Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat DKI Jakarta Jakarta Utara
Klenteng Ancol
- 15 Februari 2015

Sejarah Kelenteng Ancol memang panjang. Konon, Kelenteng yang dalam bahasa Tionghoa disebut Da Bo Gong Miao atau Kelenteng Da Bo Gong ini dibangun sejak 1650. Keterangan soal tahun pembangunan ini senada dengan prasasti yang terdapat dalam kelenteng pada restorasi tahun 1923. Pembangunan kelenteng Ancol sendiri didasarkan pada cerita cinta Sampo Soei Soe dengan Siti Wati. Kisah ini diturunkan dari mulut ke mulut, dan telah menjadi cerita rakyat Betawi yang terkenal.

Dikisahkan Sampo Toalang dan anak buahnya berlayar dari China menuju Pelabuhan Sunda Kelapa. Di tengah perjalanan, kapal yang mereka tumpangi oleng akibat diterjang ombak yang begitu besar. Hal yang sungguh mengherankan, mengingat cuaca sedang cerah.

Namun, keheranan Sampo Toalang beserta anak buahnya terjawab, tatkala muncul seekor naga menghadang laju kapal. Rupanya, gelombang ombak yang terjadi disebabkan oleh naga laut itu. Sampo Toalang tak tinggal diam. Dia maju menghunuskan pedangnya. Pertarungan dua makhluk beda habitat itu segera berlangsung seru, dan dimenangkan oleh Sampo Toalang di akhir pertarungan. Anak buah Sampo Toalang pun bersorak gembira karena tak ada lagi yang menghalangi mereka. Karena itu, laju kapal Sampo Toalang tak terbedung lagi untuk segera sampai ke Pelabuhan Sunda Kelapa.

Ketika mendekati Pelabuhan Sunda Kelapa, mendadak Sampo Tualang memerintahkan anak buahnya untuk berhenti di Ancol. "Saudara-saudara, kita berlabuh di Ancol. Sunda Kelapa sedang dilanda banjir. Selama didarat kalian semua kerjakan tugas masing-masing dengan baik."

Dalam cerita rakyat Indonesia disebutkan jika para anak buah Sampo Toalang menyebar, mengerjakan tugas masing-masing. Di antara para anak buah Sampo Toalang itu, ada seorang juru masak bernama Ming[3]. Tugasnya selama berlabuh di Ancol adalah membeli bahan makanan sebagai bekal perjalanan di laut.

Namun, bukannya mengerjakan tugasnya dengan benar, Ming justru kepincut gadis lokal saat dia tengah sibuk berbelanja. "Siapakah gerangan gadis itu?" tanya Ming dalam hati. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Ming segera menghampiri gadis yang dilihatnya itu dan menyapanya tanpa sungkan.

"Salam. Namaku, Ming. Boleh aku berkenalan dengan Anda, Nona?"

Gadis itu tersenyum. Dengan ramah, dia juga memperkenalkan dirinya. "Salam. Namaku, Siti. Lengkapnya Siti Wati."

Begitu berkenalan dengan Siti Wati, Ming memutuskan untuk menetap di Ancol. Dia mengundurkan diri sebagai juru masak di kapal Sampo Tualang. Sampo Tualang sih tak masalah dengan keputusan Ming. Singkat cerita, Ming dan Siti Wati akhirnya menikah. Di Ancol, Ming terkenal sebagai juru masak yang piawai meracik masakan dan memperkenalkan resep warisan leluhur yang diketahuinya kepada masyarakat Ancol.

Setelah bertahun-tahun tinggal di Ancol, Ming dan Siti Wati sakit keras dan meninggal dunia. Masyarakat Ancol pun membangun sebuah kelenteng demi mengenang kebaikan mereka berdua. Kelenteng itu dinamai Kelenteng Ancol.

Demikianlah cerita rakyat Indonesia Kelenteng Ancol yang legendaris. Mungkin terdapat banyak perbedaan dengan fakta sejarahnya. Namun, begitulah ceritanya.

Sumber: http://jurirakyat.blogspot.com/2014/09/cerita-rakyat-indinesia-klenteng-ancol.html?m=1

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline