|
|
|
|
Kottau Tanggal 19 Jan 2018 oleh Fennec_fox . |
Kottau, adalah seni bela diri yang berasal dari daerah Mandar Sulawesi Barat, diduga berkembang dan berhubungan dengan “kung tao” atau “kun tao” salah satu aliran bela diri yang berasal dari daratan Cina.
Sementara itu Kuntao adalah salah satu dari jenis seni gaya bela diri yang ditemukan di Indonesia, Malaysia, pesisir Thailand dan bagian barat Filipina. Kuntao ini dibedakan dengan jenis Kungfu serta Wushu (istilah yang biasa digunakan pada jenis bela diri di Cina). Kuntao yang berkembang di Indonesia khususnya telah mengalami perkembangan dan lebih mengedepankan seni dalam penyajiannya, ia kemudian menyimpang dengan perbedaan yang kontras dari asalnya di Cina. (1)
Istilah Kuntao sendiri merupakan konsep yang masih diperdebatkan, namun seni bela diri ini digambarkan sebagai suatu seni pertahanan diri yang ditemukan di sebagian besar Asia tenggara dan berasal dari Cina. Istilah ini berasal dari Cina Fujian (Hokkian) dengan asal kata “Kun” yang berarti “Tinju” dan “Tao” yang berarti “Cara” atau “Metode” (1)
Pendapat yang cukup berbeda juga disampaikan oleh Liem Yoe Kiong (1960:215), dalam bukunya “Ilmu Silat” Kuntao bukanlah merupakan suatu bentuk bela diri. Hal ini mungkin akan terdengar aneh, namun Kuntao memiliki beberapa arti jika diambil secara harfiah. Kuntao jika diterjemahkan dalam bahasa resmi Cina atau Kou Yu menjadi Djuen Tho yang berarti “pukulan”. Namun karena masyarakat Tionghoa banyak menggunakan dialek Hokkian dan dominan berasal dari Cina selatan maka istilah Kuntao diidentikkan dengan bela diri dan mulai disinonimkan dengan silat. (2)
Untuk orang-orang yang berada di Pulau Jawa, Bali, Madura, dan Sulawesi Kuntao mungkin akan sulit dibedakan dengan Silat dari Sumatera yang tidak menggunakan musik seperti gendang saat pertunjukan. Sementara itu istilah Kuntao pada tahun 1950 an perlahan berangsur hilang oleh karena pengaruh publikasi mengenai bela diri yang disebut silat yang ditulis oleh Ko Phing Ho, hal tersebut berlanjut hingga tahun 1960-an dengan hadirnya komik-komik karangan Yan Mintaraga dan Ganes TH yang menggunakan kata silat untuk menggantikan istilah kuntao. Jadilah penggunaan istilah Kuntao tak lagi dikenal, digantikan oleh silat. (2)
Di daerah Mandar Kuntao terserap dalam bahasa lokal dengan istilah “kottau”, yang dibawa oleh pelaut Mandar masuk ke daerahnya sendiri. Pemain kottau biasa disebut dengan nama “pakkottau”. Saat ini seni bela diri ini dikenali sebagai silat tradisional yang ada di Mandar.
Nasib perkembangan seni bela diri Pakkottau selama empat tahun terakhir cenderung semakin menurun dan langka ditampilkan, hal ini misalnya terjadi di desa Seppong kecamatan Tammeroddo Sendana. Warga pria di dusun-dusun yang ada dusun Seppong, desa Seppong sebagian besar tahu bagaimana memainkan seni bela diri ini, mulai dari orang tua hingga anak-anak, namun seiring masa kemudian jarang terlihat lagi. Para pelaku pakkottau yang telah dimakan usia mulai berpulang hingga jumlahnya berkurang.
Di dusun Seppong dikenal istilah “Kottau Cina” dan “Maccaq” namun hanya ada seorang yang sampai saat ini mampu menunjukkan dua jenis silat tradisional tersebut. Ia adalah “Puaq Mia” yang biasa memainkan seni bela diri ini. Puaq Mia adalah seorang guru Pakkottau yang ada di kecamatan Tammeroddo Sendana dengan banyak murid yang tersebar di daerah Tubo, Sumakuyu, Tippulu, dan Awo.
Seni beladiri ini disebutkan memiliki pesan moral yang sering disampaikan dalam pertunjukannya. Selalu mengingat kebesaran Allah , sikap sabar , menghindari segala bentuk hal yang bisa mencelakai, selalu mengedepankan perdamaian. Pertunjukan Pakkottau menampilkan nilai-nilai ini misalnya saja sebelum menyerang pemain kottau kadang meminta izin hingga kemudian pemain lawannya akan bersiap-siap untuk menerima serangan. Jika juga ada pesan agama di dalam Pakkottau hal ini juga tidak terlepas dari bagaimana Kottau dahulu dijadikan sebagai media penyebaran dakwah agama Islam
Pertunjukan Pakkottau saat ini dapat disaksikan pada acara-acara atau hajatan di daerah Mandar, Sulawesi Barat, mulai dari kabupaten Majene hingga kabupaten Polewali Mandar. Pelaksanaannya hanyalah menjadi suatu pertunjukan seni belaka, lebih mengedepankan hiburan namun masih seru untuk disaksikan. Jalannya pertarungan “pakkottau” akan diiringi oleh tabuhan gendang serta gong untuk lebih menyemarakkan suasana. Sarung yang diikatkan dipinggang, dan kopiah yang dikenakan dikepala adalah kostum yang sering digunakan oleh para pemain Kottau.
Source: http://www.kompadansamandar.or.id/budaya/538-kottau-seni-bela-diri-di-daerah-mandar-sulawesi-barat.html
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |