Produk Arsitektur
Produk Arsitektur
Rumah Adat Aceh Aceh
Konstruksi dan Material/Simbolisme Rumoh Aceh #DaftarSB19
- 16 Februari 2019

Rumoh Aceh ini merupakan rumah adat tradisional Aceh yang dibuat besar karena mempunyai fungsi sosial sebagai tempat berkomunikasi, bermufakat tempat mengadakan kenduri, peresmian pernikahan, khitanan dan sebagainya (Saleh., 1970). Rumah ini masih ada beberapa di sekitar masyarakat sekarang. Tetapi bentuknya lebih kecil jika dibandingkan dengan rumah yang di buat pada saat kejayaan Aceh dulu. Selain itu seni ukir yang terdapat disini sudah mulai kurang diperhatikan.

Konstruksi dan Simbolisme Rumoh Aceh

Dalam membangun Rumoh Aceh ini diperlukan jenis kayu tertentu yang ditemukan di dalam hutan belantara. Kayu-kayu tertentu ini harus yang umur kayunya diperkirakan telah cukup tua, lurus serta dapat berdiri dengan tegak. Penebangan kayu ini dilakukan oleh penebang kayu yang mempunyai pengetahuan tentang perjalanan bulan. Karena menebang kayu sudah ada waktu yang ditentukan yaitu tidak boleh saat waktu air pasang. Jika saat terjadi air pasang maka kayu-kayu yang sudah ditebang akan dimakan bubuk.

Kemudian kayu-kayu yang sudah ditebang tersebut ditarah (dilincinkan dengan rimbas (Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)) yang dilakukan ditempat di mana kayu ditebang. Gotong royong dilakukan untuk mengangkat dan membawa kayu-kayu ini ke tempat membangun rumah, dengan mengadakan kenduri sederhana. Gotong royong ini dilakukan tidak hanya satu hari tetapi beberapa hari sampai semua kayu selesai dibawa dan terkumpul. Setelah terkumpul kayu-kayu tersebut dibersihkan dan dibentuk dengan kebutuhan rumah yang diinginkan.

Setelah pemilihan, penebangan dan pengumpulan kayu selesai dimulailah pembangunan Rumoh Aceh. Tahap awal dilakukan dengan pembuatan landasan untuk memancangkan kayu. Kayu yang dipancangkan adalah “tameh raja” (tiang raja). Semua tiang berjajar membujur lurus rata dari Timur ke Barat dengan diameter 30 cm. Tiang-tiang ini mempunyai tinggi 2,50 meter untuk serambi depan dan serambi belakang. Sedangkan untuk serambi perempuan atau serambi tengah mempunyai tinggi 3 meter.

Bagian bawah rumah adalah tempat tiang-tiang tersebut berdiri yang merupakan ruang antara tanah dengan lantai rumah. Bagian ini ditinggikan karena berfungsi untuk tempat bermain anak-anak, kandang ayam, kambing dan itik. Selain untuk anak-anak sering juga digunakan sebagai tempat berjualan dan membuat kain songket bagi kaum perempuan. Ini juga untuk memudahkan masyarakat untuk menentukan waktu subuh yang terbit dari ufuk Timur, serta untuk menentukan waktu shalat Maghrib mulai terbenamnya matahari hingga hilangnya syafaq, yaitu cahaya kemerah-merahan. Tempat menyimpan padi dan penumbuk padi juga diletakkan disini. DItengah-tengah atau dibawah kamar terdapat “tameh raja” dan “tameh putro” (tiang putri).

Dinding rumah terbuat dari papan yang letaknya berdiri berbentuk petak-petak yang berbingkai pada tiap jarak setengah meter (Saleh., 1970). Selain papan dinding rumah juga terbuat dari enau (temor) atau bambu yang cukup tua. Untuk menyambungkan kayu dengan kayu atau bambu dengan bambu atau keduanya tidak menggunakan paku melainkan menggunakan “Taloe meu-ikat” (tali pengikat) yang biasanya dibuat dari tali ijuk, rotan, dan kulit pohon waru. Terdapat 3 buah jendela di sebelah Barat dan Timur pada masing-masing serambi. Pada bingkai jendela terdapat ukiran dari motif alam sekitar maupun kaligrafi huruf arab. Atapnya terbuat dari “un meuria” atau daun rumbia yang disemat dengan rotan yang dibelah kecil-kecil (Saleh., 1970). Daun rumbia ini dijahit pada bilah bambu yang menjadi tulang atapnya dan dijemur sampai kering. Setelah kering daun rumbia disusun dengan jarak sangat rapat yaitu 2 jari sehingga susunan atap terlihat tebal.

Pada bagian atas bangunan bagian Timur dan Barat tepatnya dibawah kuda-kuda atap terdapat “tulak angin” atau tolak angin. Tolak angin ini dipenuhi dengan ukiran-ukiran dan juga terkadang dijumpai dengan kaligrafi huruf arab yang diambil dari ayat-ayat Al Qurannul Karim (Al-Qur’an). Berfungsi untuk mengurangi resiko terkena bencana alam seperti angin putting beliung maupun kebakaran.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline