Kue Lapan Jam
Kue Lapan Jam --atau delapan jam? 8 jam? entah yang mana yang benar-- adalah sebuah kuliner manis dari daerah Palembang. Namun, kuliner semacam ini bisa dijumpai di daerah sekitarnya seperti Lampung karena memang pulau Sumatera bagian selatan memiliki jenis kuliner yang mirip. Makna lapan jam pada nama kue ini diambil dari proses pembuatan kue ini sendiri yang memakan waktu benar-benar 8 jam. Kue ini adalah kue yang sangat enak dan sangat manis. Mengapa saya tekankan pada kata manis? Karena memang kandungan gula pada kue ini amat sangat tinggi. Kue ini dominan dengan gula dan telur. Saya tidak menyarankan untuk orang yang terkena diabetes untuk mengonsumsi kue ini. Namun untuk pecinta manis, saya sangat menyarankan kue dari daerah saya ini.
Bahan-Bahan (Untuk porsi 1 loyang)
1. 20gr Telur Bebek/Telur Ayam
2. 500gr Gula
3. 1 kaleng Susu Kental Manis
4. 150gr Mentega yang sudah dilelehkan
Cara Membuat
1. Kocok telur dan gula hingga gula larut namun tidak perlu sampai mengembang
2. Masukkan susu kental manis dan aduk hingga merata
3. Masukkan mentega cair sebagai bahan akhir adonan
4. Tuangkan adonan ke dalam cetakan (loyang) yang sudah diolesi metega
5. Tutup adonan/loyang dengan alumunium foil atau plastik agar adonan tidak terkena air
6. Kukus selama 8 jam
7. Setiap 1 jam, tambahkan air kurang lebih 1 L
Terancam Punah
Sekarang kue ini ada diambang kepunahan karena sulitnya pembuatan makanan ini. Alasannya adalah kue ini biasa dimasak menggunakan kayu bakar sementara sekarang dapur-dapur modern sudah menggunakan kompor gas ataupun microwave. Tidak mungkin kita menyalakan kompor gas ataupun microwave selama 8 jam non-stop karena itu sangatlah boros sehingga kue semacam ini biasa dijumpai di daerah desa yang memiliki akses mudah ke kayu bakar. Namun lama kelamaan, kue ini mulai terlupakan dan mungkin hanya disuguhkan di acara tahunan yang diselenggarakan di desa seperti lebaran ataupun kurban. Yang bisa membuat pun semakin lama semakin berkurang karena generasi sekarang mungkin akan merasa repot dan malas jika harus membuat hidangan dengan waktu yang sangat lama. Namun, rasa yang disuguhkan cukup sepadan dengan proses pembuatannya. Jadi, apakah kita adalah generasi terakhir yang bisa mencicipi hidangan ini?
Jangan biarkan makanan kita tergerus oleh makanan asing!!! #OSKMITB2018
source gambar:
1. instagram.com/rehanadi30
2. https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjQy5Ss3tXcAhVC7mEKHY26AaEQjRx6BAgBEAU&url=https%3A%2F%2Fcantik.tempo.co%2Fread%2F887405%2Fkue-8-jam-yang-legendaris-ini-resepnya&psig=AOvVaw3q_rGR6XhhiCg-nwkeF0eV&ust=1533552487232115
3. pempekzaskia.com
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang