Pagi telah pergi. Matahari semakin meninggi. Siangpun datang menjelang.
Tare Iluh, anak laki-laki dari Tanah Karo, Sumatera Utara, bersiap-siap hendak pergi merantau. Adik perempuannya, Beru Sibou, menahan tangis, melepas kepergian si Abang.
“Haruskah Abang pergi?” suara Beru Sibou terdengar serak, menahan air mata.
“Adikku Beru Sibou, sejak ayah dan ibu meninggal dunia, kita sudah terlalu lama merepotkan Bibi. Abang rasa, sudah waktunya Abang merantau mencari uang. Abang harus membantu biaya hidup Bibi dan engkau,” jawab Tare Iluh dengan tegas. Meski tidak tahu akan bekerja sebagai apa, Tare Iluh telah bertekad akan mencari uang dengan segenap cara, apa pun itu.
Akhirnya, dengan berat hati Beru Sibou melepas saudara kandungnya pergi merantau.
Bulan berganti bulan. Hitungan tahun pun berlalu. Abang satu-satunya itu tak kunjung mengirim berita.
Suatu hari, Beru Sibou bermimpi buruk. Dalam mimpi itu ia melihat abangnya dipasung oleh penduduk negeri asing. Karena khawatir, berbekal izin dari bibinya, berangkatlah Beru Sibou mencari saudaranya itu.
Telah jauh Beru Sibou menelusuri perjalanan. Belum satu orang pun yang mengetahui keberadaan abangnya. Suatu hari, ia berjumpa seorang kakek tua di sebuah negeri tak bernama.
“Salam, Kakek. Apakah Kakek dapat membantuku?” tanya Beru Sibou penuh harap.
“Salam, Cucu. Bantuan apakah yang bisa Kakek berikan?” jawab kakek tua.
“Apakah Kakek pernah berjumpa saudaraku yang bernama Tare Iluh?”
“Hmmm, Kakek pernah mendengar nama itu meski belum pernah berjumpa. Ia seorang pemuda yang memiliki begitu banyak utang pada orang di negeri ini. Akibatnya, ia dihukum dan disembunyikan oleh penduduk di suatu tempat. Tak banyak orang yang tahu lokasinya,” jawab kakek tua.
“Betulkah, Kek?” Beru Sibou sangat sedih mendengar kabar tersebut. “Apakah Kakek tahu di mana tempat itu?”
Beru Sibou begitu ingin menemukan tempat tersembunyi itu. Sayangnya, kakek tua itu tidak tahu lokasi abangnya tersebut.
Melihat Beru Sibou yang berurai air mata, kakek tua merasa kasihan. Ia lalu memberikan sebuah saran. “Wahai Cucu, dengarlah saranku ini. Panjatlah sebuah pohon yang paling tinggi. Sesampainya di puncak pohon, nyanyikanlah sebuah lagu sambil memanggil nama abangmu. Barangkali ia akan mendengar dan membalas lagumu.” Setelah menyampaikan saran tersebut, kakek tua itu pun pergi.
Karena merasa putus asa, Beru Sibou mengikuti saran si Kakek. Ia segera memanjat sebuah pohon yang tinggi di dekatnya. Di atas pohon, ia bernyanyi dan memanggil abangnya sambil menangis. Ia berharap penduduk yang menyembunyikan abangnya, bersedia melepaskan.
Berjam-jam Beru Sibou bernyanyi, namun tak jua ada balasan dari si Abang. Akhirnya, Beru Sibou pasrah. Ia berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa.
“Tuhanku, mohon tunjukkanlah padaku, di mana keberadaan abangku. Jika sulit bagiku menemukannya karena besarnya utang yang ia miliki, berilah aku kesempatan untuk melunasi semua utang itu. Kurelakan air mata, rambut, dan seluruh anggota tubuhku agar dapat dimanfaatkan bagi kepentingan penduduk yang telah menghukum dia.”
Tiba-tiba seluruh langit menjadi hitam pekat. Hujan turun dengan lebat. Suara guntur terdengar menggelegar. Cahaya petir berkilat mencekam. Angin bertiup begitu kencang dan udara terasa begitu dingin.
“Gerangan apa yang sedang terjadi?” tanya Beru Sibou. Belum lagi Beru Sibou mendapatkan jawaban, tiba-tiba dirinya mengalami kejadian aneh. Tubuhnya semakin meninggi dan berubah bentuk. Ia menjelma menjadi sebatang pohon enau yang begitu memukau. Air mata Beru Sibou menjelma menjadi nira yang berguna sebagai minuman. Rambutnya yang indah menjadi ijuk yang dapat dimanfaatkan sebagai atap rumah. Tubuhnya yang tinggi menghasilkan buah kolang-kaling yang dapat dijadikan makanan dan minuman.
Menurut orang-orang Tanah Karo, itulah asal-usul pohon enau.
Meski si Abang tak juga ditemukan, pengorbanan Beru Sibou itu memberikan manfaat bagi penduduk di Tanah Karo, sebagaimana doanya. Berkat Beru Sibou, penduduk Tanah Karo dapat menikmati manfaat enau nan memukau.
Sebagai rasa terima kasih atas pengorbanan Beru Sibou, sejak zaman dahulu, setiap menyadap nira penduduk setempat akan menyanyikan lagu Enau. Sambil bernyanyi mereka berharap Tare Iluh mendengar dan menjawab lagu mereka.
Sumber: http://indonesianfolktales.com/id/book/kisah-enau-nan-memukau/
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...