Alat Musik
Alat Musik
Cerita Rakyat Jawa Barat Depok
Kisah Pejuang Citayam Raden Sungging Bangkit dari Kubur
- 9 Juli 2018

Pada zaman kolonial Belanda, pelbagai arus kisah heroik di setiap daerah menggaung seiring dengan ilmu kanuragan para tokoh-tokoh lokal tersebut miliki. Misalnya kisah kepahlawanan Raden Sungging, tokoh kharismatik masyarakat Citayam, Kota Depok tempo dulu.

Raden Sungging, menurut cerita dari sesepuh Citayam, memiliki sebuah ajian ilmu di mana membuat gentar kolonial Belanda terhadap dirinya dan juga masyarakat Citayam pada masa itu.

Lantas, apa kesaktian yang beliau miliki?

Kehidupan masyarakat pribiumi masa kolonial Belanda, terlebih memasuki abad ke-17 akhir, penindasan serta penistaan semakin luas menyeruak. Jerit tangis bocah kecil dan janda-janda menggema saat melihat jasad suaminya terbujur kaku karena kekerasan kolonial Belanda beserta kaki-kaki tangannya.

Ihwal demikian, pun terasa hingga ke pelosok daerah seperti Citayam. Kekejaman kolonial Belanda membuat salah seorang ulama dengan perawakan tubuh kecil, janggut panjang, dengan sorban yang selalu hijau tampil membakar semangat masyarakat Citayam untuk melakukan perlawanan.


(Makam Raden Sungging. Foto MerahPutih/Noer Ardiansjah)
 

Selain terkenal ilmu agama yang tinggi, Raden Sungging juga memiliki ilmu kedigjayaan tinggi. Karena itu, masyarakat Citayam mengusung dirinya menjadi pemimpin pergerakan rakyat lokal.

"Beliau (Raden Sungging), ulama dengan banyak karomah. Melihat penindasan merajalela, membuat dirinya mengajak masyarakat menegakkan keadilan," jelas sesepuh setempat KH Asnawi (80) di rumahnya, Jalan Pondok Terong, Citayam, Depok, Jawa Barat, Selasa (12/4).

Berasarkan cerita turun-temurun, kata KH Asnawi, awalnya Raden Sungging tidak terlalu memedulikan kekejaman kolonial asalkan tidak menyakiti masyarakat Citayam. "Namun, masyarakat pribumi juga ditindas. Makanya dilakukan perlawanan," katanya.

Merasa gerakan tersebut membahayakan, para serdadu kolonial Belanda justru menantang Raden Sungging beserta murid-muridnya bertempur. Tantangan tersebut pun disambut ulama tersohor itu dengan sebuah catatan, tidak melakukan perang di Citayam.

"Mbah Raden Sungging tidak mau rakyat kecil menjadi korban peperangan tersebut. Kemudian, Raden Sungging mengajak kolonial Belanda untuk berperang di daerah Bekasi," paparnya.

Peperangan tersebut pecah riuh bergemuruh. Dengan menggunakan senjata andalan, yakni sebilah keris, Raden Sungging beserta murid-muridnya membuat pasukan penjajah Belanda tunggang-langgang menuju daerah Meester (sekarang Jatinegara).


(KH Asnawi. Foto MerahPutih/Noer Ardiansjah)
 

Merasa tidak puas karena menanggung kekalahan yang begitu telak, para penjajah yang melarikan diri meminta bantuan pasukan kolonial lainnya. "Dari jumlah jelas kalah. Akhirnya Raden Sungging menyerah dengan terpaksa. Beliau lakukan hal itu agar tidak ada pertumpahan darah lebih banyak bagi murid-murid dan pejuang Citayam," ungkap KH Asnawi.

Perdamaian pun terjadi. Raden Sungging akhirnya dipenjara serta mendapat hukuman mati dari pihak kolonial. Sedangkan sisa pejuang lainnya balik ke Citayam dirudung kesedihan begitu mendalam mengingat sang pemimpin mereka menyerahkan diri ke tangan kolonial Belanda.

Sebagai permintaan terakhir, Raden Sungging meminta sebatang rokok untuk dihisap. Anehnya, setelah rokok tersebut habis, nyawa sang pejuang pun berakhir. Tubuhnya yang penuh dengan perjuangan berat tersungkur.

"Selama seminggu, makam Raden Sungging dijaga oleh para pasukan kolonial. Setelah seminggu terlewati, para penjajah pun mengangkatkan kaki. Setelah mereka hilang, tiba-tiba jasad Raden Sungging sudah berada di Citayam. Mengobarkan semangat masyarakat lokal untuk melanjutkan pertempuran. Belanda tahu, Raden Sungging bangkit dari kubur, akhirnya Belanda tidak berani lagi menindas masyarakat dan Citayam terbebas dari kejahatan kolonial," pungkasnya.

Sumber: https://merahputih.com/post/read/kisah-pejuang-citayam-raden-sungging-bangkit-dari-kubur

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline