Kue Sero’sero’ dengan bentuk menyerupai bulan sabit merupakan salah satu kue tradisional asal Sulawesi Selatan.
Kue berbahan dasar:
tepung beras dan gula pasir yang telah dihaluskan ini, selalu saja mengundang selera bagi penikmatnya. Apalagi kalau diminum dengan teh atau kopi.
Sekilas tentang nama Sero’sero. Dalam bahasa Makassar kata Sero’ diartikan sebagai timba atau gayung yang biasa digunakan untuk mandi, jika diartikan menyeluruh, sero’sero’ adalah mainan timba.
Lalu kenapa harus timba, semantara bentuk yang melekat pada kue ini lebih menyerupai bulan sabit. Ternyata, setelah ditelusuri, dulunya selain batok kelapa, sero’ atau timba yang digunakan umumnya terbuat dari daun lontar dengan bentuk menyerupai bulan sabit. Hal ini kemungkinan menjadi salah satu penyebab kue ini disebut sero’sero.
Saat ini kue ini sudah dapat dijumpai dengan berbagai bentuk dan rupa, tentunya dengan cita rasa yang tentunya enak di lidah.
Kue ini, selalu disajikan pada acara pesta adat dan Biasanya ditata rapi diatas piring yang kemudian piring tersebut di atas bosara.
Meski belum ada literature yang membahas tentang kue pelengkap untuk acara adat, namun berdasarkan informasi, kehadiran sero-sero dalam adat pernikahan bugis/makassar bermakna antara kedua mempelai akan saling melayani.
Dalam ceritanya dahulu, pasangan suami istri yang baru menikah akan bergantian saling menimba air di sumur. Suami akan menimba air buat istri demikian pula sebaliknya. Sehingga kehadiran kue sero’sero’ sebagai simbolisasi saling mengisi antara kedua mempelai.
Cita rasa manis yang kental pada kue-kue pernikahan Bugis Makassar sebagai simbolisasi harapan akan manisnya kehidupan yang akan diarungi kedua mempelai juga ada pada kue sero-sero.
Sumber:
http://v1.makassarterkini.com/10-kisah-unik-dibalik-kue-khas-makassar-yang-mulai-langka/9/
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kasultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda berwarna hitam. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam berupa golok dan pisau. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis namun ada juga yang memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce. QUIVER ( TEMPAT ANAK PANAH ): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock ana...
Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belakang.
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang