Ritual
Ritual
adat istiadat Aceh Banda Aceh
Kenduri Aceh
- 21 Februari 2015

KENDURI tak mengenal musim di Aceh. Bahkan, di kala perang, kenduri tetap berjalan. Begitulah, lewat kenduri orang Aceh saling mengikatkan diri.

Aroma kenduri Maulid tercium di awal pagi di Desa Pupu, Kecamatan Ulim, Kabupaten Pidie Jaya, pertengahan Februari lalu. Lepas subuh, Aisyah (51) dan Mardianah (38) sibuk menyiapkan aneka masakan yang akan dibawa ke meunasah (musala) tempat kenduri berlangsung. Tangan mereka cekatan membungkus nasi berbentuk kerucut dengan daun pisang batu.

Nasi itu lantas disusun meninggi di atas sebuah nampan bersama aneka lauk terbaik, mulai telur balado, rendang, kuah sup, hingga kari itik. Semakin tinggi isi nampan itu menunjukkan makin mapan si pembuat secara ekonomi. Nurdin, Kepala Museum Aceh, mengatakan, orang-orang kaya dulu menyusun hingga tujuh lapis lauk di atas nampan hidangan untuk dibawa ke meunasah.

Sekitar pukul 11.00, nampan berisi aneka masakan buatan Aisyah dan Mardianah dibawa ke meunasah. Di sana sudah ada belasan nampan lain yang disumbangkan warga. Dengan iringan doa, tetamu menyantap hidangan yang tersedia. Jika tidak habis, tetamu wajib membawa pulang hidangan. ”Kalau sampai ada sisa, kami bisa marah. Sebab, makanan yang kami hidangkan adalah sedekah,” kata Aisyah.

Maulid adalah salah satu kenduri wajib yang dirayakan besar-besaran di Aceh. Snouck Hurgrounje dalam buku Aceh di Mata Kolonialis menyebutkan, Maulid di Aceh tidak hanya terkait peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, tetapi juga terkait ketaatan kepada Kerajaan Turki yang melindungi Kesultanan Aceh. Sultan Turki berpendapat, Aceh yang letaknya cukup jauh dari Turki tidak perlu mengirimkan upeti setiap tahun. Sebagai gantinya, Sultan memerintahkan Aceh menunjukkan ketaatannya dengan memperingati Maulid setiap tahun secara bersama-sama.

Itulah yang terjadi hingga kini. Desa-desa bergantian menggelar kenduri Maulid. Mereka saling mengundang dan mengunjungi. Jika sebuah desa menggelar kenduri Maulid, semua warga ikut terlibat. ”Ada yang menyumbang makanan, ada yang menyumbang tenaga demi menjamu tamu,” ujar Geucik (kepala desa) Pupu, Idris Yusuf.

Peringatan Maulid di Aceh merentang hingga empat bulan. Tahun ini, peringatan Maulid dimulai akhir Januari dan berakhir April nanti. Sepanjang waktu itu, ada saja kampung yang menggelar kenduri. Ketika berkunjung ke rumah Cut Rahmi di Montasik, Aceh Besar, ia mengundang kami untuk menghadiri kenduri esok harinya. Undangan serupa datang ketika kami bertandang ke rumah Cut Nyak Mizar di Meulaboh, Aceh Barat.

Maulid tidak hanya berlangsung di masa damai. Pada masa konflik antara GAM dan Pemerintah RI memanas, tentara-tentara GAM yang bergerilya di hutan tidak ketinggalan menggelar Maulid. Azhar Abdurrahman, mantan tentara GAM yang kini menjabat Bupati Kabupaten Pidie Jaya mengenang, setiap musim Maulid tiba, ia dan beberapa temannya berburu rusa.

Jika rusa tak didapat, mereka turun ke kampung untuk meminta sumbangan kambing kepada kerabat dan memesan bumbu kari. Daging rusa atau kambing itu lantas dimasak dengan bumbu kari lengkap di markas besar GAM di wilayah Lamno. Sejenak mereka melupakan perang dan beralih pesta kari.

