Siapa sih yang tidak tau Kue Bulan?Kue Bulan atau yang lebih dikenal dengan nama Mooncake merupakan perkembangan tradisi budaya Nenek Moyang Orang Tionghoa. Di Indonesia ini memang terdapat sangat banyak budaya. Ada budaya lokal dan juga budaya berasal dari luar Indonesia yang telah terakulturasi, salah satunya adalah Kue Bulan.
Kue Bulan ini merupakan salah satu bentuk sembahyang kepada bulan bagi Orang Tionghoa. Makanan ini sendiri hanya ada setahun sekali pada pertengahan bulan 8 menurut kalender Lunar, sementara dikalender nasional adalah tanggal 25 Oktober pada tahun penulisan artikel ini. Cerita tentang legenda Kue Bulan ada berbagai versi.Menurut hasil wawancara dengan beberapa orang Tionghoa, versi cerita yang didapatkan adalah cerita berkisah tentang Tiongkok yang telah dikuasai Mongol yang merupakan Dinasti Yuan (1280-1368). Pada saat itu terus terjadi pemberontakan Orang Tiongkok kepada dinasti tersebut,akan tetapi usaha itu tidak pernah berhasil. Lalu pada kisaran tahun 1360, muncullah gerakan bawah tanah yang memimpin gerakan perlawanan kepada penjajah Mongol. Mereka menyebarkan desas-desus bahwa adanya wabah penyakit akut dan tidak bisa disembuhkan yang sedang menyebar, namun penyakit tersebut bisa dicegah dengan mengonsumsi kue bulan yang sudah dipersiapkan secara khusus dan kebetulan jatuh pada pertengahan musim gugur, yaitu tanggal 15 bulan 8 (Kalender Lunar). Diatas Kue Bulan terdapat pesan berupa tulisan yang merupakan surat kepada mayoritas rakyat yang mendukung pemberontakan tersebut. Penulisan pesan rahasia dilakukan dengan cara khusus supaya tidak diketahui oleh Orang Mongol, dalam 4 buah mooncake, dan dikemas dalam 1 kotak. Masing-masing mooncake itu harus dipotong menjadi 4 bagian, sehingga total mendapatkan 16 potong yang kemudian harus dirangkai sedemikian sehingga pesan rahasia tersebut dapat dibaca. Melalui pesan tersebut gerakan revolusipun dimulai secara Bersama. Lalu dengan perjuangan rakyat-rakyat yang menerima pesan tersebut, Dinasti Yuan akhirnya tumbang, dan bergantilah menjadi Dinasti Ming (1368 – 1644) dengan kaisar pertama adalah Zhu Yuanzhang (pencetus ide Kue Bulan). Untuk mengenang perjuangan dan titik balik berdirinya Dinasti Ming, tradisi Kue Bulan pun dirayakan setiap pertengahan bulan 8.
Nah, itulah salah satu versi cerita tentang asalnya Kue Bulan. Memang cerita tersebut tidak bertempat di Indonesia tetapi tradisi tersebut telah merekat dan berkembang melalui Nenek Moyang Orang Tionghoa yang berada di Indonesia sejak jaman dahulu kala. Salah satu bentuk perkembangan Kue Bulan dalam proses akulturasi budaya ke Indonesia adalah sekarang pesan yang ditulis diatas Kue Bulan (dalam huruf Mandarin) bukanlah pesan rahasia seperti cerita diatas, melainkan mempunyai arti seperti harmoni, panjang umur, dan juga harapan/ucapan positif. Dan sekarang dikenal luas melalui Festival Kue Bulan yang juga dirayakan di Indonesia dari jaman dahulu sampai tahun-tahun yang akan mendatang.
#OSKMITB2018
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang