Asal Usul kata Kopi
Kopi berasal dari bahasa arab yang berkata “Qahweh” yang berarti kuat, kata ini juga bisa diartikan minuman yang berasal dari seduhan biji. Pada mulanya kopi berasal dari suatu wilayah di Afrika yang bernama Absyyinia yang sekarang mencakup wilayah dari Ethiopia dan Eritrea, kopi ini lalu di ekspor ke wilayah arab dan komoditas kopi ini laku keras setelah dibudidayakan di yaman.
Kata kopi di Indonesia sebenarnya diadaptasi dari bahasa belanda “koffie” yang dimana belanda mengadaptasinya dari bahasa arab “Qahweh” sehingga pada saat ini indonesia memanggil tanaman atau biji itu sebagai kopi.
Sejarah Kopi di Indonesia
Kopi yang pertama masuk ke indonesia ternyata adalah kopi malabar, yang dimana sejarah tercatat pada tahun 1696, walikota amsterdam yaitu Nicolas Witsen memerintahkan kepada komandan pasukan di Malabar India, Adrian Van Ommen untuk membawa benih kopi agar ditanam di Indonesia. Pada saat itu usaha belanda tidak berhasil dikarenakan adanya banjir di daerah Batavia sehingga penanaman kopi tidak bisa dilanjutkan.
Usaha kedua pada tahun 1699 dilakukan dengan pengiriman stek pohon kopi dari Malabar ke daerah Pondok Kopi,Batavia. Pada tahun 1706 sampel kopi yang dipetik lalu dikirim dan diteliti di Kebun Raya Amsterdam, hasilnya sangat memuaskan dengan kualitas kopi yang sangat baik. Kopi itupun di jadikan salah satu komoditas utam oleh pihak VOC untuk menambah penghasilan yang sangat besar.
Pada tahun 1720 VOC mengenalkan Preanger Stelsel yang dimana masyarakat priangan wajib menanam kopi. Penyebab dari adanya sistem ini adalah diperalatnya para bangsawan sehingga selain gelar bupati munculah beberapa gelar bangsawan baru. VOC juga memberi hadiah kepada para bupati yang memiliki hasil kopi paling banyak sehingga para oknum bupati ini memaksa agar seluruh rakyatnya untuk menanam kopi lebih banyak daripada menanam padi sehingga kelaparan datang melanda yang mengakibatkan tidak adanya beras untuk dimasak.
Pada tahun 1725 Indonesia menjadi perkebunan kopi diluar Jazirah Arab dan Ethiopia. Hal ini disebabkan oleh kualitas kopi yang sungguh baik dimana kualitas kopi ini melebihi kualitas kopi dari yaman dalam beberapa kali jenjang ekspor saja. Semua dataran Eropa pun mengetahui seberapa baiknya kualitas kopi ini sehingga kopi ini dijuluki dengan “A cup of Java” atau secangkir kopi dari jawa. Dengan julukan ini pula lah tersebar julukan Bandung sebagai ’’Paris Van Java” kopi dari daerah Bandung yang sampai ke paris.
#OSKMITB2018
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja