Di Indonesia, anak-anak sering bermain di waktu luangnya. Entah itu pulang sekolah, libur dan sebagainya. Permainan yang sering dilakukan antara lain bermain bola, masak-masakan, kelereng dan sebagainya. Salah satu permainan terkenal yang banyak dimainkan adalah kejar-kejaran. Kejar-kejaran dapat dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Nah buat pembaca budaya-indonesia.org, di artikel ini saya akan menjelaskan beberapa permainan kejar-kejaran atau kaja-kajaan yang terkenal di Bukittinggi.
Pacik Tiang
Pacik Tiang dimainkan oleh 4 orang atau lebih pemain. Awalnya semua pemain menentukan siapa pemain yang jaga dengan cara undian atau bisa juga dengan gambreng. Setelah ditentukan, pemain yang tidak jaga menyebar lalu pemain yang jaga akan berusaha menangkap pemain lainnya. Pemain yang tidak jaga dapat berusaha lari atau pacik tiang (memegang tiang yang ditentukan). Jika kamu tertangkap, maka kamu akan jaga dan yang jaga tidak jaga lagi. Untuk lepas dari pacik tiang, kamu harus di sembah(disentuh oleh teman yang lain yang tidak memegang tiang) untuk dapat berlari lagi. jika semua pemain memegang tiang, maka yang jaga tidak jaga dan yang jaga berikutnya ditentukan dari pemain yang lain dengan cara undian atau gambreng.
Simbalakon
Simbalakon adalah permainan kejar-kejaran yang dilakukan oleh dua tim, tim yang jago(jaga) dan tim yang lari. Awalnya pemain harus masuk salah satu tim dengan cara diundi atau suit. Setelah suit, tim yang menang lari dan yang kalah jaga. Tim yang jaga harus berusaha menangkap tim yang lari. Jika sudah tertangkap, maka pemain yang tertangkap akan menunggu di tempat jaga sampai semua temannya tertangkap dan tim yang jaga dinyatakan menang. Tetapi pemain itu dapat kabur jika disembah(disentuh) oleh pemain lain dari tim yang lari.
Mancik-mancik
Mancik dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai tikus. Mancik-mancik adalah permainan petak umpet tetapi pemain harus menangkap pemain yang bersembunyi. Awalnya semua pemain dibariskan dan pemain yang paling depan akan menyebutkan nomor. Urutan pada nomor tersebut akan jaga. Pemain yang jaga akan berhitung sampai sepuluh dan pemain lain akan bersembunyi. Pemain yang jaga akan berusaha menangkap pemain lain dan menjaga tempat jaga, Karna jika pemain yang lain sampai tempat jaga maka pemain itu akan menang. Pemain yang jaga harus menyentuh pemain yang sembunyi dan pemain yang bersembunyi dapat berlari. JIka pemain yang jaga tidak dapat menangkap pemain lain maka dia akan jaga lagi. Jika ia berhasil menangkap pemain lain, maka pemain akan berbaris lagi dengan pemain yang jaga di depan. Ia akan menyebutkan nomor lagi. JIka terkena pada pemain yang menang maka akan diulang. Jika kena pada pemain yang tertangkap maka dia akan jaga. Apabila pada ulangan ke-3 tetap pemain menang yang dapat, maka pemain yang jaga tetap akan jaga
Istilah unik
Istilah unik pada permainan kejar kejaran:
Demikianlah permainan kaja-kajaan artikel ini. Jika ada yang kurang atau salah maka mohon disunting.
Terima kasih.
#OSKMITB2018
Vila Van Resink adalah bangunan cagar budaya berbentuk vila yang terletak di Jalan Siaga, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik awal vila ini adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang anggota Stuw-groep , sebuah organisasi aktif pada Perang Dunia II yang memperjuangkan kemerdekaan dan pembentukan negara demokratis Hindia Belanda. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari station hill (tempat tetirah pada musim panas yang berada di pegunungan) untuk boschwezen dienst (pejabat kehutanan Belanda). Pada era Hamengkubuwana VII, kepengelolaan Kaliurang (dalam hal ini termasuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah tersebut) diserahkan kepada saudaranya yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Tanah tersebut lantas dimanfaatkan untuk perkebunan nila, tetapi kegiatan itu terhenti kemudian hari karena adanya reorganisasi pertanian dan ekonomi di Vors...
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pakem Kertodadi adalah salah satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Kristen Jawa, yang terletak di Jalan Kaliurang km. 18,5, Padukuhan Kertadadi, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Awal mula pertumbuhan jemaat gereja ini berkaitan dengan keberadaan Rumah Sakit Paru-Paru Pakem, cabang dari Rumah Sakit Petronela (Tulung), yang didirikan di wilayah Hargobinangun. Sebelum tahun 1945, kegiatan keagamaan umat Kristen diadakan secara sederhana dalam bentuk renungan atau kebaktian pagi yang berlangsung di klinik maupun apotek rumah sakit yang dikenal dengan nama "Loteng". Para perawat di rumah sakit tersebut juga melakukan pelayanan kesehatan ke dusun-dusun di sekitarnya, yaitu Tanen, Sidorejo, Purworejo, dan Banteng. Menurut Notula Rapat Gerejawi, jemaat gereja ini mengadakan penetapan majelis yang pertama kali pada 21 April 1945. Tanggal tersebut lantas disepakati sebagai hari jadi GKJ Pa...
Situs Cepet Pakem adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Cepet, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan temuan dua buah yoni dan sejumlah komponen arsitektur candi di sekitarnya, situs ini diduga merupakan reruntuhan sebuah candi Hindu dari masa klasik. Lokasinya kini berada di area permakaman umum Padukuhan Cepet, berdekatan dengan sebuah masjid. Benda cagar budaya (BCB) utama yang ditemukan di situs ini adalah dua buah yoni yang terbuat dari batu andesit. Kondisi keduanya telah rusak, sedangkan lingganya tidak ditemukan. Yoni pertama awalnya berada di pekarangan penduduk bernama Pujodiyono, tetapi sekarang dipindahkan di halaman makam. Yoni ini memiliki ukuran relatif besar dengan bentuk yang sederhana, yaitu lebar 134 sentimeter, tebal 115 sentimeter, dan tinggi 88 sentimeter. Bagian bawah cerat yoni tersebut tidak bermotif dan memberikan kesan bahwa pengerjaannya belum selesai. Sementara itu, terdap...
Situs Potro atau Pancuran Buto Potro adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Potro, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs ini terdiri atas dua benda cagar budaya (BCB) utama yang seluruhnya terbuat dari batu andesit, yaitu jaladwara dan peripih. Jaladwara di situs ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Pancuran Buto, karena bentuknya menyerupai kepala raksasa (kala) dengan mulut terbuka, gigi bertaring, dan ukirannya menyerupai naga. Sementara itu, keberadaan peripih berukuran cukup besar di situs ini menimbulkan dugaan bahwa pernah berdiri sebuah bangunan keagamaan di sekitar lokasi, kemungkinan sebuah candi, meskipun bentuk dan coraknya tidak dapat dipastikan karena minimnya artefak yang tersisa.
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati