|
|
|
|
Khatam Qur'an? Mari Bersyukur dengan Tradisi Nemo #OSKMITB2018 Tanggal 14 Aug 2018 oleh OSKM18_16618102_Dhea Jaen. |
Indonesia sangat kental akan budaya yang beragam. Mulai dari budaya yang sudah terkenal hingga budaya-budaya yang belum terekspos media. Salah satunya adalah Tradisi Nemo. Mungkin sahabat budaya jarang mendengar atau asing dengan tradisi ini bukan?
Tradisi ini sering dilakukan di Desa Cirebon Girang, Kabupaten Cirebon. Cirebon Girang adalah sebuah desa yang terletak di sebelah selatan kota Cirebon, tepatnya di Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Desa ini terkenal akan wisata religinya selain tradisi Nemo terdapat juga makam-makam peninggalan kerajaan Islam zaman dahulu. Masyarakat sekitar Cirebon Girang juga sangat religius dan telah mengajarkan anak-anaknya untuk membaca dan menulis Al-Qur’an sejak dini oleh sebab itu mereka mengadakan sebuah tradisi sebagai wujud syukur masyarakat Cirebon Girang karena anak mereka telah khatam Al-Qur’an. Tradisi ini disebut tradisi Nemo, dimana para orang tua dan panitia tradisi khataman di Cirebon Girang melakukan berbagai persiapan untuk tradisi ini. Sebelum tradisi ini dimulai biasanya dilakukan arak-arakan terlebih dahulu.
Arak-arakan adalah pawai keliling desa menggunakan delman atau becak yang dihias semeriah mungkin. Waktu pelaksanaan arak-arakan yaitu Ba’Da Dzuhur atau setelah Dzuhur sampai dengan memasuki waktu Shalat Ashar. Wargapun berbondong-bondong untuk menyaksikan tradisi tersebut. Acara arak-arakan ini sebagai bentuk apresiasi kepada anak-anak yang telah khatam Al-Qur’an karena mereka akan diarak keliling kampung dengan naik delman atau becak yang telah dihias meriah dan juga sebagai motivasi bagi anak-anak yang belum khatam Al-Qur’an untuk lebih giat lagi agar mereka juga dapat melaksanakan tradisi ini.
Malam harinya, setelah ibadah Shalat Isya mereka yang telah khatam Al-Qur’an harus tampil diatas panggung yang dibuat di sekitar masjid untuk melantunkan ayat-ayat suci Al Qur’an yang telah ditentukan oleh panitia. Pada saat pembacaan ayat suci Al-Qur’an yang dilantunkan oleh anak-anak yang telah khatam Al-Qur’an para warga, khususnya orang tua yang anak nya telah khatam Al-Qur’an berkumpul dan bersiap melakukan tradisi inti, yaitu tradisi Nemo. Tradisi Nemo ini dilakukan dengan melemparkan uang logam secara terus-menerus selama anak-anak melantunkan ayat suci Al-Qur’an sampai semuanya selesai membacakan ayat-ayat suci tersebut. Uang logam tersebut dilemparkan ke dalam basko/tempat besar yang diletakan tepat i depan anak yang sedang mengaji hingga lemparan tersebut menimbulkan bunyi berdenting.
Lemparan uang logam tersebut ditandai sebagai apreasi untuk ustadz atau kiyai yang telah mengajarkan anak-anak tersebut baca tulis Al-Qur’an. Uang yang terkumpul nantinya diserahkan sebagian untuk ustadz atau kiyai daerah tersebut dan sebagian-nya lagi akan dimasukkan ke kas masjid.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |