Ritual
Ritual
Tradisi Jawa Tengah Solo
Kenduren #DaftarSB19
- 12 Februari 2019

Kenduren merupakan salah satu  upacara adat Jawa khusunya Solo yang berasal dari sekaten ,adat ini merupakan adat yang pertama ,adat ini juga di sebut sebagai selametan. Upacara ini dilakukan secara turun temurun sebagai peringatan doa bersama yang dipimpin ketua  adat atau tokoh agama.

Asal usul mengapa diberi nama Kenduren yaitu dari bahasa Persia, yakni Kanduri yang berarti upacara makan-makan memperingati Fatimah Az Zahroh, puteri Nabi Muhammad SAW. Fenomena nilai ritual dan budaya ini jika ditinjau dari aspek sosio-historis adalah disebabkan munculnya tradisi kepercayaan  dan keyakinan di Nusantara ini banyak dipengaruhi oleh pengungsi dari Campa yang beragama Islam.

Hal ini yaitu terjadi pada sekitar tahun 1446 hingga 1471 masehi hal  itu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi terjadinya perubahan sosio-kultural religius di Majapahit khususnya dan di pulau Jawa pada umumnya.

Buktinya didapat dari contoh kebiasaan orang Campa yang memanggil ibunya dengan sebutan “mak”, sedangkan orang-orang Majapahit kala itu menyebut “ibu” atau “ra-ina”. Di Surabaya dan sekitarnya, tempat Sunan Ampel menjadi raja, masyarakat memanggil ibunya dengan sebutan “mak”.

Akibat adanya kebiasaan Campa yang lain terlihat pula dalam cara orang memanggil kakaknya atau yang lebih tua dengan sebutan “kang”, sedangkan orang Majapahit kala itu memanggil dengan sebutan “raka”.

Pada dasarnya ada perbedaan diantara pengaruh muslim Cina dengan Campa di masa-masa Kenduren memang sebuah tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini. Meski terkesan sederhana, tradisi ini sangat memiliki makna yang mendalam sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi ini juga baik dilakukan di kalangan masyarakat karena dapat memperkuat ikatan sillahturahmi satu sama lain. Tradisi ini juga dikatakan sebagai tradisi yang sangat merakyat karena para warga saling berkumpul dan bersama-sama dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut,sehingga menambah kekompakan antar penduduk sekitar.

Selain tujuannya untuk  memanjatkan doa juga untuk menaikkan  leluhur orang Jawa sebelum memasuki bulan puasa.Upacara Kenduren ini umumnya dilakukan di akhir bulan Sya,ban, sebelum ritual nyekar atau tabur bunga di makam leluhur mereka lakukan.

Hal lain untuk pemanjatan doa Kenduren likuran juga merupakan  upacara kenduren yang digelar dan diselenggarakan pada tanggal 21 bulan puasa dan dilakukan untuk memperingati turunnya Al-Qur’an atau Nujulul Quran. Kenduren ba’dan juga merupakan kenduren yang digelar pada 1 Syawal atau saat hari Raya Idul Fitri.

Ritual upacara yang digelar jika suatu keluarga Jawa memiliki hajat atau tujuan, misal ketika hendak berkirim doa pada arwah leluhur, khitanan, pernikahan, dan lain sebagainya juga disebut sebagai kenduren ujar.

Di zaman modern sekarang kegiatan wetonan jarang di  dilaksanakan sebagian masyarakat tapi tidak sedikit pula yang masih melaksanakannya.Pada dasarnya kegiatan tersebut menurut kepercayaan yang diyakini dan dianut oleh warga setempat yang tinggal di suatu daerah tertentu,apa yang di percayai tergantung pada ajaran dan kebiasaan yang diperoleh sejak lama.

Sumber: https://budayajawa.id/upacara-kenduren/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline