Kenduren merupakan salah satu upacara adat Jawa khusunya Solo yang berasal dari sekaten ,adat ini merupakan adat yang pertama ,adat ini juga di sebut sebagai selametan. Upacara ini dilakukan secara turun temurun sebagai peringatan doa bersama yang dipimpin ketua adat atau tokoh agama.
Asal usul mengapa diberi nama Kenduren yaitu dari bahasa Persia, yakni Kanduri yang berarti upacara makan-makan memperingati Fatimah Az Zahroh, puteri Nabi Muhammad SAW. Fenomena nilai ritual dan budaya ini jika ditinjau dari aspek sosio-historis adalah disebabkan munculnya tradisi kepercayaan dan keyakinan di Nusantara ini banyak dipengaruhi oleh pengungsi dari Campa yang beragama Islam.

Hal ini yaitu terjadi pada sekitar tahun 1446 hingga 1471 masehi hal itu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi terjadinya perubahan sosio-kultural religius di Majapahit khususnya dan di pulau Jawa pada umumnya.
Buktinya didapat dari contoh kebiasaan orang Campa yang memanggil ibunya dengan sebutan “mak”, sedangkan orang-orang Majapahit kala itu menyebut “ibu” atau “ra-ina”. Di Surabaya dan sekitarnya, tempat Sunan Ampel menjadi raja, masyarakat memanggil ibunya dengan sebutan “mak”.
Akibat adanya kebiasaan Campa yang lain terlihat pula dalam cara orang memanggil kakaknya atau yang lebih tua dengan sebutan “kang”, sedangkan orang Majapahit kala itu memanggil dengan sebutan “raka”.
Pada dasarnya ada perbedaan diantara pengaruh muslim Cina dengan Campa di masa-masa Kenduren memang sebuah tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini. Meski terkesan sederhana, tradisi ini sangat memiliki makna yang mendalam sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi ini juga baik dilakukan di kalangan masyarakat karena dapat memperkuat ikatan sillahturahmi satu sama lain. Tradisi ini juga dikatakan sebagai tradisi yang sangat merakyat karena para warga saling berkumpul dan bersama-sama dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut,sehingga menambah kekompakan antar penduduk sekitar.
Selain tujuannya untuk memanjatkan doa juga untuk menaikkan leluhur orang Jawa sebelum memasuki bulan puasa.Upacara Kenduren ini umumnya dilakukan di akhir bulan Sya,ban, sebelum ritual nyekar atau tabur bunga di makam leluhur mereka lakukan.
Hal lain untuk pemanjatan doa Kenduren likuran juga merupakan upacara kenduren yang digelar dan diselenggarakan pada tanggal 21 bulan puasa dan dilakukan untuk memperingati turunnya Al-Qur’an atau Nujulul Quran. Kenduren ba’dan juga merupakan kenduren yang digelar pada 1 Syawal atau saat hari Raya Idul Fitri.
Ritual upacara yang digelar jika suatu keluarga Jawa memiliki hajat atau tujuan, misal ketika hendak berkirim doa pada arwah leluhur, khitanan, pernikahan, dan lain sebagainya juga disebut sebagai kenduren ujar.
Di zaman modern sekarang kegiatan wetonan jarang di dilaksanakan sebagian masyarakat tapi tidak sedikit pula yang masih melaksanakannya.Pada dasarnya kegiatan tersebut menurut kepercayaan yang diyakini dan dianut oleh warga setempat yang tinggal di suatu daerah tertentu,apa yang di percayai tergantung pada ajaran dan kebiasaan yang diperoleh sejak lama.
Sumber: https://budayajawa.id/upacara-kenduren/
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang