×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Klenteng

Elemen Budaya

Produk Arsitektur

Provinsi

Jawa Tengah

Klenteng Tjoe Hwie Kiong

Tanggal 14 Jul 2018 oleh Arum Tunjung.

Semula Lasem merupakan pelabuhan yang ramai, dan pernah menjadi Kabupaten Lasem. Namun, keberadaannya mula digantikan oleh Rembang, setelah VOC memindahkan pelabuhan dan ibu kotanya ke Rembang. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi perlawanan yang dilakukan oleh orang Tionghoa pada waktu.
 
Seiring itu, banyak juga orang Tionghoa yang juga berpindah ke Rembang untuk mengadu nasib di Rembang yang bergeliat ekonominya. Seperti halnya dengan Lasem, di Rembang juga masih banyak ditemui rumah dengan arsitektur tradisional Tionghoa, dan kota ini juga mempunyai dua klenteng kuno. Salah satunya adalah Klenteng Tjoe Hwie Kiong. Klenteng ini terletak di Jalan Pelabuhan No. 1 Desa Tasikagung, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi klenteng ini menghadap ke laut atau muara Sungai Karanggeneng.
 
Berdasarkan catatan sejarah, klenteng ini dibangun pada tahun 1841 oleh KapiteinLie. Awalnya klenteng ini didirikan di Desa Jangkungan, Kecamatan Kaliori kemudian dipindah ke lokasi yang sekarang ini. Hal ini tidak terlepas dari sejarah masa lalunya. Sesudah pecahnya pemberontakan Tionghoa dan diperoleh kenyataan adanya persatuan antara orang-orang pribumi dan Tionghoa, maka hal ini dianggap membahayakan kejayaan Kompeni. Selanjutnya Kompeni melakukan pemecahbelahan antar dua kelompok ini. Bahkan Kompeni mengeluarkan perintah memindahkan permukiman orang-orang Tionghoa di Dresi dan Jangkungan menuju ke sebelah timur atau masuk ke dalam Kota Rembang yang sekarang ini.
 
Menuju ke klenteng ini tergolong cukup mudah. Sesampainya di jembatan Sungai Karanggeneng terdapat papan penunjuk arah ke Klenteng Tjoe Hwie Kiong yang berjarak 50 meter dari jembatan tersebut. Dalam menyusuri jalan ini, pengunjung bisa menyaksikan bongkar muat barang dari kapal yang berderet di Sungai Karanggeneng. Setelah itu, belok kanan ketemu klenteng tersebut.
Klenteng ini memiliki tempat parkir yang luas dan terpisah dengan bangunan klenteng. Tempat parkirnya berada di seberang jalan dari klenteng. Di tempat parkir ini terdapat dua menara kembar seperti tiang bendera berwarna merah, yang disebut kie kwa yang berfungsi sebagai penunjuk arah bagi para nelayan.
 
Dari tempat parkir ingin menuju ke bangunan utama klenteng, pengunjung akan menyaksikan keindahan pintu gerbang klenteng tersebut. Pintu gerbang besar khas arsitektur Tionghoa biasa disebut dengan shan men atau pai lou. Di atas pintu gerbang ini terdapat mutiara bola api milik Sang Buddha (huo zhu) yang diapit oleh sepasang naga yang saling berhadapan (xing long). Hanya saja ukuran naga yang ada di pai lou tersebut cukup besar, badan dan ekornya sampai menghiasi pagar klenteng tersebut. Sedangkan, pada bagian atas pintu gerbang berbentuk paduraksa tersebut tertulis nama klenteng dalam aksara Tionghoa.
 
Memasuki pintu gerbang, pengunjung akan berada di pelataran bangunan klenteng. Di situ pengunjung bisa menyaksikan ada dua tempat pembakaran kertas (kim lo) yang berbentuk pagoda berwarna merah dan pelisir kuning yang dililit naga (qing long) di sisi kiri dan kanan tangga serambi. Sedangkan, pada atap bangunan klenteng juga terdapat ragam hias seperti pada pintu gerbang. Namun naganya berukuran kecil. Pada atap bangunan altar samping terdapat hiasan burung hong(phoenix).
 
Melangkah menuju ke dalam, pengunjung akan menjumpai sepasang arca singa (hanzi) berwarna hijau dengan paduan warna kuning dan putih. Lalu, tepat di pintu utama terdapat hiolo (tempat menancapkan hio) yang terbuat dari kuningan. Lanjut langkah kaki ke dalam, pengunjung akan menjumpai 3 buah altar. Sesuai dengan papan penunjuk arah tadi, pujaan utama dari klenteng ini adalah Mak Co Thian Siang Seng Bo, maka altar utama yang berada di tengah dari ketiga buah altar tersebut adalah altar Thian Siang Sing Bo. Di sisi kiri terdapat altar Kong Tek Tjoen Ong, dan di sisi kanan adalah altar Tiong Thwan Gwan Swee.
 
Selain altar yang berada pada bangunan utama klenteng tadi, ada altar tambahan yaitu pada sisi kiri dan sisi kanan. Pada sisi kiri terdapat altar Kwam Im Po Sat (Dewi Welas Asih) dan pada sisi kanan ada altar Tan Oei Djie Sian Seng.
Klenteng Tjoe Hwie Kiong ini dikelola oleh Yayasan Dwi Kumala dengan Akta Notaris Nomor 120 Tanggal 22 Juli 1995. Oleh masyarakat sekitar, klenteng ini sering disebut sebagai Klenteng Lor. *** [131215]
 

sumber: kekunaan.blogspot.com

DISKUSI


TERBARU


ASAL USUL DESA...

Oleh Edyprianto | 17 Apr 2025.
Sejarah

Asal-usul Desa Mertani dimulai dari keberadaan Joko Tingkir atau Mas Karebet atau Sultan Hadiwijaya yang menetap di Desa Pringgoboyo, Maduran, Lamong...

Rumah Adat Karo...

Oleh hallowulandari | 14 Apr 2025.
Rumah Tradisional

Garista adalah Rumah Adat Karo di Kota medan yang dikenal sebagai Siwaluh Jabu. Rumah adat ini dipindahkan dari lokasi asalnya di Tanah Karo. Rumah A...

Kearifan Lokal...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Setiap Kabupaten yang ada di Bali memiliki corak kebudayaan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Salah satunya Desa Adat Tenga...

Mengenal Sejara...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Pura Lempuyang merupakan salah satu tempat persembahyangan umat hindu Bali tertua dan paling suci di Bali. Terletak di lereng Gunung Lempuyang, di Ka...

Resep Layur Bum...

Oleh Masterup1993 | 24 Jan 2025.
Makanan

Ikan layur yang terkenal sering diolah dengan bumbu kuning. Rasa ikan layur yang dimasak dengan bumbu kuning memberikan nuansa oriental yang kuat...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...