”Itulah saat paling menyenangkan di dalam hutan. Buat kami Maulid itu wajib digelar pada masa damai ataupun perang,” ujar Azhar menegaskan. Tidak hanya Maulid, Azhar juga menggelar kenduri lainnya pada masa perang. Ketika anaknya berusia 40 hari, Azhar menyelinap ke rumahnya hanya untuk menggelar kenduri menjejakkan kaki anak ke tanah.

Kenduri galau

Begitulah, ada sederet kenduri yang biasa digelar masyarakat Aceh. Ada kenduri yang terkait dengan perayaan agama Islam, seperti Isra Miraj, Nuzulul Quran, dan Asyura. Ada kenduri yang terkait dengan daur hidup seseorang seperti kelahiran, sunatan, pernikahan, hingga kematian. Ada pula kenduri petani dan kenduri nelayan. Orang membangun rumah pun menggelar kenduri. Pindah rumah, mereka bikin kenduri lagi.

“Pokoknya, orang Aceh punya banyak alasan untuk membuat kenduri. Ketika hati senang karena dapat uang, orang Aceh bikin kenduri. Ketika hati galau pun kami bikin kenduri,” kata Reza Idria, antropolog dari IAIN Ar Raniri, Banda Aceh.

Ia mencontohkan, seorang kerabatnya yang bermimpi bertemu almarhum orangtuanya. Wajah almarhum terlihat masam. ”Besoknya dia bikin kenduri selamatan untuk almarhum. Buat orang Aceh kenduri itu bermakna sedekah. Semakin sering kenduri, semakin sering sedekah,” kata Reza.

Tidak mengherankan jika orang Aceh sepanjang tahun sibuk menggelar atau menghadiri undangan kenduri. ”Dalam dua minggu ini saya sudah menghadiri delapan kenduri, mulai dari akikah, pernikahan, maulid, hingga kenduri arisan,” ujar Reza yang mengaku sering kewalahan dengan aneka undangan kenduri.

Kalau Reza kewalahan, Rahman justru tidak. Dia dan teman-teman bahkan membentuk ”pasukan pemburu kenduri” yang kerjanya mengejar ke mana kenduri pergi. ”Lumayan bisa makan gratis,” katanya.

Sebanyak apa pun undangan kenduri yang datang, orang Aceh berusaha untuk memenuhinya. Pasalnya, kata Reza, kenduri adalah mekanisme sosial orang Aceh untuk saling mengikatkan diri dan saling mengunjungi. Agar ikatan sosial makin kuat, adat membuat setiap kampung saling bergantung. Di Gampong Lam U, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, misalnya, setiap meunasah hanya boleh memiliki dua kuali meski mereka sebenarnya memerlukan empat kuali.

”Tujuannya agar ketika masak kari untuk kenduri, pengurus meunasah meminjam kuali kepada meunasah lain,” ujar Reza.

Dewa anggur

Tradisi kenduri di Aceh telah berumur panjang. Anthony Reid dalam buku Menuju Sejarah Sumatera menuliskan, raja-raja kesultanan Aceh biasa menggelar aneka kenduri dan perayaan megah yang disertai aneka hiburan termasuk untuk menjamu utusan asing. Meskipun, menurut Snouck Hurgrounje, (ketika itu) masyarakat Aceh kebanyakan masih kurang makan.

Reid menambahkan, ketika menjamu utusan Inggris, Thomas Best, Sultan Iskandar Muda menyuguhkan paling tidak 400 jenis makanan dan minuman yang cukup untuk santapan beratus-ratus prajurit. Begitulah, kenduri dan perayaan besar sekaligus digunakan untuk memperlihatkan kemegahan dan kejayaan kerajaan.

Orang asing yang melihatnya akan terpukau seperti yang diperlihatkan John Davis, petualang Inggris yang datang ke Aceh pada abad ke-16. Ia geleng-geleng kepala melihat kemewahan pesta yang digelar Sultan Aceh dari pagi hingga petang. ”Raja seperti ’dewa anggur’ dan sukacita,” katanya.

dari : http://travel.kompas.com/read/2013/04/01/08414086/Aceh.Kenduri.Sepanjang.Hari.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Bobor Kangkung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Tengah

BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline