Legenda/Kisah Rawa Onom seakan tak terpisahkan dengan sejarah perkembangan Kabupaten Ciamis. Dulu, para bupati dan raja-raja Galuh, diyakini punya hubungan dengan lelembut ini. Dalam berbagai hal, Onom dipercaya sering membantu mereka. Konon, kini Onom menghuni Pulo Majeti. Siapa sebenarnya Onom?
Kisah bangsa lelembut bernama Onom di Ciamis, tak terpisahkan dengan perjalanan Bupati/Raja Galuh R.A.A. Kusumadiningrat di masa lalu. Raja Galuh yang kerap dipanggil Kangjeng Prebu ini amat dikenal di kalangan masyarakat setempat sebagai bupati yang berhasil membangun Ciamis.
Misalnya, saat memimpin Ciamis menggantikan Raden Adipati Kusumadiningrat pada tahun 1886, Kangjeng Prebu membangun irigasi-irigasi dan dam (bendungan). Misalnya saluran Gandawangi dan Nagawiru untuk mengairi persawahan dan membuka areal baru. Dengan pembangunan irigasi itu, pembangunan sektor pertanian di bawah kepemimpinan Kangjeng Prebu mengalami kemajuan cukup pesat.Dia juga mewajibkan pasangan warganya yang menikah membawa kitri atau bibit pohon kelapa untuk ditanam di halaman rumahnya. Kebijakan itu masih terasa manfaatnya sampai sekarang. Ciamis kini menjadi sentral kelapa dan ada ±13 ribu orang yang menggantungkan hidupnya dari pohon tersebut.
Sahabat Onom
Selain sukses membangun Ciamis, Kangjeng Prebu juga dikenal masyarakat sebagai bupati yang memiliki banyak “kelebihan”. Sampai-sampai salah satu peninggalannya di Selagangga, sering didatangi banyak orang dan jadi ajang ngalap berkah. Kelebihan sang bupati diantaranya punya hubungan khusus dengan roh halus yang disebut Onom.
Bentuk hubungan khusus itu misalnya saat ada pesta atau hajat di pendopo, bupati selalu menyediakan tempat dan hidangan khusus untuk Onom. Tempat khusus itu letaknya di belakang pendopo Ciamis. Di situ juga disajikan hidangan yang ditutupi dengan daun pohon kelapa. Tidak semua orang bisa masuk ke ruangan itu, kecuali kuncen Ranca Onom yang pakaiannya terbuat dari kain goni yang terkoyak-koyak dengan tutup kepala kukusan.
Hubungan Onom dengan Bupati Ciamis dan keturunannya, kabarnya terus berlangsung dan menjadi bagian kepercayaan masyarakat Ciamis hingga sekarang. Onom tetap dipercaya ikut menjaga keamanan para Bupati Ciamis dan keturunannya dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Beberapa Bupati Ciamis penerus Kanjeng Prebu, bahkan sengaja mengosongkan atau tidak menggunakan salah satu ruangan yang ada di Gedung Negara –tempat tinggal para bupati. Dan dalam setiap ulang tahun Ciamis, sering disediakan ruangan dan makanan khusus untuk Onom. Hanya saja, dalam beberapa tahun terakhir kisah atau kebiasaan itu meredup.
Salah seorang Bupati Ciamis, Sastrawinata, pernah mendapatkan penghargaan Bintang Willems Orde, dari pemerintah kolonial Belanda. Penghargaan itu diberikan karena Sastrawinata dinilai berhasil meredam pemberontakan PKI di Ciamis. Tokoh PKI Alimin dan Muso datang ke Ciamis pada tahun 1926.
Menurut cerita rakyat Ciamis, bahwa keberhasilan bupati meredam pemberontakan PKI itu karena bantuan Onom. Ceritanya, setelah membunuh beberapa warga Ciamis, pemberontak itu sempat mengepung bupati yang sedang berada sendirian di pendopo. Tapi begitu pemberontak mendekat, mereka melihat ada ratusan orang bersenjata lengkap berada di belakang bupati. Para pemberontak pun mundur. Padahal waktu itu bupati sendirian. Itu salah satu kisah Onom dalam kaitannya sebagai pelindung bupati di Ciamis.
Mahluk Halus
Sebutan Onom, siluman dan Pulo Majeti di daerah Purwaharja Ciamis ini selalu berkait dengan kisah mistik, kesan angker dan menyeramkan. Bagi sebagian warga Ciamis, cerita soal Onom dan Pulo Majeti bagaikan bagian dari sejarah daerah mereka. Tak heran bila cerita soal Onom masih sering terangkat ke permukaan yang diwariskan secara turun temurun.
Onom seolah menjadi simbul nilai magis bagi sebagian warga Ciamis. Sejak zaman dulu sampai sekarang, sebutan itu, paling tidak ikut menambah pamor bagi mereka yang sedang berada di rantau orang. Konon, bila warga yang suatu saat mendapatkan kesulitan atau marabahaya, Onom akan tiba seketika asal dipanggil, sehingga yang bersangkutan akan terhindar dari marabahaya yang sedang mengancamnya.
Onom dipercaya sebagai mahluk halus (siluman), yang tidak saja dapat dipanggil jika diperlukan, tetapi juga mampu memberikan bantuan dan sumber kekuatan bagi yang memanggilnya. Tak heran bila kemudian berkat pengaruh onom, sebagian masyarakat Ciamis (yang percaya pada Onom) memiliki kebanggaan tersendiri sebagai warga Ciamis dengan kekuatan Onomnya.
Sebelum tahun 1970-an, setiap ada acara-acara resmi pemerintahan, senantiasa diawali dengan upacara ritual “pemanggilan” Onom. Misalnya ketika Gubernur Jabar akan meresmikan penggunaan helikopter “Ciung Wanara” yang kebetulan dilakukan di Ciamis. Sebelum acara peresmian dilakukan, diadakan upacara permujaan dan pemanggilan Onom.
Kemunculan Onom ditandai dengan hadirnya seekor kuda tak berpenumpang, tapi tubuhnya bermandi keringat dengan napas terengah-engah seakan menanggung beban yang berat. Kuda yang datang ke lokasi upacara itu diyakini tengah ditunggangi oleh ratu Onom. Namun saat ini, kepercayaan dan pemujaan terhadap Onom lengkap dengan sesajian yang dilakukan oleh pihak pemerintah tidak ada lagi. Ini terjadi seiring dengan makin melunturnya kepercayaan, pemujaan dan pemanggilan Onom yang berkembang di masyarakat Ciamis sendiri.
Pulo Majeti
Sisa-sisa kepercayaan terhadap Onom kini masih berkembang di sebagian kecil masyarakat, terutama yang tinggal sekitar pusat kekuatan Onom, yakni Pulo Majeti. Pulo Majeti ini dulunya berada di tengah-tengah Rawa Onom. Pulo Majeti inilah disinyalir sebagai pusatnya kerajaan Onom. Orang yang datang ke tempat ini tidak diperbolehkan mengeluarkan kata-kata yang sompral (seenaknya).
Menurut Eming Surabraja, mantan Kepala Desa Purwaharja ke 17, Onom merupakan pasukan balatentara dari Kerajaan Medang yang ditaklukkan balatentara Keralaan Galuh. Karena kecewa atas kekalahan itu, Raja Medang berikut pengikutnya “tilem” (menghilang) di Pulo Majeti. Yang tilem di Pulo Majeti itu adalah Prabu Selang Kuning Sulaeman Anom, Ibu Ratu Gandawati ingkanggarwa, Raden Patih Kalintu Undara Pamerat Jagat, Raden Jaksa Jagabuana, Raden Wedana Langlangbuana, Kiai Bagus Tol Malbaeni dan Kiai Bagus Mantereng.
Sedangkan pengikutnya terdiri Mas Bugel, Mas Bedegel, Mas Rimpung dan Mas Jemblung . Namun sebelum “tilem”, mereka berjanji akan mengirimkan upeti setiap tahun sesuai permintaan Raja Galuh. Pemimpin kerajaan Medang, kemudian dipercayakan kepada Prabu Anom, yang ditugaskan dari Kerajaan Galuh. Akan tetapi Prabu Anom dalam menjalankan tampuk kepemimpinannya bertindak semena-semena. Hingga nama Kerajaan Medang berganti nama menjadi Kerajaan Onom.
tina : swaralakbok.com
Sumber: https://www.facebook.com/SalakanagaraFansPage/posts/rawa-onom-lakbok(ciamis)-legenda-kisah/623171027728375/
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja