Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jawa Tengah Sragen
Kisah Makam Tua di Puncak Bukit Tingkir Sragen
- 14 Juli 2018

Tiada ada yang tahu persis cerita atau sejarah keberadaan makam-makam tua dari bebatuan Punden atau Bukit Tingkir, Sangiran, Krikilan, Kalijambe, Sragen, Jawa Tengah. Selama puluhan tahun warga diwariskan cerita sederhana bahwa makam-makam itu merupakan jejak atau peninggalan rombongan Mas Karebet atau Joko Tingkir.

Namun, tak ada yang tahu persis kapan dan dalam rangka apa rombongan Joko Tingkir singgah di Bukit Tingkir kala itu. Karena sejarahnya itu, warga menyebut lokasi makam-makam tersebut sebagai Punden atau Bukit Tingkir.

BERITA TERKAIT +
Gubernur Sulsel Hadiri Peringatan Tragedi Pembantaian 40.000 Jiwa Korban Westerling
Kisah Hidup Willem Iskander, Pionir Pendidikan dari Sumatera Utara
Kirab Batik 66 Meter, Kenang Pertempuran 5 Hari di Semarang Melawan Penjajah
Beberapa puluh tahun lalu terdapat cukup banyak makam tua di bukit itu. Tapi kini tinggal tersisa tiga makam. Pada waktu-waktu tertentu Punden Tingkir didatangi orang-orang dari luar Kalijambe yang bermaksud menyepi.

“Punden Tingkir itu ya satu kesatuan bukit dengan makam-makamnya. Sayang sekarang banyak yang hilang dan rusak,” ujar Kepala Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Krikilan, Aries Rustiyoko, sebagaimana dilansir dari laman Solopos.com.

(Baca juga: Buaya Masuk Kampung, Warga Jombang Dibuat Geger)

Ia menjelaskan belakangan para pemuda Sangiran mulai bergerak merawat Punden/Bukit Tingkir. Bukit di pinggir dusun dan berbatasan langsung dengan areal persawahan warga itu akan dikembangkan sebagai bumi perkemahan dan wahana outbond. Tapi keberadaan makam-makam tetap dipertahankan.

Selain makam tua, di Bukit Tingkir terdapat sebongkah besar batu yang oleh penduduk setempat disebut watu gong. Konon ada masa di mana bila dilakukan prosesi tertentu akan muncul seperangkat gamelan di batu itu. Dulu warga melakukan prosesi tersebut untuk meminjam seperangkat gamelan itu.

“Batunya berbentuk oval dengan bidang atasnya datar. Panjang dan lebarnya sekitar dua meter. Konon dulu kalau dilakukan prosesi tertentu akan muncul seperangkat gamelan. Warga lantas memanfaatkan gamelan itu untuk keperluan hajatan. Tapi karena ada alat yang tak dikembalikan, kini tak bisa lagi,” jelasnya.

(Baca juga: Kisah Pilu Bayi Tunanetra asal Aceh: "Dokter, Mamaku di Mana?")

Sementara, Kepala Desa (Kades) Krikilan, Widodo, mengungkapkan, makam-makam tua di Bukit Tingkir dibiarkan alami tanpa pemugaran. Hanya pada waktu-waktu tertentu dilakukan kegiatan pembersihan area sekitar makam.

“Konon itu makamnya pengikut Joko Tingkir. Tapi itu cerita rakyat ya, saya tidak tahu persis,” ia mengisahkan.

Widodo mengatakan hingga kini masih ada beberapa orang yang berziarah atau menyepi di Bukit Tingkir. Mereka berasal dari sejumlah daerah di Soloraya.

“Ada yang dari Kartasura atau daerah-daerah lain di Soloraya, bukan warga Krikilan. Bukit ini masuk wilayah RT 011, Dukuh Sangiran, Krikilan,” ucapnya.

 

Sumber: https://news.okezone.com/read/2017/12/25/512/1835648/kisah-makam-tua-di-puncak-bukit-tingkir-sragen

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline