Tentu saja banyak orang sudah mengetahui tentang cerita rakyat/legenda Si Pitung. Dalam istilah sejarah disebut “Folklor” atau cerita rakyat yang turun menurun sudah melegenda. Dikenal sebagai “Robin Hood”, Pitung dan komplotannya merampok dari orang-orang kaya Belanda dan memberikan hasil curiannya kepada orang-orang yang membutuhkan disekitar Jakarta. Di mata Belanda dia adalah perampok, namun di mata Betawi dia adalah pahlawan. Banyak versi mengenai cerita Si Pitung, sehingga kematiannya pun masih jadi kontroversi. Ada yang bilang Pitung dibunuh dengan peluru emas seorang tentara Belanda, ada juga yang bilang jenazah tubuh Pitung dipotong-potong menjadi beberapa bagian dan dikuburkan di tempat yang terpisah karena jika dikuburkan dalam satu tempat yang sama, jenazah Pitung bisa hidup kembali. Bahkan sampai saat ini, belum ada orang yang bisa memastikan dimana jenazah tokoh tahun 1800-an ini disemayamkan.
Salah satu tempat yang selalu dikait-kaitkan dengan Si Pitung adalah sebuah rumah di kawasan Marunda. Sebuah rumah merah gagah besar dengan konsep rumah panggung disebut-sebut sebagai rumah peristirahatan Pitung selama masa hidupnya berguru ke beberapa “orang pintar’’. Setelah dilakukan wawancara terhadap Hadi Hadede, M.Pd. salah satu guru sejarah di SMAI Al-Azhar Kelapa Gading, beliau menyatakan bahwa informasi yang beliau pernah dapatkan dari pusat budaya dan informasi Jakarta Utara (Jakarta Heritage) yang letak kantornya di dalam komplek pelabuhan Sunda Kelapa, rumah itu adalah milik saudagar kaya dari Bugis. Dan ketika beliau berkunjung kesana dan menemui penjaga rumah tersebut, ia mengamini (menyatakan hal yang sama) tentang apa yang beliau tanyakan.
Usut punya usut, rumah tersebut disebut rumah “Si Pitung’’ dikarenakan komplotan ‘’Si Pitung’’ sering beraksi di daerah Jakarta Utara (Cakung, Cilincing, Marunda). Pahlawan asli Rawabelong ini katanya mempunyai ilmu Rawa Rontek ini, namun bila ditelusuri ilmu ini adalah ilmu agama Hindu, padahal Pitung dikenal dengan sarung dan peci kebanggaannya dan keislamannya. Hal ini terbukti dengan kesolehan Pitung yang sewaktu kecil fasih membaca kitab suci Al-Qur’an. Banyak juga peziarah Islam yang datang ke lokasi yang disebut-sebut sebagai makam Si Pitung. Namun, tidak ada yang bisa memastikan apakah di dalam ‘’kuburan’’ itu terdapat jasad Pitung, secara utuh maupun tidak.
#OSKMITB2018
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja