempunyai bau harum yang khas dan enak dimakan. Warna kue ini memiliki warna hijau lumut hingga hitam, warna alami ini di dapat dari warna daun Ta Phi. kue ini bertekstur seperti dodol. Ada 3 bentuk kue si kentut ini. Pertama berbentuk lapis, mirip seperti kue lapis. Kedua, berbentuk gulung, mirip seperti kue Fo Thung atau dadar gulung. Ketiga, berbentuk bulat bergambar timbul. Motif ini di dapat cetakan khusus.
Kue ini dapat di jumpai di pasar- pasar tradisional di Bangka Belitung. Di Jakarta kue ini juga dapat di jumpai di beberapa tempat, seperti di pasar kopro Tanjung Duren, Jakarta Barat. Naiklah ke lantai 2, di sana ada banyak orang Bangka Belitung yang berjualan kue. Ada juga di Restoran Bakmi Belitung, Bandengan, Jakarta Utara. Atau, bisa pula di jumpai dimana banyak terdapat orang-orang Bangka Belitung menetap. Harganya tidaklah mahal, yang berbentuk kue lapis 1 kap plastik berisi 4-5 potong harganya sekitar RP.10.000,- s/d RP.15.000; .
Kandungan kue ini ternyata bagus untuk kesehatan. Kue ini terbukti mengandung bermacam vitamin dan khasiat. Masyarakat Tionhoa meyakini jika kue ini dimakan tepat pada tanggal 8 bulan 4 Kalender Tionghoa maka akan mendapatkan kemakmuran yang melimpah. Memang tidak ada penelitian modern tentang hal ini. Namun bisa jadi kepercayaan orang-orang Tionghoa zaman dahulu sudah membuktikan khasiat baik dari kue ini dan suku Hakka (khek) telah menjalani tradisi ini selama ribuan tahun dan mewarisinya bagi orang-orang di Bangka Belitung hingga saat ini. Tertarik mencoba?
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.