Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah
Kisah Pang Awi
- 27 Desember 2018

Pak Awi dan mak Awi ini hanya beranak seorang saja, perempuan. Entah bagaimana pada suatu hari emak Awi berkata kepada pak Awi. "Bagaimanakah kita ini pak Awi? Garam kita ini habis . Setiap hari aku memasak Gulai kita terus tawar."

"Eh, Eh" kata pak Awi. "Jangan sakit hau kata pak Awi. Begitu subuh nanti cepat-cepatlah memasak supaya aku pergi ke hulu sana. Mandatangi di hulu sana!"

"Baiklah" kata mak Awi.

Begitu hari terang pak Awi lalu berangkat membawa bakul satu, lalu ia melepaskan tali perahu terus mendayung/berkayuh.

Begitu kira-kira di pertengahan tanjung orang menanyai dia.

"Kemana engkau pak Awi?"

"Sengajaku berdayung ke hulu disitu."

Begitulah berulang-ulang terus menerus orang menanyai dia.

Tidak begitu lama, dua tiga tanjung berkayulah, sampailah ia di dermaga lalu ia mengikat perahunya. Sesudah itu dia naik. Tidak begitu lama sampailah ia dimuka rumah lalu disambut oranglah pak Awi.

"Hau, silahkan masuk, pak Awi. Lama engkau tak bertemu. Bisa juga rindu perasaanku."

"Memang saya masuk walaupun kalian tidak mempersilahkan saya."

Demikianlah pak Awi lalu masuk dan terus duduk.

Setelah bercerita pak Awi lalu menanyakan dia, apa gerangan tujuannya pak Awi.

"Sengaja saya datang ini kalau-kalau ada kasihmu. Saya mau meminta garam untuk kami beranak bini, karena kami kehabisan garam. Untuk menggarami segala macam pakis, segala rebung."

"Hau, boleh pak Awi. Memang kebiasaan kita begini yaitu bisa saling meminta dan memberi segala barang."

Demikianlah tidak berapa lama pak Awi meminta permisi turun dan minta lagi disatu rumah lain. Begitulah seterusnya. Akhirnya habis, setiap rumah di kampung itu. Lalu penuhlah bakul yang di bawa pak Awi. Terus dia balik pulang menuju perahunya. Lalu dilepaskannya tali parahunya terus dia berkayuh. Begitulah di amilir. Tiba ditengah-tengah pulau pakis dan rebung, berhentilah dia. Lalu ia mengikat tali perahunya. Maka ia mengangkat bakul yang berisi garam. Sampai disitu lalu ia menabur habis garam yang sebakul itu. Setelah itu pak Awi bermaksud pulang kembali. Entah apakah waktu ia kembali sampai ke perahunya, tiba-tiba terlihat olehnya tanduk.

"Akui apa artinya rusa ini tidur di perahuku ini."

Begitulah pak Awi pelan-pelan melangkah lalu ia melepaskan tali perahunya. Setelah itu ia naik lalu mengambil pengayuh terus dia mendayang perlahan-lahan.

Maka di pertengahan tanjung banyak orang yang menanyai tujuannya semula.

"Oh, pak Awi, apa yang kau kayuh?"

"Jangan ribut, rusa tidur."

Lalu pak Awi berkayuh. Tak berapa jauh dari situ ditanyai orang lagi bahkan dipanggil orang dia. "Oh, pak Awi, apa yang kau dayung di dalam perahu?"

Terus pak Awi berkayuh.

Bosan sudah pak Awi oleh Pertanyaan-pertanyaan orang terus menerus. Berteriaklah dia karena orang menanyai dia.

"Oh, pak Awi" Keras-keras orang memanggil dia." Apa yang bercabang-cabang dalam perahumu itu rupanya!"

"Jangan ribut, rusa tidur!"

"Metur", begitulah rusa itu meloncat.


"Nah itulah yang jangan ribut jangan ribut saya katakan tadi, tidak kamu patuhi."

Begitulah orang kalang kabut mendorong empat lima perahu lalu sama membawa tombak lalu menombak. Begitulah rupanya rejeki, rusa dapat. Maka orang berkayuh membawanya menuju tepian. Lalu orang membagi hasil kerjanya itu. Yang banyak orangnya itu. Orang memberi kepalanya kepada pak Awi. Pak Awi gembira lalu permisi dan berangkat. Mereka yang lain tadi semua pulang.

Sampai di dermaga pak Awi lalu mengikat perahunya.

Bakul tadi ditinggalkannya. Kepala rusa diletakkannya di kepala tangga ketika ia membuat tali.

Selesai tali tadi ia mengangkat sekuat tenaga. Pak Awi berdiri "Huut euus" bunyi  kentut. "Satu sudah putus uratnya!" katanya. Tidak berapa lama, sekuat tenaga lagi pak Awi mengerjakannya, menguatkan dirinya.

"Heet,.......buut". bunyi kentut. "Dua sudah uratnya putus", kata pak Awi dari rumah. "Akui apakah yang dikerjakan ayahmu, sekuat tenaga. Apa yang dipikulnya disana. Berdiri tidak dapat berdiri. "Lalu mak Awi timbul amarahnya sebab pak Awi ini memang bodoh. Dari permulaan mereka hidup pak Awi ini memang bodoh. Diambilnya sepotong kayu dari dapur terus turunlah ia. Maka didekatinya lalu "Pik" lalu dipukulnya pak Awi maka pak Awi terkejut.

"How, berhenti kau memukul aku!"

"Bagaimana rasanya?" Tidakkah oleh sebab kebodohanmu maka kau memikul anak tangga ini?"

"Anak tangga bagaimana? Bukankah kepala rusa yang dipikul ini". "Yang ini yang kepala rusa yang kau ikat dengan tali itu tangga, anak tangga."

Diamat-amati pak Awi, "Begitukah? Oh ya,"

Sejak itulah pak Awi lalu timbul pintarnya. Lalu mak Awi bertanya, "Manakah garam yang kau minta tadi?"

"Habis, Habis sedemikian banyak, penuh bakul ini tadi diberikan orang. Memang seluruh kampung telah memberikan kepada saya."

"Habis? Habis dimana?"

"Bukankah katamu tadi untuk mengasinkan segala pakis dan rebung.  Habis telah saya taburkan ditempat kumpulannya!."

"Memang pantas saja ketololanmu. Sampai-sampai engkau memikul anak tangga ini."

Maka sejak itulah pak Awi mulai pintar.

Kesimpulan/pendapat

Kisah Pak Awi.
Cerita ini menggambarkan kehidupan manusia (Pang Awi) yang dalam hidupnya sehari-hari kurang inisiatif dan hanya bekerja kalau diperintah. Sikap ini timbul kerena kekurangan pengalaman dan pengetahuannya, karena itu pula ia sering melakukan pekerjaan yang menurut orang biasa hal itu aneh.

Cerita ini berbentuk dongeng biasa, yang bersifat explanatory, bermaksud untuk mengungkapkan liku-liku pekerjaan. Pang Awi serta kejadian-kejadian yang menimpa dirinya, karena ia seorang yang kurang berpengalaman dan berpendidikan. Entah cerita ini benar atau tidak, bagi pendengarnya bukanlah menjadi persoalan dan cerita ini umurnya tak terbatas pada anak-anak dan pemuda-pemudi.

Sama halnya dengan cerita Pak Paloy di daerah lain, cerita Pang Awi ini lebih dikenal di daerah Katingan, yang melukiskan kegagalan Pang Awi karena kebodohannya sendiri.

Unsur yang menonjol ialah bahwa cerita ini bersifat pendidikan dan mengandung nasehat kepada pemuda-pemudi desa, jangan sampai hidup mereka kelak seperti Pang Awi, sudah miskin, garam yang dipintanya dari orang lain, habis dihamburkannya untuk menggarami rebung/sayur di hutan. Suatu perbuatan yang sama sekali tidak diperlukan dan masuk di akal. Pekerjaannya selalu salah dan tak mengenai pada sasaran, karena ia tidak mampu memikirkannya dan tanpa rencana. Bayangkan saja ia mengangkat kepala rusa bersama-sama dengan anak tangga tempat menggantungkan kepala rusa itu.

Bagi Mak Awi, ia tahu suaminya agak kurang, sebagai teman hidup, terpaksa kadang-kadang ia agak keras dan memerintah suaminya berbuat ini dan itu, supaya suaminya berinisiatif. Malahan karena cintanya pada sang suami, walaupun berat hati dan jengkel, terpaksa juga dipukulnya suaminya supaya pintar.

 

 

 

sumber:

  1. Alkisah Rakyat (http://alkisahrakyat.blogspot.com/2015/11/kisah-pang-awi-cerita-rakyat-kalimantan.html)

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline